Advertorial

Padahal Dulu Jadi Favorit Juga Kaya Gizi, Makanan Ini Ditolak Masyarakat Daerah Ini Gara-gara Tragedi Menyebarnya Covid-19

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Rupanya bukan hanya kebiasaan aktivitas masyarakat saja, kebiasaan konsumsi makanan juga dapat berubah gara-gara pandemi Covid-19.

Tentu banyak orang sudah tahu bahwa ikan salmon merupakan salah satu makanan kaya gizi.

Bahkan, membuatnya memiliki harga yang relatif mahal.

Gegara Covid-19, masyarakat daerah ini menolak makanan yang dulu favorit juga mahal karena gizinya itu.

Baca Juga: Viral Cerita Pria 'Patah Hati' Ikan Arwana Harga 2 Juta Miliknya Digoreng Sang Ayah, Ternyata Selain Jadi Ikan Hias Paling Mahal di Dunia, Ada Beragam Fakta Unik Ikan Berjuluk 'Dragon Fish' Ini

Harga ikan salmon bisa mencapai 425 ribu/kg.

Mahalnya bahan makanan dan makanan siap sajinya, dikarenakan makanan hewani air ini mengandung aneka zat gizi.

Bisa dibilang kaya akan zat gizi yang dibutuhkan tubuh, khususnya untuk daya tahan tubuh alias imunitas.

Karenanya tidak heran bahan makanan ini, ikan salmon, sekarang harganya selangit. Sebab banyak diburu untuk meningkatkan imunitas di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pantas Masuk Zona Merah, Sulawesi Selatan Catatkan Rekor Terbanyak Kasus Covid-19 Baru pada Hari Jumat Ini,Kalahkan Jakarta dan Jawa Timur

Ikan salmon dikenal akan nutrisinya, sumber omega 3 ​​(EPA & DHA).

Sebagai jenis makanan yang dianggap super food ini akan berfungsi dengan asupan 2 porsi per minggu yang disarankan dari asupan Omega 3.

Juga, ikan salmon kaya akan protein kualitas tinggi, asam amino, vitamin A, vitamin D, vitamin B6, vitamin B, vitamin E.

Kandungan lainnya; kalsium, zat besi, seng, magnesium, dan fosfor.

Baca Juga: 4 Cara Menghilangkan Kutil di Wajah Secara Alami, Mudah Banget!

Tetapi baru-baru ini masyarakat China malah menghindari ikan salmon padahal baik untuk menjaga daya tahan tubuh.

Lantas, apa yang menyebabkan masyarakat China menghindari ikan salmon baru-baru ini?

Beberapa supermarket besar di Beijing berhenti menjual salmon pada Sabtu (13/6/2020).

Tindakan tersebut diambil usai dideteksinya 100 kasus positif virus corona di pasar Xinfandi yang diduga berkaitan dengan papan potong atau telenan yang dipakai para penjual salmon impor.

Baca Juga: Usianya Sudah Uzur Nenek 60 Tahun, Masih Mampu Memikat 14 Berondong Tampan Untuk Penuhi Kebutuhan Intimnya, Mengaku Sehari Mampu Berhubungan Badan 28 Kali

Meskipun tidak jelas apakah virus benar-benar dapat ditularkan melalui makanan beku, kehebohan ini memicu kekhawatiran terhadap konsumsi salmon di masa pandemi.

Masyarakat China menjadi khawatir akan keamanan salmon. Mereka mencoba mengingat kembali apakah telah memakan salmon.

"Saya baru saja makan salmon di restoran sushi," kata Fan Jingli, seorang warga Beijing sebagaimana dikutip dari Globaltimes (13/6/2020).

Kini dirinya mempertimbangkan untuk melakukan tes asam nukleat guna memastikan ia tidak tertular virus corona setelah makan salmon.

Baca Juga: Manfaat Daun Salam untuk Lovebird, Obati Serak Bikin Ngekek Panjang

Restoran-restoran di China termasuk restoran sushi juga mengeluhkan berita seputar salmon ini mempengaruhi bisnis mereka.

Mereka kini juga mulai menghilangkan menu salmon dari menu makanan mereka.

Pasar Chaoshifa di distrik Haidian Beijing juga telah menghentikan penjualan salmon.

Padahal delapan puluh persen cabangnya menjual salmon yang diimpor dari Norwegia.

Baca Juga: Sejarah Panjang Ketegangan India dan China, Dan Mengapa Kebijakan 'Kuno' Bahwa China Lebih Unggul Dari India Tidak Sepenuhnya Benar

Pasar ini sendiri merupakan perusahaan milik negara di wilayah Haidian yang memiliki 52 cabang di kota.

Impor 80.000 ton salmon China sendiri sepanjang tahun mengimpor sekitar 80.000 ton salmon dingin dan beku.

Negara Cile, Norwegia, Kepulauan Faroe, Australia, Kanada adalah sumber utama impor salmon.

Sementara itu, Lin Li, kepala Ilmuwan dari Sebuah Tim Yang Memantau Penyakit Dan Kontrol Perairan di Provinsi Guangdong, mengatakan kepada Global Times bahwa salmon hidup tidak mungkin terkontaminasi.

Baca Juga: Seakan Misteri Tak Terpecahkan, Paleogenomik Coba Ungkapkan Misteri Asal Usul Leluhur Bangsa Yahudi, Dari Mana Mereka Berasal?

Begitu pula salmon beku tidak dapat menjadi sumber virus corona baru yang hanya bisa ada dalam sel aktif.

Meski demikian, Lin menduga kemungkinan salmon terkontaminasi dari air saat pemrosesan, transportasi atau pengemasan.

Sebuah makalah yang terbit pada Asian Fisheries Science pada April mengatakan virus corona hanya ditemukan pada mamalia dan bukan ikan.

Alasannya virus corona mempengaruhi paru-paru, sementara ikan bernapas menggunakan insang bukan paru-paru.Sejauh ini belum diketahui bagaimana salmon dapat menularkan virus corona.

Baca Juga: Seorang Dukun Mengaku Berhasil Sembuhkan Pasien Covid-19 Tanpa Obat, Tetapi dengan Melakukan Ciuman, Beginilah Kisahnya

“Kami belum mengetahui apakah manusia menularkan virus ke salmon atau salmon yang tertular virus terlebih dahulu,” ujar Zeng Guang ahli senior di Komisi Kesehatan Nasional sebagaimana dikutip dari Bloomberg Senin (15/6/2020)

Akan tetapi Zeng mengingatkan warganya untuk sementara tidak makan salmon mentah maupun membeli makanan laut impor.

Kepala Ahli Epidemiologi dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Wu Zunyou mengatakan, virus dapat bertahan di permukaan makanan beku hingga tiga bulan.

Organisasi itu kini juga sangat mencurigai barang-barang itu mungkin sebagai sumber wabah terbaru.(*)

Baca Juga: Siapkan Konflik yang Memanas, India Izinkan Pasukan Militer Kirim Pejuang dan 100 Pesawat ke Posisi Penting, Siap Hadapi Tiongkok, 'Kami Akan Melawan'

Artikel ini telah tayang di Gridhealth.id dengan judul Gegara Covid-19, Masyarakat Daerah Ini Menolak Makanan yang Dulu Favorit juga Mahal Karena Gizinya

Artikel Terkait