Advertorial

Mengapa Putin Getol Ingin Jadi Presiden Rusia Seumur Hidup? Agenda Besarnya Rupanya Baru Terkuak: Mengulang Sejarah dan Membangun Poros Timur Lagi, Bikin Negara-negara Baltik Protes Keras

May N

Editor

Mengapa Putin Getol Ingin Jadi Presiden Rusia Seumur Hidup? Agenda Besarnya Rupanya Baru Terkuak: Mengulang Sejarah dan Membangun Poros Timur Lagi, Bikin Negara-negara Baltik Protes Keras

Intisari-online.com -Beberapa minggu lalu heboh dikabarkan jika Vladimir Putin resmi menjabat Presiden Rusia sampai 2036 mendatang.

Sebagian pihak sedikit bingung mengapa Putin sangat menginginkan tampuk kekuasaan ia pegang.

Kini, rupanya sudah kian jelas apa yang ia rencanakan.

Ia mulai membangun militer angkatan laut Rusia, dan juga buat senjata kiamat Rusia ini.

Baca Juga: Manfaat Jus Daun Ketumbar untuk Pasien Ginjal, Tapi Perhatikan Ini!

Senjata tersebut adalah hulu ledak nuklir yang disebut AS sebagai 'Chernobyl terbang'.

Lalu untuk apa ia tingkatkan kehebatan militer Rusia?

Rupanya, Putin berupaya menulis ulang sejarah.

Ia katakan negara-negara Baltik telah menyetujui aneksasi mereka oleh Uni Soviet pada 1940.

Baca Juga: Bak Terkena Pukulan Telak, Mendadak 90 Ilmuwan yang Menggarap Penelitian Nuklir Penting di China Mengundurkan Diri, Terungkap Banyak Orang China Ogah Jadi PNS

Aneksasi adalah penggabungan suatu wilayah tertentu ke dalam unit politik negara lain.

Artinya, Putin ingin negara-negara Baltik untuk bergabung lagi dengan Rusia menjadi Uni Soviet.

Hal itu mendapatkan protes keras dari negara yang terlibat, yaitu Lithuania, Latvia dan Estonia.

Mengetahui hal tersebut, AS pun mendukung mereka untuk menentang Rusia melakukan hal itu.

Baca Juga: Berani Sesumbar Tak Ada Covid-19 di Korut, Mengapa Kim Jong-Un Ketakutan hingga Paksa Warganya Pakai Masker dan Jika Melanggar Diancam Kerja Paksa

"Kami menentang keras segala upaya Rusia untuk menulis ulang sejarah guna membenarkan pendudukan dan pencaplokan negara-negara Baltik pada 1940 oleh Uni Soviet," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam pernyataan bersama dengan menteri luar negeri Lithuania, Latvia, dan Estonia, Kamis (23/7), seperti dikutip Reuters.

Pernyataan itu menandai peringatan ke-80 deklarasi 1940 oleh Menteri Luar Negeri AS Sumner Welles saat itu yang mengecam pencaplokan Soviet atas Lithuania, Latvia, dan Estonia.

Kementerian Luar Negeri Estonia mengatakan, pihaknya telah memanggil duta besar Rusia untuk memprotes "pernyataan Putin baru-baru ini yang berusaha menggambarkan pendudukan Estonia dan pencaplokannya oleh Uni Soviet adalah sah."

"Rusia berusaha memberi kesan bahwa legitimasi dapat lahir dengan ancaman senjata, penindasan dengan kesepakatan bersama. Ini sangat sinis," kata Menteri Luar Negeri Estonia Urmas Reinsalu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Kerap Catatkan Penambahan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia, Jakarta Ada 33 RW yang Masuk Zona Merah, Warga Harus Waspada!

Bulan lalu, Putin menulis bahwa memasukkan Lithuania, Latvia, dan Estonia ke dalam Uni Soviet "dilaksanakan berdasarkan kontrak, dengan persetujuan dari otoritas terpilih".

Kebohongan historis

"Ini sejalan dengan hukum internasional dan negara pada waktu itu," sebut Putin dalam artikel untuk majalah The National Interest terbitan AS.

Uni Eropa dan NATO menuduh Rusia melakukan kampanye disinformasi untuk mencoba menggoyahkan Barat dengan mengeksploitasi perpecahan di masyarakat.

Baca Juga: 8 Obat Penurun Panas Rumahan yang Efektif pada Balita, Mandi Jahe!

Tapi, Rusia membantah taktik semacam itu.

Komisi Eropa mengatakan pada Januari lalu, mereka tidak akan mentolerir distorsi fakta-fakta bersejarah, setelah Putin menyarankan Polandia berbagi tanggungjawab memulai Perang Dunia II karena berkomplot dalam rencana Nazi Jerman pada 1938 untuk mengoyak-ngoyakan Cekoslowakia.

Presiden Polandia Andrzej Duda menuduh Putin melakukan "kebohongan historis".

Pada 1989, selama periode glasnost atau keterbukaan Uni Soviet di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev, Moskow mengecam pakta rahasia Soviet-Nazi tahun 1939 atas Polandia dan negara-negara Baltik yang memungkinkan Uni Soviet mencaplok wilayah tersebut.

Baca Juga: Miris, Rakyatnya Kurang Gizi, Diminta Makan Hewan Liar, dan Minum Teh Pelangsing, Kim Jong-Un Malah Santap Makanan Langka Seharga Belasan Juta

Lithuania, Estonia, dan Latvia, semuanya meraih kemerdekaan dari Uni Soviet saat negara itu runtuh dan sekarang adalah anggota Uni Eropa dan NATO.(*)

Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul "AS bergabung dengan negara-negara Baltik menentang Rusia, ada apa?"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait