Advertorial

2 Tahun Peringatan Bertemunya Kim Jong Un dan Donald Trump, Korea Utara Meradang Karena AS Disebut Hanya Beri Janji-janji Manis

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat merenggang.

Ini karena pihak Korea Utara melihat bahwa Amerika Serikat hanya memberikan janji manis tanpa bukti.

Dilansir dari tribunnews.com padaJumat (12/6/2020),Korea Utara melihat sedikit alasan dalam mempertahankan hubungan pribadi antara pemimpinKorea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump jika Washington tetap berpegang pada kebijakan yang bermusuhan.

Baca Juga: Kasus Virus Corona di AS Tembus 2 Juta, Trump Tetap Kampanye dengan Ribuan Massa,Tapi Tak Mau Dituntut Jika Pendukungnya Tertular Covid-19

Hal itu diungkapkan oleh media pemerintah pada Jumat (12/6/2020) pada peringatan dua tahun para pemimpin bertemu untuk kali pertama.

Melansir Reuters, Menteri Luar Negeri Korea UtaraRi Son Gwon dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantor berita negara KCNA menyebutkan, kebijakan AS membuktikan Washington tetap menjadi ancaman jangka panjang bagi negara Korea Utaradan rakyatnya.

KTT Singapura pada Juni 2018 merupakan pertama kalinya seorang presiden Amerika Serikat bertemu dengan seorang pemimpin Korea Utara.

Akan tetapi, pernyataan yang keluar dari pertemuan itu tidak jelas secara spesifik, dan memilih empat komitmen umum.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara Maju, Ternyata Utang Jepang Tembus Rp170.800 Triliun, Sementara Utang Indonesia 'Hanya' Rp5.000 Triliun Saja

KTT kedua pada Februari 2019 di ibukota Vietnam, Hanoi, gagal mencapai kesepakatan.

Karena konflik atas seruan AS agar Korea Utarasepenuhnya menyerahkan senjata nuklirnya, dan tuntutan Korea Utarauntuk pelonggaran sanksi.

Ri mengatakan, pemerintahan Trump tampaknya hanya fokus dalam hal mencetak poin-poin politik sambil berusaha mengisolasi dan mencekik Korea Utara, dan mengancamnya dengan serangan nuklir preemptive dan perubahan rezim.

"Kami tidak akan pernah lagi memberikan paket lain kepada eksekutif AS untuk digunakan demi pencapaian tanpa menerima pengembalian," katanya.

"Tidak ada yang lebih munafik daripada janji kosong."

Pada hari Kamis, Korea Utaramengkritik Amerika Serikat karena mengomentari masalah antar-Korea, dan mengatakan Washington harus tetap diam jika ingin pemilihan presiden mendatang berjalan lancar.

Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak menanggapi pertanyaan konfirmasi dari Reuters.

Pada hari Kamis, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan kepada kantor berita Korea Selatan Yonhap bahwa Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk berdialog dengan Korea Utara, dan terbuka untuk pendekatan yang fleksibel untuk mencapai kesepakatan yang seimbang.

Ri mengatakan, keinginan Korea Utarauntuk membuka era kerja sama baru berjalan sedalam sebelumnya.

Tetapi situasi di semenanjung Korea setiap hari semakin memburuk.

Baca Juga: 1 dan 4 Terdakwa Kasus Pembunuhan George Floyd Dibebaskan, Bayar Uang Jaminan Sebesar Rp10,6 Miliar, Pengacara: Klien Saya Sempat Coba Bantu Floyd

"AS mengaku sebagai advokat untuk meningkatkan hubungan dengan DPRK."

"Tetapi pada kenyataannya, mereka hanya memperburuk situasi," kata Ri.

DPRK merupakan kepanjangan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara.

Lebih lanjut, Ri mengatakan bahwa Korea Utara akan terus membangun pasukan militernya untuk mengatasi ancaman dari Amerika Serikat.

Hentikan komunikasi dengan Korsel

Korea Utara akan memutus semua jalur komunikasi antar-Korea dengan Korea Selatan, termasuk hotline antara pemimpin kedua negara.

