Advertorial

Sempat Ancam China dan Tak Ingin Bicara dengan Presidennya, Trump Dikabarkan Minta Bantuan Xi Jinping agar Menang Pilpres

Tatik Ariyani

Penulis

John Bolton, mengatakan bahwa Trump meminta bantuan Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan kembali dalam pertemuan tertutup Juni 2019.
John Bolton, mengatakan bahwa Trump meminta bantuan Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan kembali dalam pertemuan tertutup Juni 2019.

Intisari-Online.com - Seperti diketahui, hubungan AS dan China tak begitu baik dan bahkan terus memburuk setelah bersilang pendapat perihal asal mula virus corona.

Trump bahkan pernah mengaku tak ingin berbicara dengan Xi Jinping karena kecewa dengan sikap China terkait pandemi tersebut. Trump bahkan tak segan keluarkan ancaman untuk memutuskan hubungan dengan China.

Hubungan kedua negara lalu makin memburuk dengan adanya konflik di Laut China Selatan.

Namun, di tengah ketegangan tersebut, muncul sebuah fakta mengejutkan mengenai kedua presiden negara tersebut.

Baca Juga: Usai Bentrok dengan India dan Menderita 43 Korban, China 'Unjuk Gigi' Siarkan Latihan Militer

Mantan penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, John Bolton, mengatakan pada hari Rabu bahwa Trump meminta bantuan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan kembali dalam pertemuan tertutup Juni 2019.

Melansir Reuters, Bolton, yang dipecat Trump pada September setelah 17 bulan di pekerjaan Gedung Putih, juga mengatakan bahwa presiden AS telah menyatakan keinginan untuk menghentikan penyelidikan kriminal untuk memberikan bantuan pribadi kepada diktator yang disukainya. Hal itu dikutip dari laporan New York Times.

Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.

Tuduhan itu merupakan bagian dari sebuah buku di mana pemerintah AS tengah berupaya keras untuk memblokirnya dari penerbitan.

Baca Juga: Setelah Ledakan Gedung Antar-Korea, Korea Utara Kirim Tentara ke Perbatasan, Kesepakatan Damai dengan Korea Selatan Batal?

Alasannya, buku itu berisi informasi rahasia dan akan membahayakan keamanan nasional.

Kutipan dari buku berjudul “The Room Where It Happened: A White House Memoir” diterbitkan di Wall Street Journal, New York Times, dan Washington Post.

Reuters memberitakan, baru empat bulan yang lalu, Senat yang dikuasai Partai Republik memilih untuk membebaskan Trump atas tuduhan yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Demokrat terkait dari transaksi dengan Ukraina.

Baca Juga: Waspada! Jangan Menyimpan Tomat di Dalam Kulkas, Simak Perubahan Ini untuk Kesehatan Anda

Ini merupakan kejadian ketiga kalinya dalam sejarah AS bahwa seorang presiden telah dimakzulkan.

Tuduhan Bolton memberikan amunisi baru kepada para kritikus sebelum pemilihan presiden AS yang akan berlangsung 3 November mendatang, termasuk percakapan di balik layar Trump dengan Xi, yang dalam satu kasus menyinggung topik pemungutan suara AS.

"Trump kemudian, secara menakjubkan, mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS mendatang, menyinggung kemampuan ekonomi China dan memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," tulis Bolton, seperti yang dikutip dari bukunya yang diterbitkan di Wall Street Journal.

Dituliskan pula, "Dia menekankan pentingnya petani dan meningkatkan pembelian kedelai dan gandum China dalam hasil pemilu."

Bolton mengatakan bahwa Demokrat salah dalam penyelidikan impeachment mereka dengan hanya berfokus pada Ukraina, mengingat apa yang dia katakan adalah jumlah percakapan yang tak terhitung banyaknya di mana Trump menunjukkan "perilaku fundamental yang tidak dapat diterima yang mengikis legitimasi kepresidenan."

"Seandainya mereka meluangkan waktu untuk bertanya lebih sistematis tentang perilaku Trump di seluruh kebijakan luar negerinya, hasil impeachment mungkin berbeda," tulis Bolton dalam Wall Street Journal.

Baca Juga: Waspada! Jangan Menyimpan Tomat di Dalam Kulkas, Simak Perubahan Ini untuk Kesehatan Anda

Menyerang Venezuela

Dalam kutipan yang diterbitkan di Washington Post, Bolton menulis bahwa Trump mengatakan menyerang Venezuela akan "keren" dan itu "negara itu merupakan bagian dari Amerika Serikat".

Pemerintah AS secara terbuka mengatakan tidak mendukung penggunaan kekuatan untuk menggulingkan Presiden sosialis Venezuela Nicolas Maduro.

Buku ini juga mengungkap pandangan buram para penasihat Trump tentang dirinya. Selama pertemuan 2018 dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Bolton mengatakan ia mendapat catatan dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengejek Trump.

"Dia sangat penuh omong kosong," kata catatan itu, menurut kutipan Bolton di Washington Post.

Meskipun Trump secara terbuka kritis terhadap jurnalis, buku Bolton mengutip presiden AS membuat beberapa pernyataannya yang paling mengkhawatirkan hingga saat ini.

Dalam pertemuan musim panas 2019 di New Jersey, Trump diduga mengatakan wartawan harus dipenjara sehingga mereka harus membocorkan sumber mereka: “Orang-orang ini harus dieksekusi. Mereka adalah sampah,” menurut kutipan lain di Post.

Baca Juga: 'Bermain Peluang' dengan Pakistan, Rusia, dan China: Saat Malaysia Ingin Ingin Barter Peralatan Militer karena Tak Ingin Bebani Keuangan Negara

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Mantan penasihat keamanan: Trump pernah minta tolong Xi Jinping biar menang Pemilu!"

Artikel Terkait