Advertorial
Covid Hari Ini 20 Juli 2020: Ketika Angka Kasus Positif Covid-19 Indonesia Lebih Tinggi dari China, Tapi yang Sebenarnya Terjadi Lebih Parah?
Intisari-Online.com - Masyarakat Indonesia masih tak bisa tenang karena kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya.
Bahkan, kini jumlah penambahan kasus per hari kini berada di angka ribuan.
Selain itu, fakta terbaru yaitu bahwa angka kasus Covid-19 di Indonesia kini telah melewati negara yang pertama kali melaporkan kasus infeksi virus corona, China.
Berdasarkan data Worldometers, pada Sabtu (18/7/2020) kemarin, angka kasus Indonesia yang tercatat 84.882 berada di atas China yang mencatatkan 83.644 kasus.
Baca Juga: Cari Masker yang Bisa Lindungi dari Virus Corona, Ini Masker Wajah Terbaik dan Terburuk
Sementara, pada hari ini, Minggu (19/7/2020), Indonesia melaporkan tambahan 1.639 kasus baru sehingga total menjadi 86.521.
Data Worldometers hari ini menunjukkan, Indonesia berada di posisi 25 dunia, di atas China dengan 83.660 kasus.
Sementara, berdasarkan data John Hopkins University, Minggu, Indonesia mencatatkan 86.521 kasus, sementara China 85.314 kasus.
Apa yang bisa menjadi catatan bagi Indonesia?
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, meski kasus infeksi lebih tinggi, jumlah pengujian Covid-19 di Indonesia jauh tertinggal dari China.
Selain pengujian rendah, Dicky juga menyoroti tingginya positive rate yang rata-rata berada di atas 11 persen.
"Yang perlu diwaspadai adalah dengan kasus yang relatif sama dengan China, tapi tes kita jauh lebih rendah dan positive rate-nya juga tinggi rerata di atas 11 persen," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).
Kondisi tersebut menandakan bahwa angka infeksi sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan saat ini.
Menurut Dicky, pola penyebaran dan pertambahan kasus Covid-19 secara ekspansional juga sedang terjadi.
"Cepat atau lambat akan menimbulkan peningkatan kasus kesakitan dan kematian yang lebih besar," jelas dia.
Reorientasi program pengendalian
Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah melakukan reorientasi program pengendalian secara sinergi di semua tingkatan pemerintahan dengan berfokus pada eliminasi kasus atau menuju zero kasus Covid-19.
Alasannya, persamaan persepsi dalam visi bersama sangat penting dalam penanganan virus corona.
Menurut Dicky, ada empat pihak utama yang saling berkontribusi dalam upaya melandaikan kurva.
Baca Juga: Bingung Pilih Jurusan? Ini 7 Jurusan Kuliah yang Jadi Incaran HRD, Banyak Dibutuhkan!
Pertama, pemerintah, dengan penguatan strategi tes, tracing, dan isolasinya yang merujuk pada target WHO.
"Pemerintah juga perlu membatasi interaksi manusia dengan aturan work from home (WFH) dan menutup sekolah" ujar Dicky.
Kedua, masyarakat dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, yaitu memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan.
Ketiga, para ilmuwan dan akademisi konsisten memberi saran dan peringatan berbasis sains.
"Terakhir, keterlibatan masyarakat sipil yang sangat penting perannya sebagai inisiator gagasan dan mitra strategis pemerintah dalam pelaksanaan program," kata Dicky.
Senada dengan Dicky, epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan, pemerintah harus memperkuat surveilance dan memastikan masyarakat menaati protokol kesehatan.
"Perkuat surveilens dan pastikan sebagian besar penduduk berperilaku 3M," kata Pandu saat dihubungi secara terpisah, Minggu.
Untuk memastikan itu, Pandu memandang perlunya menerapkan aturan sanksi dan kampanye publik secara masif.
"Kalau sudah ada aturan (sanksi), silakan diterapkan. Tapi lakukan kewajiban sebagai pemerintah, yaitu mengedukasi masyarakat," kata Pandu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Angka Kasus Covid-19 Sudah di Atas China, Apa Catatan untuk Indonesia?