Advertorial

Covid Hari Ini 24 Juni 2020: 10 Daerah di Indonesia Dengan Rasio Kasus Covid-19 Tertinggi, Serta Pandemi Ancam Sejumlah Negara Alami Kelaparan

May N

Editor

Intisari-online.com -Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 membeberkan 10 daerah dengan kasus positif corona tertinggi yang dihitung berdasarkan rasio penduduk.

"Kita harus lihat jumlah penduduk untuk melihat laju pertumbuhan kasusnya," kata anggota Dewan Pakar Gugus Tugas Dewi Nur Aisyah saat mendampingi Presiden Joko Widodo jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/6/2020).

Hasilnya, Jakarta Pusat menjadi daerah dengan rasio tertinggi, yakni 149,2 kasus per 100.000 penduduk.

Kota Jayapura menyusul di bawahnya dengan rasio 108 kasus per 100.000 penduduk.

Baca Juga: Salah Satunya Mencuci Daging Ayam Sebelum Dimasak, Ini 8 Kesalahan Memasak Ayam yang Bisa Berakibat Fatal Bagi Kesehatan, Stop Melakukannya!

Di urutan ketiga ada Kota Surabaya dengan rasio kasus positif 107,6 per 100.000 penduduk.

Berikut daftar lengkap 10 kabupaten/kota dengan kasus corona tertinggi berdasarkan rasio 100.000 penduduk per Rabu (24/6/2020):

1. Jakarta Pusat, DKI Jakarta (149,2)

2. Jayapura, Papua (108)

Baca Juga: Tergiur Seafood Sisa Semalam, Pria Tua Renta Ini Justru Sampai Hampir Tewas Karena Mengkonsumsinya, Begini Penjelasan Dokter

3. Surabaya, Jatim (107,6)

4. Banjarmasin, Kalsel (94,5)

5. Mataram, NTB (20,10)

6. Luwu Timur (NTB (87,6)

Baca Juga: Benda Mirip UFO Terlihat di Langit Depok, Netizen Heboh di Instagram

7. Mimika, Papua (87,3)

8. Manado, Sulut (79,6)

9. Jayapura, Papua (78,5)

10. Makassar (73,7)

Baca Juga: Tanpa Orang Ini Mungkin Umat Manusia Akan Musnah Gara-gara Skenario 'Kiamat Buatan', Untung Berhasil Dicegah Sosok Ini, Kisahnya Sungguh Mendebarkan

Ancaman Kelaparan

Sementara itu pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak awal tahun hingga saat ini memberi dampak yang begitu luas terhadap seluruh aspek kehidupan.

Mulai dari kesehatan, cara bersosialisasi, ekonomi, pariwisata, pendidikan, bahkan dampak ini juga merambah soal ketersediaan suplai bahan makanan pokok dunia.

Hal ini disampaikan Badan Pangan Dunia ( FAO) melalui laman resminya.

Baca Juga: Sebut Vaksin Covid-19 Akan Segera di Produksi Tak Lama Lagi, WHO Ungkap Kriteria 3 Kelompok yang Diprioritaskan Mendapat Vaksin

"Kita berisiko mengalami krisis pangan yang melonjak, kecuali diambil tindakan cepat melindungi aspek-aspek yang paling rentan, menjaga rantai pasokan dan mengurangi dampak pandemi di seluruh sistem pangan," tulis FAO dalam menu QnA-nya.

Kondisi krisis ini dipicu oleh adanya penutupan perbatasan, karantina, gangguan pasar, rantai pasokan, dan perdagangan yang membatasi masyarakat untuk mendapatkan sumber makanan yang cukup, beragam, dan bergizi.

Terutama terjadi di wilayah negara yang terdampak pandemi cukup parah, atau negara yang memiliki kerawanan pangan yang tinggi.

Tantangan pengiriman logistik

Baca Juga: Viral Trik Mengupas Bawang Tanpa Membuat Mata Menangis Hanya Dalam Hitungan Detik, Caranya Sungguh Tak Terduga

Meski begitu, FAO menyebut ada cukup stok makanan secara global untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hanya saja, dibutuhkan kecermatan dan kehati-hatian para pembuat kebijakan agar krisis pangan sebaggaimana terjadi di tahun 2007-2008 tidak terulang di tengah krisis kesehatan yang ada saat ini.

Saat ini, gangguan telah diminalkan karena persediaan makanan yang memadai dan kondisi pasar yang telah stabil.

Namun, ada tantangan dalam hal pengiriman logistik dari satu titik ke titik yang lain.

Baca Juga: Tarik 9.500 Pasukannya di Jerman dan Berencana Mengirimnya ke Indo-Pasifik, Amerika Tak Main-main Pertahankan Dominasi Mutlak Asia Pasifik dari China

Ini menyebabkan akan ada sejumlah bahan makanan yang keberadaannya sulit ditemukan di pasar, karena pengirimannya terhambat.

Dari semua negara, yang akan paling terdampak oleh masalah makanan ini adalah populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan, seperti para migran, pengungsi, dan korban konflik wilayah.

5 negara dengan risiko kelaparan saat pandemik

Data dari World Food Programme (WFP), sebagaimana dikutip dari BBC, 22 April 2020, menyebutkan terdapat 5 negara yang memiliki risiko mengalami kelaparan akibat pandemik ini.

Baca Juga: Krisdayanti Mengaku Menyesal Menikah Muda Saat Dengan Anang Hermansyah, Ternyata Risiko Kesehatan Menikah Muda Sangat Banyak

Kelima negara itu adalah Yaman, Kongo, Afghanistan, Venezuela, dan Ethiopia.

WFP menyebut angka kelaparan yang akan terjadi pada tahun ini mencapai 265 juta kasus.

Angka tersebut meningkat hampir 2 kali lipat dari angka di akhir 2019 di mana pandemi belum terjadi dan meluas, yakni di angka 135 juta kasus.

Selama ini, angka kelaparan banyak terjadi di negara-negara yang mengalami perang, masalah lingkungan, dan krisis ekonomi.

Baca Juga: Relakan Keperawannya Sejak Usia 13 Tahun Hingga Terjun Sebagai Pemain Film Dewasa, Tak Disangka Segini Bayaran Miyabi Saat Masih Membintangi Film Dewasa

Namun kini negara berpenghasilan rendah dan menengah juga mungkin akan turut terdampak kelaparan ini.

WFP menyebut di negara dengan penghasilan rendah dan menengah itu bisa terjadi hilangnya pekerjaan dan kesulitan ekonomi lain yang isebabkan oleh pandemi yang masih akan berlangsung ke depan.

Apalagi jika banyak masyarakat di negara tersebut yang mengandalkan dana yang datang dari negara lain.

Misalnya, dari masyarakat yang bekerja sebagai ekspatriat, karena kesulitan ekonomi saat ini tengah dirasakan oleh semua negara.

Baca Juga: Cium Bau Menyengat dari Sebuah Paket, Gedung Kantor Pos Didatangi 6 Ambulans, 2 Tim SAR, hingga 5 Mobil Polisi, Pas Dibuka Ternyata Isinya Buah yang Disukai Warga Indonesia Ini

Jadi, dapat disimpulkan perekonomian negara berpenghasilan rendah-menengah ini akan semakin terengah-engah.

(Ihsanuddin, Luthfia Ayu Azanella)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Daerah dengan Rasio Kasus Covid-19 Tertinggi, Jakarta Pusat Nomor 1" dan "Pandemi Pengaruhi Suplai Makanan, Sejumlah Negara Pun Terancam Kelaparan"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait