Advertorial
Intisari-Online.com - Negara China akhir-akhir ini menjadi trending topic di dunia.
Pertama karena pandemi virus corona (Covid-19).
Seperti diketahui bersama bahwa virus yang belum ada obatnya ini pertama kali muncul di Wuhan, China lalu menyebar ke seluruh dunia.
Akibatnya kini 7,4 juta orang terinfeksi virus corona dan ratusan ribu lainnya meninggal dunia.
Seolah belum selesai, pada bulan Mei 2020 kemarin, secara tiba-tiba China mengklaim Laut China Selatan menjadi miliknya.
Tak hanya itu, China juga melarang negara lain untuk memancing di sana.
Tentu saja aksi pemerintah China itu membuat panas negara tetangganya.
Dan apa yang dilakukan pemerintah China menarik perhatian NATO (North Atlantic Treaty Organization atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Bahkan menurut NATO, negara-negara Barat seharusnya tidak bisa mengabaikan kebangkitan China.
Karena itu, penting bagi Inggris untuk meninjau kembali peran Huawei dalam jaringan 5G untuk memastikan keamanannya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan, China semakin dekat ke Barat dalam berbagai cara, di Kutub Utara, dunia maya, dan dalam infrastruktur kritis termasuk telekomunikasi.
"Saya percaya, Pemerintah Inggris akan merancang jaringan mereka dengan cara yang melindungi jaringan dan memastikan Inggris telah mengamankan jaringan 5G," kata Stoltenberg kepadaRadio BBC padaRabu (10/6/2020), seperti dikutipReuters.
"Karena itu, menurut saya, juga penting sekarang akan ada tinjauan baru yang melihat dengan tepat bagaimana memastikan hal itu terjadi," ujar dia.
Ditanya tentang komentar Stoltenberg, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan,China tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun.
"Kami berharap, NATO bisa terus memiliki pendapat yang benar tentang kami dan melihat perkembangan kami secara rasional," katanya seperti dilansirReuters.
Sebagai bagian dari penilaian ulang hubungan yang lebih luas dengan China, Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) sedang menganalisis dampak sanksi Amerika Serikat (AS) terbaru terhadap keputusan Inggris awal tahun ini untuk memungkinkan Huawei berperan dalam membangun jaringan 5G-nya.
Perdana Menteri Boris Johnson pada Januari lalu memberi Huawei peran terbatas dalam jaringan seluler 5G Inggris, menggagalkan upaya global oleh AS untuk mengecualikan raksasa telekomunikasi China dari komunikasi generasi baru Barat.
Johnson memutuskan, "vendor berisiko tinggi" seperti Huawei akan diizinkan masuk ke bagian non-sensitif dari jaringan 5G.
Namun wabah virus corona, ketidaksepakatan atas kebijakan di Hong Kong, dan kemarahan Presiden AS Donald Trump atas China telah mendorong Inggris untuk menilai kembali hubungan dengan Beijing.
"Cina semakin dekat dengan kita, kita melihat di Kutub Utara, kita melihat mereka banyak berinvestasi dalam infrastruktur kritis di Eropa, dan kita tentu saja melihat China juga beroperasi di dunia maya," kata Stoltenberg.
"Jadi, ini bukan tentang penyebaran NATO ke Laut China Selatan."
"Tetapi menanggapi fakta bahwa China semakin dekat dengan kita," ujar dia.
NATO dibentuk pada 1949 silam oleh AS, Kanada, Prancis, Inggris, dan negara-negara Eropa Barat lainnya untuk memberikan keamanan kolektif menghadapi Uni Soviet.
Tapi, Uni Soviet runtuh pada 1991.
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "NATO: Ini bukan tentang Laut China Selatan, tapi China makin dekat dengan Barat")