Advertorial
Intisari-Online.com -Pasukan keamanan Negeri "Sombrero" menangkap Ovidio Guzman, putra dari pemimpin kartel narkoba Sinaloa pada Oktober 2019.
Namun, penangkapan di sebuah gedung di Culiacan itu berbuah petaka setelah anggota Sinaloa datang dan menjadikan kota itu "medan perang".
Setelah baku tembak yang berlangsung selama berjam-jam, otoritas Meksiko akhirnya melepaskan anak El Chapo itu, yang sedianya hendak diekstradisi ke AS.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, mengklaim dia menyelamatkan ratusan nyawa ketika melepaskan anak gembong narkoba El Chapo.
Awalnya, Lopez Obrador mengatakan bahwa kabinet keamanan yang memutuskan untuk melepaskan pria berusia 30 tahun tersebut.
Sebabnya, mereka perlu melindungi masyarakat Culiacan. Apalagi berdasarkan laporan pemerintah, 14 orang tewas dalam baku tembak itu.
Namun pada Jumat, Presiden Meksiko yang menjabat sejak 1 Desember 2018 itu mengaku dia sendiri yang memerintahkan melepas Ovidio Guzman.
Dia berkilah, dia memutuskan menghentikan operasi penangkapan salah satu ahli waris Sinaloa itu karena bisa membahayakan populasi.
"Jika kami tak membatalkannya (operasi itu), maka lebih dari 200 orang tak bersalah akan tewas," ujarnya dilansir Sky News Sabtu (20/6/2020).
Operasi ceroboh itu memantik kecaman dari seluruh dunia, karena menunjukkan gembong narkoba, bukan pemerintah, yang berkuasa atas sebagian besar Meksiko.
Lopez Obrador sendiri mengungkapkannya beberapa hari setelah insiden, di mana dia juga menolak tawaran Presiden Donald Trump untuk menumpas geng kriminal.
Satu bulan setelah insiden, polisi elite yang ikut dalam operasi penangkapan anak El Chapo itu tewas setelah ditembak hingga 155 kali.
Lopez Obrador sudah berjanji akan menangkal kekerasan, di mana angka pembunuhan mulai meningkat pada 2014, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada 2018.
Kebanyakan dari kasus pembunuhan itu datang dari geng kriminal, seperti kartel Sinaloa yang selama bertahun-tahun menjual heroin hingga ganja ke perbatasan AS.
Meski menggunakan kebijakan "pelukan, bukan peluru" untuk meredam kemiskinan dan pengangguran kaum muda, pembunuhan di Meksiko tetap meningkat.
Pada empat bulan pertama 2020, angka tersebut mencatatkan rekor, dan terjadi ketika pemerintah menerapkan lockdown untuk mencegah virus corona.
Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bebaskan Anak El Chapo, Presiden Meksiko Klaim Selamatkan Ratusan Nyawa"