Advertorial
Intisari-Online.com -Bagi umat Islam, kejatuhan Konstatinopel olehKhilafah Utsmaniyah bisa menjadi sebuah kebanggan.
Namun, siapa sangka, bahwa peristiwa yang dianggap mengubah jalannya sejarah dengan sangat luar biasa tersebut berdampak buruk bagi nusantara.
Penaklukan kota yang menjadi salah satu titik pusat perang salib (selain Yerusalem) tersebut membuat negara Eropa mulai berdatangan ke Asia Tenggara.
Akibatnya? Mungkin tidak perlu diceritakan kembali. Inilah titik awal penjajahan di tanah air yang tak hanya menguras kekayaan alam dan tenaga, tapi juga nyawa pribumi.
Lalu, apa hubungannya peralihan kekuasaan Kosntatinopel ke tanganKhilafah Utsmaniyah bisa membawa bangsa Eropa ke Nusantara?
Mari kita simak terlebih dahulu mengenai sejarah kejatuhan Konstatinopel.
Di abad pertengahan, Turki Usmani adalah salah satu peradaban terhebat di dunia.
Di bawah pendirinya, Osman, Turki Usmani menyerang dua kekuatan besar di sekitarnya yakni Kerajaan Mamluk dan Kekaisaran Byzantium.
Wilayah Turki Usmani pun meluas. Langkah Usmani diikuti oleh putranya, Orhan.
Perang melawan Kekaisaran Byzantium dilanjutkan Orhan. Ia menaklukkan Bursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota Usmani.
Di bawah kepemimpinan Orhan, Turki Usmani meluaskan wilayahnya ke Eropa mulai dari Bursa, Kassovo, Nikopal, dan Gallipoli.
Kendati demikian, Turki Usmani belum bisa menaklukkan Kekaisaran Byzantium.
Kejatuhan Konstantinopel
Setelah Orhan, sultan yang berkuasa yakni Sultan Murad I (1360), Sultan Bayazid I (1389), Sultan Muhammad I (1413) dan Sultan Murad II (1421).
Baru setelah kepemimpinan Sultan Muhammad II (1451), Turki Usmani merebut Konstantinopel, ibu kota Byzantium.
Konstatinopel dijadikan ibu kota oleh Turki Usmani. Namanya diganti jadi Istanbul.
Dengan dikuasainya Istanbul, Turki Usmani makin mudah menguasai daerah-daerah di Semenanjung Balkan.
Kerajaan Usmani mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Salim I.
Salim I memfokuskan ekspansi ke arah Selatan Turki. Ia mempersatukan Baghdad, Kairo, dan sisa-sisa kekuasaan Byzantium dalam satu kekuasaan.
Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Turki Usmani menjadi kekhalifan Islam terpenting di Timur Tengah dan Semenanjung Balkan.
Setelah Sultan Salim I wafat, Sultan Sulaiman I naik tahta pada 1520.
Di bawah kekuasannya, Turki Usmani berhasil menguasai Lembah Sungai Nil di Mesir dan Lembah Sungai Furat, hingga ke Gibraltar.
Di masa ini, ajaran Islam berkembang pesat. Kebudayaan dan perdagangan juga mengalami kemajuan.
Begitu pula kesusastraan dan ilmu pengetahuan. Rakyat hidup sejahtera.
Namun, siapa sangka, di balik kejayaanKhilafah Utsmaniyah, ada dampak buruk yang harus dirasakan rakyat Indonesia.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya MC Ricklefs, dipaparkan beberapa alasan penjelajahan samudera dan akhirnya datang ke Indonesia.
Anda tentu tidak merasa asing dengan slogan "gold, glory, and gospel", yang menegaskan alasan bangsa Eropa menjajah Nusantara demi mencari kekayaan dan kejayaan serta menyebarkan ajaran agama Nasrani.
Selain tiga alasan tersebut, ada dua alasan lain, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta, seperti diungkapkan di atas, jatuhnya kota konstatinopel.
Menurut, MC Ricklefs, jatuhnya Konstatinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453 menyebabkan bangsa Eropa mengalami kesulitan mendapatkan rempah-rempah.
Sehingga mereka berusaha mencari sendiri daerah penghasil rempah-rempah dengan melakukan penjelajahan-penjelajahan samudera.
Baca Juga: Selama 14 Tahun, Kucing Ini Jadi Satu-satunya Makhluk yang Boleh Menginjak Lokasi Sakral di Turki