Advertorial
Intisari-Online.com -Sejak 2 Maret 2020 hingga 31 Mei 2020, total kasus virus corona yang dikonfirmasi positif di Indonesia sebanyak 26.473 kasus.
Dari jumlah kasus infeksi harian, dalam beberapa hari belakangan ini, terjadi tren peningkatan kasus positif Covid-19 di provinsi Jawa Timur dan wilayah luar pulau Jawa.
Berdasarkan data dari KawalCOVID19 pada tanggal (31/5/2020) Jawa Timur (Jatim) mencatat penambahan kasus baru sebanyak 244 kasus, menjadikannya provinsi dengan penambahan kasus harian terbanyak.
Sementara provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Selatan (Sulsel) berada di peringkat ke-3 dan ke-5. NTB mencatat penambahan 42 kasus, sedangkan Sulsel mencatat penambahan 31 kasus.
Dari data yang sama, provinsi Jawa Timur juga terlihat mengalami beberapa lonjakan kasus positif cukup banyak dalam sepekan terakhir.
Pada tanggal (25/5/2020) tercatat ada penambahan 223 kasus baru di Jatim. Berselang dua hari, yakni pada tanggal (27/5/2020) tercatat ada penambahan 199 kasus di Jatim.
Pada tanggal (28/5/2020) penambahan kasus di Jatim sedikit berkurang, namun angkanya masih cukup tinggi, yakni 171 kasus, kemudian angka tersebut kembali naik pada tanggal (30/5/2020) menjadi 199 kasus.
Faktor peningkatan kasus di Jatim
Baca Juga: Demi Menjadi Negara Superpower Militer di Dunia, Ini Sistem Militer yang Harus Dimiliki Israel
Menurut Pandu Riono, Epidemiolog dari FKM UI, terjadinya tren peningkatan jumlah kasus di luar DKI Jakarta yang bergeser ke Jatim dan wilayah luar pulau Jawa bisa terjadi karena dua faktor.
"Dua faktor yang berpengaruh karena banyak orang yang mudik atau mudik balik, dan peningkatan kapasitas tes pada penduduk yang berisiko," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com (31/5/2020).
Sementara itu, menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, peningkatan kasus di Jawa Timur disebabkan oleh aktifnya empat klaster yang menjadi sumber penularan Covid-19 di sana.
"Jawa Timur ini termasuk daerah yang potensi dari klaster tertentu sangat tinggi. Antara lain dari Gowa, kemudian jemaah tabligh, termasuk juga yang berasal dari dalam yaitu Pesantren Temboro dan Pabrik Sampoerna," ujar Doni seperti diberitakan Kompas.com (27/5/2020).
Lakukan pelacakan
Menindaklanjuti temuan itu, Gugus Tugas beserta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terus melacak orang-orang yang terlibat kontak dengan empat klaster tersebut.
Pemerintah pusat juga memberikan dukungan agar kurva penularan Covid-19 di Jawa Timur bisa melandai.
Dukungan dari pemerintah pusat berupa dua unit mobile polymerase chain reaction (PCR) laboratorium yang masing-masing berkapasitas empat mesin.
Kedua unit mobile PCR laboratorium itu bisa mengetes 800 spesimen dalam sehari yang berarti peningkatan dalam hal kapasitas tes yang bisa dilakukan.
Menurut Pandu, peningkatan kasus yang disebabkan adanya peningkatan kapasitas tes merupakan sesuatu yang bermakna positif. Yaitu dengan adanya peningkatan kapasitas tes ini, maka deteksi dan pelacakan pasien positif bisa lebih mudah dilakukan.
"Sehingga kalau ada kabupaten atau kota yang nol kasus atau sedikit, mungkin disebabkan tes yang sedikit juga. Jangan senang dulu," kata Pandu mengingatkan.
Belum penuhi syarat pelonggaran PSBB
Lebih lanjut, Pandu juga menyebut bahwa saat ini belum waktu yang tepat bagi Jatim untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Apalagi melihat paparan data-data penyebaran beberapa hari terakhir.
"Jatim belum memenuhi syarat utama dari epidemiologi (untuk melakukan pelonggaran batasan), bahwa penularan belum terkendali," kata Pandu.
Untuk mencapai status terkendali, syarat utama yang harus dipenuhi adalah tren penurunan jumlah kasus yang konsisten selama dua minggu pengamatan.
Jawahir Gustav Rizal
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Kasus Covid-19 di Jawa Timur Melonjak? Ini Penjelasan Epidemiolog..."