Advertorial
Intisari-Online.com - Tak hanya konflik China dan Amerika Serikat (AS) yang memanas di Laut China Selatan.
Sebab, konflik antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) juga sama panasnya.
Ketika semua orang sempat berpikir bahwa kedua negara ini telah berdamai, tiba-tiba adik perempuan dariPemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengancam Korsel.
Di mana Kim Yo Jong berkata bahwa dia akan menghancurkan kantor penghubung Korsel-Korut yang berada diKaesong, kota di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.
Dan dia benar-benar melakukannya.
Dilaporkan olehSouth China Morning Post, Korea Utara telah benar-benar meledakkan kantor tersebut padahari Selasa (16/6/2020).
Tak lama setelah aksi peledakan kantor penghubung antar Korea tersebut, pihak Korea Utara pun memberikan alasannya.
Dalam sebuah pernyataan di media, Korut menuduh Korsel telah merusak perjanjian 2018 dan bertingkah layaknya 'anjing kampung' sebagaimana dilansirBBC.
Kim Yo Jong juga menyerang Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Di mana adik perempuang Kim Jong Un tersebut menyebutpresiden Korea Selatan Moon Jae Insebagai 'boneka Amerika Serikat'.
"Alasan mengapa perjanjian indah antara Korut-Korsel tidak dilaksanakan selangkah pun adalah karena Korsel menempatkan diri mereka sebagai bayang-bayang Amerika Serikat (boneka AS)."
Dia melanjutkan, "Bahkan sebelum tinta perjanjian Utara-Selatan mengering, dia (Moon Jae In) menerima tawaran kelompok kerja Korea Selatan-AS di bawah paksaan."
Apa yang dilakukan Kim Yo Jong seakan membuktikan bahwa dia tidak kalah kejam dari sang kakak.
Malah ada kemungkinanKim Yo Jong dinilai tidak kalah keras dan kejam jika mendapat tampuk Pemimpin Tertinggi Korea Utara.
Pernyataan itu berasal dari seorang pakar bernamaProfesor Natasha Lindstaedt.
Dilansir Daily Mirror pada Sabtu (25/4/2020), Profesor Natasha Lindstaedt mengatakan gender tak menjadi penghalang si adik menjadi "tiran baru".
Pakar rezim totalitarian itu menyatakan, jika Kim adik masuk, maka tradisi keluarga memimpin Korut, sejak Kim Il Sung di 1948, terus terjaga.
"Saya tidak percaya posisinya sebagai perempuan bakal melemahkan posisinya jika dia memegang kekuasaan," beber Profesor Lindstaedt.
Dia menerangkan, keluarga Kim tidak dilihat sebagai manusia biasa oleh rakyat Korea Utara, mereka dianggap sebagai wakil Tuhan yang akan mengurusi segalanya.
Lindstaedt menjelaskan, jika Kim Yo Jong berkuasa, maka dia juga akan dianggap sebagai Tuhan sama seperti kakaknya tersebut.
"Sangat dimungkinkan dia akan mengambil pendekatan yang lebih kejam dari kakaknya terhadap dunia karena level kemiskinan yang mereka alami," paparnya.
Lindstaedt mengatakan, dia yakin Kim adik bakal lebih tegas dari kakaknya.
Apalagi, dia sering terlihat di muka umum akhir-akhir ini.
Profesor Lindstaedt melanjutkan, sangat mungkin Kim adik merasa bahwa dia perlu lebih tegas dari kakaknya jika dia berkuasa.
Merupakan lulusan sains komputer, Kim Yo Jong adalah anak kelima sekaligus terakhir mendiang Kim Jong Il, pemimpin kedua Korut.
Dia mempunyai hubungan dekat dengan Kim Jong Un.
Seperti kakaknya, dia mendapatkan kemewahan di tengah kemiskinan yang diderita Korut.
Sejak berusia sembilan tahun, dia sudah belajar di Swiss bersama kakaknya, di mana mereka mendapat pengawalan penjaga, bahkan mendapat juru masak pribadi.
Setelah itu, perempuan yang diyakini berusia 31 tahun tersebut melanjutkan pendidikannya di Pyongyang, sebelum masuk ke dalam lingkaran kekuasaan.
Oleh Kim, dia dipercaya sebagai utusan negara komunis itu, dan mendampingi kakaknya saat bertemu Presiden Korsel Moon Jae-in dan Presiden AS Donald Trump.
Sun Yoong Lee, pakar Korea asal AS, menuturkan Kim adik bisa lebih kejam dari kakaknya, bahkan mungkin melebihi ayah serta kakeknya.
"Dia harus menunjukkan kepemimpinannya dengan memprovokasi AS melalui uji coba senjata, atau mungkin serangan mematikan ke Korea Selatan," paparnya.
(Ardi Priyatno Utomo)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Dinilai Bisa Lebih Kejam dari Sang Kakak")