Advertorial

Siaga Perang, Angkatan Laut AS Siapkan Operasi Tempur dengan Dua Kapal Perang di Laut China Selatan

Tatik Ariyani

Editor

Intiari-Online.com - Wilayah Laut China Selatan terus menjadi rebutan beberapa negara, khususnya China dan Amerika Serikat.

Belakangan, ketegangan keduanegara semakin meninggat di wilayah tersebut.

Angkatan Laut AS sedang mempersiapkan serangan yang ekspansif dari dua kapal perang di Pasifik dengan menghubungkan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz Carrier Strike Groups untuk operasi gabungan di dekat Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

Latihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proyeksi daya kapal perang AS dalam kondisi siap, mampu dan sangat fungsional jika diperlukan untuk meluncurkan operasi tempur terkoordinasi di daerah tersebut.

Baca Juga: Covid Hari Ini 23 Juni 2020: Tidak Harus Tunjukkan Hasil Tes Swab Negatif, WHO Perbarui Kriteria Pasien Sembuh Covid-19, Apa Alasannya?

Melansir The National Interest, Komandan Angkatan Laut merujuk latihan ini sebagai upaya khusus untuk mempertahankan "kesiapan" di wilayah yang sangat rentan dan bertekanan tinggi.

Dia juga mengakui ketegangan yang terjadi antara AS-Tiongkok saat ini.

"Ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk berlatih bersama dalam skenario yang kompleks," jelas Laksamana Muda Doug Verissimo, komandan Carrier Strike Group (CSG) 9, mengatakan dalam laporan Angkatan Laut seperti yang dikutip dari The National Interest.

Dia menambahkan, "Dengan bekerja bersama dalam lingkungan ini, kami meningkatkan keterampilan taktis dan kesiapan kami dalam menghadapi wilayah yang semakin tertekan dan Covid-19."

Baca Juga: Bikin Video TikTok, 2 Gadis ini Temukan Koper, Berharap Isinya Uang, Tapi Saat Dibuka Isinya Justru Sesuatu yang Mengerikan ini

Menurut pernyataan resmi Angkatan Laut AS, kelompok serangan AS tersebut akan mendukung latihan pertahanan udara, pengawasan laut, pengisian kembali di laut, pelatihan tempur udara defensif, serangan jarak jauh, manuver terkoordinasi dan latihan lainnya.

Meskipun bukan pertama kalinya Angkatan Laut melakukan operasi dual-strike group di Pasifik, manuver ini bukan tanpa tantangan teknis dan strategis.

Namun, serangan multi-carrier berhasil berkat jaringan yang rumit, komando terkontrol dan upaya konflik udara.

Baca Juga: Uang Koin Rp 1.000 Gambar Kelapa Sawit Tidak Ada Apa-apanya, Ini 10 Koin Paling Mahal di Dunia, Nomor Satu Harga Rp 140 Miliar!

Di sisi lain, latihan ini juga memberikan keuntungan besar untuk opsi serangan maritim dengan melipatgandakan daya tembak, potensi pengawasan dan kemampuan senjata.

Operasi ini juga dinilai mampu memperluas kemampuan Angkatan Laut untuk menyerang target darat ke tingkat yang lebih besar, memperpanjang waktu tinggal pencarian target dan memungkinkan serangan multi-platform terkoordinasi.

Tak hanya itu, operasi ini juga bisa meningkatkan serangan rudal perusak dan penjelajah yang diluncurkan.

Setiap Carrier Strike Group AS terdiri dari kapal induk, kapal penjelajah, dan dua kapal perusak, membawa kombinasi besar dan terintegrasi dari aset yang diluncurkan melalui laut.

Sementara itu, Japan Times melaporkan, untuk pertama kalinya sejak 2017, Angkatan Laut AS telah menempatkan tiga kapal induknya di pintu masuk Laut China Selatan yang disengketakan.

Analis menilai, pengiriman pasukan ke Pasifik Barat melalui tiga kapal perang itu kemungkinan dimaksudkan untuk mengirim pesan ke China bahwa, meskipun pandemi virus corona sedang berlangsung, militer Amerika Serikat akan terus mempertahankan kehadiran yang kuat di wilayah tersebut.

Baca Juga: Kerap Muncul, Kuku Bergaris hingga Mata Kedutan Ternyata Bisa Jadi Tanda Tubuh Anda Sedang Bermasalah Lho!

Pada hari Minggu (21/6/2020), Armada Pasifik Angkatan Laut AS mengatakan USS Theodore Roosevelt dan tim penyerang kapal induk USS Nimitz telah memulai operasi penerbangan dua kapal induk di Laut Filipina.

Secara terpisah, menurut foto-foto yang dikeluarkan oleh Armada Pasifik, USS Ronald Reagan yang bermarkas di Yokosuka, Prefektur Kanagawa dan kelompok penyerangnya juga melakukan operasi di Laut Phiippine.

Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, meskipun Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei memiliki klaim yang tumpang tindih di perairan tempat di mana China, AS, Jepang, dan beberapa angkatan laut Asia Tenggara secara rutin beroperasi.

Angkatan Laut AS telah membuat marah Beijing dengan secara teratur melakukan pelatihan dan apa yang disebut kebebasan operasi navigasi dekat dengan beberapa pulau yang diduduki Cina di jalur air, termasuk pulau buatannya, yang menyatakan bahwa kebebasan akses sangat penting untuk saluran air internasional.

Dalam sebuah laporan, Global Times mengatakan bahwa penempatan itu dapat menempatkan pasukan Tiongkok dalam risiko.

Baca Juga: Viral Benda Mirip Kapal Karam Terdeteksi Google Maps di Sukabumi, Beginilah Cerita di Baliknya

"Dengan mengerahkan kapal induk ini, AS berusaha menunjukkan kepada seluruh wilayah dan bahkan dunia bahwa Amerika tetap menjadi kekuatan angkatan laut yang paling kuat, karena mereka dapat memasuki Laut China Selatan dan mengancam pasukan China di pulau-pulau Xisha dan Nansha Sebagai kapal yang melewati perairan terdekat, sehingga AS dapat melakukan politik hegemoniknya,” kata laporan itu mengutip pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie.

Kepulauan Xisha dan Nansha adalah nama China untuk rantai Paracel dan Spratly di Laut China Selatan.

Li juga mengatakan bahwa China dapat melawan AS dengan mengadakan latihan angkatan lautnya sendiri di perairan pada saat yang sama.

Barratut Taqiyyah Rafie

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Angkatan Laut AS siapkan operasi tempur dua kapal perang di Laut China Selatan"

Artikel Terkait