Advertorial
Korea Utara dan Korea Selatan tengah alami kondisi yang cukup tidak mengenakkan.
Baru-baru ini Korea Utara mengancam menggunakan aksi militer untuk melawan Korea Selatan, hanya karena pamflet propaganda.
Namun meski begitu, target utama Pyongyang bukanlah perhatian dari Seoul.
Penyebab kemarahan
Kemarahan Korea Utara berkecamuk setelah Korea Selatan mengirim leaflet propaganda Anti-Korea Utara yang dikirim oleh pembelot dan aktivis sepanjang perbatasan mereka.
Pyongyang menganggap semua aksi tersebut sebagai "provokasi hina" dan "situasi bencana".
Namun sesungguhnya hal ini bukanlah masalah baru, aktivis Korea Selatan sering kirimkan balon hidrogen yang diisi dengan flash disk berisikan drama Korea Selatan, film luar negeri dan informasi mengenai rezim Kim selama puluhan tahun.
Pyongyang telah "memarahi" Seoul hampir setiap hari sejak 4 Juni mengenai propaganda mereka, tetapi yang aneh adalah mengapa semua amarah itu muncul dari sosok Kim Yo-Jong?
Kim Yo-Jong mengancam untuk menarik diri dari perjanjian militer antar-Korea, menghapuskan kantor penghubung bersama Korut-Korsel, dan menutup proyek-proyek besar antar Korea jika Seoul gagal mengakhiri distribusi propaganda.
Sayangnya, Seoul tidak sempat membuat Pyongyang tenang dan pada 9 Juni kemarin, Korea Utara menutup semua koneksi dengan Korea Selatan.
Semakin buruk lagi, mereka mengancam hal tersebut adalah satu dari sekian aksi barbar mereka.
Sosok Kim Yo-Jong
Korea Utara mencak-mencak terhadap Korea Selatan sebetulnya bukanlah perkara baru.
Yang baru di sini adalah sosok pemimpin yang mengecam Korea Selatan: Kim Yo-Jong.
Kim Jong-Un sementara ini semakin jarang dilihat dan diliput media sejak rumor sakit tersebut.
Ia juga hanya muncul dalam 3 kali acara publik sejak 12 April lalu.
Hal ini munculkan spekulasi liar bahwa Kim Jong-Un sedang mengajari adiknya untuk mengambil alih kekuasaan jika ada sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Meski begitu, ini masih spekulasi saja untuk saat ini, bisa jadi ia sangat sehat dan melindungi diri dari Covid-19 seperti yang diyakini Seoul.
Atau ia mungkin hanya menggunakan Kim Yo-Jong untuk tunjukkan bahwa Korea utara masih berdiri kuat walaupun berbagai pemberitaan guncangan yang ada beberapa bulan lalu.
Apapun alasannya, Kim Yo-Jong telah tunjukkan taringnya kepada dunia, ia memanggil pembelot yang membagikan propaganda tersebut sebagai 'manusia sampah pengkhianat' dan 'kaum urakan' yang melupakan tanah air mereka sendiri.
Sabtu lalu, dia meningkatkan retorikanya dengan mengancam: “Dengan menggunakan kekuatan saya yang disahkan oleh Pemimpin Tertinggi, Partai kita dan negara, saya memberikan instruksi kepada lengan departemen yang bertanggung jawab atas urusan dengan musuh untuk secara meyakinkan melaksanakan tindakan selanjutnya. Pasukan kita, juga, akan menentukan sesuatu untuk mendinginkan kebencian rakyat kita dan pasti melaksanakannya, saya percaya."
Apakah dia mengancam aksi militer hanya karena beberapa selebaran?
Bukan masalah selebaran
Bagi analis masalah Korea, bukan selebaran penyebab utama masalah ini.
Tentu selebaran propaganda tersebut membuat mereka marah, tetapi itu tidak cukup untuk memulai tindakan agresif melawan Seoul.
Seperti tindakan Korea Utara yang lain, mereka selalu memiliki agenda tersembuny dari semua agenda mereka.
Jumat kemarin, Pyongyang menyalahkan Amerika karena "menambah tegang situasi" dan di sinilah kekhawatiran Korea Utara sesungguhnya.
Korea Utara masih menjadi daftar target serangan nuklir Amerika, dan semua serangan nuklir Amerika ditargetkan langsung ke Korea Utara."
Baca Juga: Jepang Tunda Pengerahan Dua Sistem Pertahanan Canggih Meski Korea Utara Mengancam, Mengapa?
Masalah utamanya adalah Korea utara terus-terusan melihat Amerika sebagai ancaman dan tidak merasa aksi mereka dibalas.
Pernyataan Pyongyang Jumat tersebut juga sebutkan usaha Pyongyang untuk meningkatkan kemampuan dengan Amerika, contohnya pemulangan pasukan Amerika, mengembalikan sandera, menunda program nuklir dan sebagainya.
Kemudian, Pyongyang menekankan bahwa Amerika tidak membalas tindakan tersebut dan sebutkan Amerika hanya berikan "janji kosong".
Pernyataan ini disimpulkan bahwa Pyongyang akan "membangun lebih banyak pangkalan militer untuk siaga melawan ancaman militer dari Amerika."
Tambahan lagi, ada pers rilis pada Sabtu mengkritik Seoul yang ikut campur dalam urusan Korea Utara dan Amerika, menunjukkan jika target utama Pyongyang bukanlah Seoul melainkan Washington.
Amerika sudah terlambat
Dari analisis tersebut, sudah jelas jika selebaran propaganda dari pembelot hanyalah masalah kecil, sejujurnya masalah utama adalah ketidakpuasan Kim Jong-Un dengan status quo mereka.
Apa yang sebenarnya Pyongyang inginkan adalah perhatian dari Amerika, bukan Seoul.
Baca Juga: Kebanyakan Orang Tidak Mengetahui Artinya, Padahal Tanda Ini Bisa Menentukan Keselamatan Kita
Harapan mereka adalah dengan mengancam Korea Selatan, mereka akan mendapat reaksi dari Washington.
Mengingat jika Amerika sebentar lagi menghadapi pemilihan presiden, Kim melihat Trump sedang rentan saat ini dan melihat ini cara untuk menekan Trump.
Sehingga, tidak mengejutkan melihat Pyongyang tiba-tiba mulai mengancam untuk lanjutkan program nuklir mereka.
Momen ketika Korea Utara merasa Amerika tidak peduli lagi, saat itulah tes nuklir akan dilanjutkan.
Hal terakhir yang diinginkan Trump saat ini adalah Korea Utara memulai lagi program nuklir mereka, sehingga satu-satunya cara adalah membuka dialog tetap terbuka antara Washington dan Pyongyang.
Jika Korea Utara mulai lagi program nuklir mereka, hal ini akan berdampak buruk pada kebijakan luar negeri Trump dan berdampak negatif untuk kesempatannya dipilih lagi menjadi Presiden Amerika.
Harus tetap diingat, hanya Amerika yang dapat memberikan Korea Utara inginkan: jaminan keamanan.
Untuk lakukan ini, Amerika mulai harus bertindak.
Baca Juga: Persaingan Kian Sengit, OVO dan DANA Sepakat Merger untuk Saingi GoPay
Salah satu caranya untuk mulai melanjutkan pembicaraan teknis terkait denuklirisasi dan lebih aktif maju untuk menandatangani perjanjian damai untuk mengakhiri Perang Korea.
Selanjutnya, pengurangan tentara Amerika di semenanjung Korea secara berkala mulai dilakukan.
Washington sebaiknya mulai bangun dan mengambil aksi seutuhnya sebelum Kim Jong-Un mulai tembakkan nuklir tidak hanya mengancam Korea Selatan tapi seluruh dunia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini