Advertorial
Orangtua Ini Kecolongan, Anaknya Selalu di Kamar Ngaku Ikut Kelas Online selama Pandemi Nyatanya Bermain Game, Hal Memilukan Ini Terjadi kepada Si Bocah
Intisari-Online.com - Menghadapi pandemi Covid-19, berbagai kebiasaan baru diterapkan, termasuk untuk para pelajar.
Metode belajar online pun diterapkan dan belajar kelas ditiadakan demi mencegah penyebaran virus corona.
Di Indonesia sudah berbulan-bulan lamanya para pelajar tidak datang ke sekolah juga bertemu teman-teman.
Bukan hanya di Indonesia saja, di negara-negara lain juga diterapkan metdoe serupa untuk para pelajar.
Baca Juga: Ternyata Lokasi Main Game Mobile yang Lancar Bukan di Jakarta, Tapi di 5 Kota Ini!
Tak jarang metode pembelajaran tersebut membuat guru dan orangtua kewalahan.
Dari sisi orangtua, mereka yang masih harus bekerja baik ke kantor maupun kerja dari rumah pun dituntut untuk lebih mengawasi proses belajar anak-anak di rumah.
Untuk memastikan mereka benar-benar mengikuti pembelajaran online, juga kegiatan lain mereka.
Sebuah peristiwa memilukan terjadi di China saat orangtua seorang bocah 15 tahun 'kecolongan' anak mereka yang ternyata terus bermain game bukannya mengikutip pembelajaran online.
Baca Juga: Netizen Heran, Ada Kosan 'Kamar di dalam Kamar Mandi', Dokter Beri Tanggapan Tentang Hal Ini
Melansir Oddity Central (14/7/2020), Seorang bocah di China berusia 15 tahun dilarikan ke rumah sakit pada bulan Maret setelah pingsan di rumahnya di kota Nanning.
Dia dilaporkan menderita stroke yang membuat lengan kirinya lumpuh.
Hal itu terjadi setelah dia menghabiskan sebulan terakhir bermain game dan tidur hanya dua jam semalam.
Bocah kelas 9 yang diidentifikasi sebagai Xiaobin di media, telah terkurung di rumahnya sejak Februari karena penguncian pandemi Covid-19 di China.
Baca Juga: Kurang Minum Air Bisa Sebabkan Sakit Pinggang, Fakta atau Mitos?
Kebaisaan buruk Xiaobin yang terus menerus bermain game, begadang hingga hanya tidur 2 jam semalam itu tidak diketahui orangtuanya.
Orangtua bocah ini hanya tahu putranya berada di kamar untuk mengikuti kelas online.
Mereka mengatakan kepada dokter bahwa anaknya menghabiskan sebagian besar waktunya di kamarnya, dengan dalih mengambil kelas online, tetapi mereka kemudian mengetahui bahwa dia sebenarnya menghabiskan hari-harinya dan sebagian besar malamnya bermain video game.
Sayangnya, hal itu diketahui terlambat setelah sang anak mengalami stroke.
Menurut para ahli medis di Rumah Sakit Jiangbin, itu adalah penyebab utama stroke anak itu yang tidak biasa, yang membuatnya lumpuh lengan dan tangan.
“Dia menutup jendela dan mengunci pintu. Kami tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, ”kata ibu Xiaobin.
“Saya melihat percakapan online-nya dengan teman-teman. Dia mengatakan dia tidak cukup istirahat dan tidur paling banyak dua jam sehari," lanjutnya.
Setelah pingsan di rumahnya, Xiaobin dilarikan ke rumah sakit tempat CT scan mengungkapkan bahwa ia menderita stroke.
Li, seorang spesialis otak di rumah sakit, mengatakan kepada wartawan bahwa kondisinya, yang sangat tidak biasa pada usia yang sangat muda, kemungkinan besar disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat yang telah dijalaninya selama sebulan terakhir.
“Alasan utamanya adalah dia memiliki pola tidur dan makan yang tidak teratur karena dia tidak di sekolah.
"Orang tua juga terlalu menoleransi perilakunya, ”kata Dr. Li.
"Kurangnya nutrisi dan istirahat telah menyebabkan berkurangnya jumlah darah dan oksigen di otaknya dan menyebabkan stroke otak," imbuhnya.
Sementara itu, Xiaobin telah menjalani perawatan rehabilitasi di Rumah Sakit Jiangbin sejak Maret.
Namun, dokter mengatakan sulit untuk mengatakan apakah ia akan pulih sepenuhnya, atau bahkan mendapatkan kembali sensasi di lengan dan tangan kirinya.
Kehidupan remaja zaman sekarang yang diwarnai dengan berbagai hal berbau digital memang memiliki berbagai dampak dan resiko, ditambah situasi pandemi memberikan tantangan tersendiri bagi sekolah dan orangtua.
Semoga kejadian seperti yang dialami Xiaobin tidak terjadi kepada remaja lain dan orangtua lebih menyempatkan untuk mengawasi anak-anak.