Advertorial
Intisari-Online.com - Masih ingat ceritasuku pedalaman di Amazon yang hanya diisi oleh anggota berjenis kelamin wanita?
Fakta itu benar adanya.
Di mana suku wanita yang tinggal di dalam hutan Amazon tidakmemiliki satu pun anggota berjenis kelamin laki-laki.
Mereka melarang laki-laki termasuk bayi laki-laki tinggal dan berbaur dengan suku tersebut.
Bahkan menurut kepercayaan Yunani kuno, wanita Amazon sangat membenci para pria.
Bagi mereka, laki-laki hanyalah sampah yang tak berguna.
Nah, ternyata ada sebuah desa di Indonesia yang juga tak memiliki anggota laki-laki.
Tapi alasannya bukan seperti suku wanita di pedalaman Amazon.
Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (4/7/2020), kaum lelaki di Desa Mompang Julu, Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, tiba-tiba seolah menghilang ketika polisi menyisir kampung tersebut.
Awal mula bentrok Madina
Pada Senin (29/6/2020), ratusan warga Desa Mompang Julu, Penyabungan Utara, Mandailing Natal, Sumatera Utara, memblokade jalan nasional penghubung Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Mereka juga membakar dua unit mobil dan melempari petugas keamanan. Akibatnya, sejumlah polisi mengalami luka-luka.
Bentrokan ini dipicu oleh kekecewaan warga perihal pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Warga memprotes kepala desa setempat.
Uang BLT yang seharusnya dibagikan Rp 600.000 tetapi hanya diberikan Rp200.000 kepada warga.
"Kenapa bantuan yang seharusnya diberikan Rp600.000 per kepala keluarga, namun yang didapat hanya Rp200.000?" tanya Awaluddin, salah seorang warga.
Mediasi sempat dilakukan, tetapi warga meminta Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution dan kepala desa didatangkan ke hadapan mereka.
Aksi berujung ricuh lantaran warga menolak dibubarkan hingga polisi membawa satu unit mobil water cannon.
Tak lama,Camat Panyabungan Utara Ridho Pahlevi menyampaikan pernyataan tertulis dari kepala desa. Kepala desa menyatakan bersedia mundur dari jabatannya.
"Demikian surat pernyataan kepala desa yang sudah bersedia untuk mengundurkan diri yang saya bacakan."
"Dan kami meminta kepada warga untuk membuka jalan demi kenyamanan kita bersama," ungkap Camat, Senin (29/6/2020).
Namun, masyarakat belum merasa puas. Mereka menuntut agar aksi kericuhan yang terjadi tidak diproses oleh polisi.
Tak temukan laki-laki
Sehari usai aksi kedua, tepatnya Jumat (3/7/2020), Polres Madina, Tim Inafis, serta Ditreskrimum Polda Sumatera Utara melakukan penyisiran.
"Penyisiran untuk kepentingan penyidikan serta inventarisasi apa saja kerusakan yang terjadi pascabentrokan," kata Kaur Humas Polres Madina Bripka Yogi.
Dalam penyisiran itu, ditemukan rumah kepala desa dirusak oleh massa yang mengamuk.
Anehnya, polisi tak menemukan satu pun laki-laki dewasa di kampung tersebut.
Diduga mereka bersembunyi dan melarikan diri di kawasan perbukitan untuk menghindari petugas.
"Ini kami bersama Pak Kapolres Madina, Wadir Krimum Polda Sumut, dan Brimob sedang turun ke lokasi dan melakukan penyisiran."
"Dan kami tidak ada menemukan satu pun laki-laki di kampung ini," kata Yogi.
Setelah terus menyisir, polisi akhirnya mengamankan delapan laki-laki dewasa.
"Delapan orang kita amankan saat sedang bersembunyi di semak-semak, dan sudah kita bawa ke Mapolres," tutur dia.
Dengan demikian, saat ini ada 11 warga yang diamankan.
"Jadi sampai saat ini ada 11 warga dan masih kita lakukan pemeriksaan," kata dia. Yogi menyebutkan, situasi saat ini telah berangsur kondusif.
(kompas.com/Oryza Pasaribu)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul ""Kami Tak Menemukan Satu Pun Laki-laki di Kampung Ini..."")