Pemerintah Korea Utaramengatakan, ini adalah tindakan pertama dari serangkaian aksi yang menandakan Korea Selatansebagai 'musuh'.

Hotline kantor penghubung yang terletak di kota perbatasan Korea Utara, Kaesong,telah dihentikan mulai Selasa (9/6/2020).

Diketahui, kedua negara ini memiliki kantor penghubung untuk mengurangi ketegangan sejak 2018 melalui telepon.

Namun, karena adanya pembatasan akibat Covid-19, kantor penghubung ditutup sementara pada Januari 2020.

"Korea Utara akan sepenuhnya memutus dan menutup jalur penghubung antara pihak berwenang Korea Utara dan Korea Selatan, yang selama ini melalui kantor penghubung bersama Utara-Selatan, mulai pukul 12.00 pada 9 Juni 2020," Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan, dilansirBBC.

Baca Juga: Dicari Selama 2,5 Tahun, 2 Terdakwa Penyiram Air Keras Novel Baswedan Dituntut 1 Tahun Penjara, Kuasa Hukum: Memalukan, Ini Sandiwara!'

Komunikasi via telepon antara dua negara terjalin dua kali sehari melalui kantor, yakni pada pukul 09.00 dan 17.00.

Namun, Senin (8/6/2020) lalu, Korea Selatan mengatakan, untuk pertama kalinya dalam 21 bulan, panggilan pagi belum dijawab, meskipun komunikasi sore hari dilakukan.

"Kami telah mencapai kesimpulan bahwa tidak perlu duduk berhadapan dengan pihak berwenang Korea Selatan dan tidak ada masalah untuk berdiskusi dengan mereka."

"Karena mereka hanya membangkitkan kekecewaan kami," kata KNCA.

Tak hanya jalur komunikasi antar kedua pemimpin, saluran komunikasi militer juga akan diputus.

Sebelumnya, pada pekan lalu, Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un, mengancam untuk menutup kantor, apabila Korea Selatan tidak menghentikan para kelompok pembelot untuk mengirimkan selebaran ke Korea Utara.

Dia mengatakan, kampanye selebaran itu merupakan tindakan permusuhan.

Tindakan itu dianggap melanggar perjanjian damai yang dibuat pada KTT Panmunjom 2018 antara pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara, Moon Jae In danKim Jong Un.

Dalam kampanye selebaran tersebut, para pembelot Korea Utaraterkadang mengirim balon-balon yang membawa selebaran kritis ke Korea Utara.

Baca Juga: Covid Hari Ini 12 Juni 2020: Ada 7,5 Juta Orang Terinfeksi, Brasil Punya 33.465 Kasus Baru dalam 1 Hari, dan Vaksin Covid-19 Masuk Tahap Terakhir Uji Klinis

Terkadang pula, pasukan pembelot membujuk orang Korea Utarauntuk mengambilnya.

Padahal, hubungan antara Korea Utaradan Korea Selatan tampak membaik pada 2018.

Kala itu, para pemimpin kedua negara bertemu tiga kali.

Pertemuan tingkat tinggi semacam itu tidak pernah terjadi dalam lebih dari satu dekade sebelumnya.

Namun, Pyongyang memutuskan kontak dengan Seoulsetelah pertemuan Kim Jong Undan Presiden AS,Donald Trumpdi Hanoi tahun lalu.

Itu membuat pembicaraan tentang nuklir terhenti.

Secara teknis, Korea Utaradan Korea Selatan masih berperang karena tidak ada kesepakatan damai yang tercapai ketika Perang Korea berakhir pada 1953.

Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai.

(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Korut Meradang dan Merasa Cuma Diberi Janji-janji Manis oleh Amerika")

Baca Juga: Terapkan New Normal demi Ekonomi Negara, Kini Ada Lebih dari 125.000 Kasus Covid-19 di Pakistan hingga Rumah Sakit Kekurangan Tempat Tidur Pasien

Artikel Terkait