Advertorial
Intisari-Online.com - Korea Selatan dilaporkan langsung menggelar rapat darurat, setelah adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengancam.
Mengutip Kompas.com, adik Kim, yang berperan sebagai penasihat sang kakak, pada Sabtu (13/6/2020) menyebut negara tetangga mereka sebagai "musuh".
Kim Yo Jong melontarkan ancaman buntut aktivitas pembelot Korea Utara, yang menyebarkan selebaran anti-Pyongyang di perbatasan Korea Selatan.
Bahkan, adik Kim Jong Un itu menyatakan bakal memercayakan militer untuk memberikan pembalasan terhadap Negeri "Ginseng".
"Saya memberi instruksi kepada departemen bersenjata wewenang menangani masalah dengan musuh untuk menentukan sikap," jelas Kim yunior.
Dilansir New York Post Minggu (14/6/2020), merespons ancaman Pyongyang, Direktur Keamanan Nasional Chung Eiu-yong menggelar rapat darurat.
Berdasarkan keterangan kantor kepresidenan, Chung melakukan konferensi video bersama kementerian yang mengurusi keamanan dan para jenderal militer.
Kementerian Unifiksi, yang secara khusus mengurus relasi dengan Korea Utara, kemudian menyatakan mereka "menganggap ancaman tersebut serius".
"Utara dan Selatan harus menghormati perjanjian antar-Korea yang sudah disepakati," jelas kementerian unifikasi dalam rilis resmi.
Sementara kementerian pertahanan menuturkan, mereka akan memantau pergerakan militer negara tetangga sembari mempersiapkan respons.
Selama dua pekan terakhir, Kim Yo Jong terus melontarkan ancaman kepada Seoul, di mana dia sebelumnya menyatakan akan memutuskan hubungan.
Selain itu, dia juga melontarkan serangan bakal merusak kantor perwakilan gabungan dua Korea yang berada di kawasan Kaesong.
Tak hanya itu, jajaran pejabat Korut yang lain juga menyerang Amerika Serikat (AS), dan terjadi di peringatan dua tahun pertemuan perdana Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump.
Para pakar berpendapat, serangan demi serangan yang diberikan oleh Korea Utara merupakan bentuk rasa frustrasi negara komunis tersebut.
Sebabnya, tidak ada perkembangan signifikan dalam perundingan denuklirisasi dengan AS, yang dimotori Presiden Korsel Moon jae-in.
Perundingan denuklirisasi tersebut kolaps dalam pertemuan kedua Kim dan Trump yang diselenggarakan di Hanoi, Vietnam, Februari 2019.
Lebih Kejam dari Kim Jong-un dan Jadi Otak di Balik Kekuatannya?
Sejak kemunculan pertama Kim Yo-jong di depan umum pada tahun 2011, ketika dia terlihat berdiri di dekat kakaknya, banyak yang berspekulasi tentang hidupnya.
Diyakini dia dididik di Swiss, sama seperti Kim Jong-un, tempat dia belajar ilmu komputer.
Sejak itu dia telah diamati dengan pemimpin Korea Utara beberapa kali dan dicatat telah dihormati dengan perhiasan dan harta benda yang identik, yang dapat menandakan kedudukannya yang setara dalam rezim.
Kim Yo-jong telah mengepalai Departemen Propaganda dan Agitasi sejak 2014, peran yang sangat penting di negara ini.
Di mana posisi tersebut sangat penting di Korea Utara, merupakan cabang pemerintah yang menghasilkan bahan untuk memastikan populasi terus memuja pemimpin mereka dan membentuk narasi tentang mitos legendaris mereka di belakang mereka.
Kim Yo-jong tampaknya telah memenangkan hati melalui posisi tersebut seperti ayahnya dan sekarang dianggap sebagai orang nomor dua di kediktatoran, Dia juga sering dijuluki "Ivanka Trump" dari Korea Utara.
Meskipun kekuatan dan pengaruhnya meningkat bersama Kim Jong-un, dengan beberapa mengklaim dia adalah 'otak di balik kekuatannya', dia belum berbicara di panggung publik.
Namun, seperti jabatan Kim Yo-jong yang sama dengan yang pernah dipegang ayahnya, kejadian serupa pernah terjadi dengan Kim-Jong-il.
Kim Jong-il tidak berbicara kepada bangsa sampai dua tahun sebelum kematian ayahnya kim Il-sung pada 1994.
Menurut Chris Mikul, penulis buku 2019 'My Favourite Dictators', ia mengucapkan 'satu kalimat', yaitu "Kemuliaan bagi Tentara Pahlawan Rakyat" dan pada saat itu memicu desas-desus bahwa ia memiliki kesulitan bicara.
Kim Yo-jong digambarkan sebagai sosok yang sama kejamnya seperti ayahnya tetapi 'hampir menjadi pertapa' dibandingkan dengan ayahnya yang menikmati menjadi 'pemain sandiwara'.
Selain itu, sejumlah sumber menyatakan bahwa Kim Jong-un memiliki 'kepercayaan penuh pada saudara perempuannya" dan memiliki 'kurangnya kepercayaan di antara partai' di sekitarnya.
Kim Yo-jong yang diberi lampu hijau untuk membalas pesan yang dikirim oleh Donald Trump bahwa kepada pemimpin Korea Utara juga bisa menunjukkan rasa hormatnya dalam rezim.
Presiden AS diduga menulis surat kepada Kim Jong-un untuk menawarkan bantuan dengan wabah virus corona, meskipun negara itu mengecam desas-desus bahwa mereka memiliki kasus sama sekali. (*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari