Advertorial
Intisari-Online.com -Meski berkilah dengan alasan biaya, nyatanya alasan utama Jepang hentikan sistem pertahanan rudal karena sadar bahwa negara lainnyalah yang membutuhkan sistem tersebut berdiri di Jepang.
Ya, Jepang mungkin tidak mau rugi membangun sistem pertahanan senilai Rp24 tirliun tersebut dengan biayanya sendiri.
Apalagi, justru negara lainlah yang membutuhkan perlindungan dari sistem tersebut jika didirikan di Jepang.
Negara yang bisa menjadi target utama serangan nuklir dari negara Korea Utara.
Jepang sendiri tentunya sadar bahwa negaranya berada dalam ancaman besar dari Korea Utara.
Apalagi dalam kondisi saat ini ketika Korea Utara mulai melakukan manuver-manuver keras setelah merasa dikecewakan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Namun, menyadari harganya yang sangat mahal sementara saat ini negara tersebut sedang mengalami wabah pandemi, dan tentu saja merasa negara lain juga berkepentingan dengan rudal tersebut, Jepang memilih untuk menghentikannya.
Negara apakah yang dimaksud? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Baca Juga: Jepang Tunda Pengerahan Dua Sistem Pertahanan Canggih Meski Korea Utara Mengancam, Mengapa?
Jepang menyadari hubungannya dengan Korea Utara tidaklah baik, setidaknya jika merujuk pada peristiwa di akhir November 2019.
Saat itu, Korea Utara mengejek Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe "dungu sempurna", dan memperingatkan dia bisa melihat rudal balistik sungguhan.
Ejekan itu keluar setelah Korut melangsungkan uji coba senjata terbaru, yang bertepatan dengan Hari Raya Thanksgiving di AS.
Dalam keterangan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, dua "proyektil" ditembakkan menuju ke Laut Jepang, atau Laut Timur.
Abe kemudian menyatakan, yang ditembakkan Pyongyang adalah rudal balistik, di mana negara itu melanggar resolusi PBB.
"Nampaknya Abe adalah satu-satunya idiot dan manusia terbodoh dalam sejarah yang tak bisa membedakan rudal dari sistem roket berpeluncur ganda," riis KCNA.
"Abe bisa saja bakal melihat rudal balistik tepat di bawah hidungnya. Dia adalah dungu sempurna," lanjut KCNA dikutip AFP Sabtu (30/11/2019).
Mengutip pejabat kementerian luar negeri, Korut mengklaim mereka tak akan berurusan dengan Abe karena hanya akan membawa "aib".
Pernyataan itu adalah kritikan kedua yang dilayangkan negara komunis tersebut kepada Perdana Menteri Jepang 65 tahun itu.
Sebelumnya, Korut menyebut Abe "idiot dan jahat" serta mengancam dia tidak diizinkan datang ke Pyongyang.
Negara lain yang lebih butuh
Namun, meski berada di bawah ancaman Korea Utara,Kementerian Pertahanan Jepang justru telah memutuskan untuk menghentikan rencana untuk mengerahkan dua sistem pertahanan rudal buatan Amerika Serikat yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan negara itu terhadap ancaman dari Korea Utara.
Menteri Pertahanan Taro Kono mengatakan bahwa ia memutuskan untuk menghentikan proses penyebaran sistem Aegis Ashore. Salah satunya akibat karena faktor biaya.
"Mengingat biaya dan waktu yang dibutuhkan, saya tidak punya pilihan selain menilai bahwa rencana itu tidak logis," kata Kono seperti dilansir South China Morning Post.
Sebelumnya pemerintah Jepang pada tahun 2017 menyetujui penambahan dua sistem pertahanan rudal untuk meningkatkan pertahanan negara saat ini yang terdiri dari senjata perusak yang dilengkapi Aegis di laut dan rudal Patriot di darat.
Para pejabat pertahanan mengatakan dua unit Aegis Ashore dapat mencakup Jepang sepenuhnya dari satu stasiun yang ada di Yamaguchi di selatan dan Akita di utara.
Pemerintahan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sekarang harus mempertimbangkan kembali program pertahanan rudal mereka.
Rencana untuk menggelar dua sistem pertahanan rudal telah menghadapi serangkaian kemunduran, termasuk kenaikan perkiraan biaya yang naik menjadi 450 miliar yen atau setara US $ 4,1 miliar.
Para kritikus juga mengatakan bahwa sistem itu untuk mencegat rudal-rudal jarak jauh Korea Utara agar tidak mengenai Guam atau Hawaii daripada membela diri Jepang, yang mungkin mengganggu konstitusi negara.
Dengan kata lain, justru Amerika Serikat, negara dari dua wilayah itulah yang lebih membutuhkan keberadaan sistem pertahanan rudalnya tertanam di tanah Jepang.
Kono mengatakan bahwa Jepang telah menghabiskan 180 miliar yen (US $ 1,7 miliar) untuk sistem rudal, tetapi tidak semuanya akan sia-sia karena sistem tersebut kompatibel dengan yang digunakan pada kapal perusak Jepang.
Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Hadapi ancaman Korut, Jepang malah batalkan rencana penggunaan sistem rudal buatan AS".