Advertorial

Diselimuti 30.000 Perjanjian Rasial Sejak 1910, Inilah Sejarah Panjang Rasisme di Minneapolis AS yang Kembali Memanas dengan Kematian George Floyd

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com- Peristiwa memilukan yang dialami pria berkulit hitam di Minneapolis, Amerika Serikat, bernama George Floyd belakangan menyita perhatian masyarakat dunia.

Pria itu diperlakukan tidak manusiawi oleh seorang polisi, yang terekam dalam video dan kemudian menjadi viral. Lebih memilukan, Floyd akhirnya meninggal usai peristiwa itu.

Isu rasisme pun kembali memanas di kota terbesar di Minnesota, Amerika Serikat ini.

Kematian George Floyd (46) pada 25 Mei lalu, menandai satu bab lagi dalam sejarah panjang Amerika dan Minneapolis.

Baca Juga: Kaitkan Virus Corona Berasal dari Wuhan dan China, Majalah Ilmiah ini Meminta Maaf Setelah Sadar Ancaman Rasis yang Menanti Ribuan Pelajar Asia

Floyd diketahui meninggal setelah seorang polisi kulit putih menginjak lehernya dengan lutut di persimpangan Minneapolis, terlihat pada sebuah video yang viral.

Saat itu, kepolisian sedang menanggapi laporan penggunaan uang palsu dan mendekati Floyd.

Menurut laporan polisi di laman BBC Indonesia, Floyd diminta untuk menjauh dari kendaraanya dan secara fisik melawan petugas.

Namun, ia mengalami tekanan dan tak lama kemudian berhenti bergerak.

Baca Juga: Kasus Virus Corona di Brasil Hampir Capai 500.000, 'Jika Amerika Latin Jadi Episentrum Baru Covid-19 Maka Itu Bisa Sangat Berbahaya, Bahkan Karantina Tak Bisa Bantu Sama Sekali'

Ambulans pun membawanya ke rumah sakit, tapi nyawanya tak bisa diselamatkan.

Dilansir dari Time, video yang viral itu tidak cocok dengan pernyataan awal departemen kepolisian tentang apa yang terjadi.

Akibatnya terjadi penembakan empat petugas polisi yang terlibat dalam penangkapan.

Ketegangan rasial di Minneapolis memang telah berlangsung lama.

Baca Juga: Tewas Usai Lehernya Ditindih Lutut Polisi hingga Memicu Kemarahan Publik, Ini Sosok George Floyd Si Pria 'Raksasa' yang Dikenal Baik Hati

Pada tahun 2019, Minneapolis menjadi wilayah metro terburuk keempat di Amerika Serikat untuk warga kulit hitam Amerika, dan kota ini sangat tersegregasi.

Tuduhan rasisme polisi juga menjadi masalah yang konsisten untuk kota ini.

Memahami bagaimana keadaan menjadi begitu tegang di Minneapolis membutuhkan pemahaman sejarah geografi rasial kota ini, kata Kirsten Delegard, seorang sejarawan dan direktur Mapping Prejudice.

Minneapolis sendiri diselimuti dengan 30.000 perjanjian rasial sejak 1910.

Baca Juga: Seorang Nenek Tewas Terbakar di Dapur, Diduga Api Sambar Jarik Korban: 'Kuat Dugaan Saat Masak'

Ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua tanah-tanah di sana tidak ditempati oleh orang nonkulit putih.

Kota itu menjadi sangat tersegregasi. Bahkan lingkungan untuk orang nonkulit putih sangat kecil.

Lingkungan kecil itu termasuk dekat persimpangan 38th Street dan Chicago Avenue di Minneapolis, di mana petugas melututi Floyd dan di mana demonstrasi telah terjadi.

Tepat di sebelah barat adalah pusat komersial lingkungan, Old South Side.

Baca Juga: Kabar Baik! Vaksin Virus Corona Sudah Uji Coba Tahap Ketiga, 99 Persen Dikatakan Efektif dan 100 Juta Dosis Akan Segera Diproduksi

Itu merupakan rumah bagi jurnalis, dokter dan pengacara Afrika-Amerika, presiden NAACP, gereja-gereja kulit hitam yang penting dan beberapa lahan tua.

"Seperti setiap lingkungan kulit hitam di Amerika Serikat, praktik kepolisian sangat berbeda dari lingkungan yang didominasi kulit putih," kata Delegard pada Time (28/05/2020).

"Di sana, cenderung ada banyak polisi dan banyak pedebatan tentang siapa yang bisa berada di ruang publik ini dan apa yang harus dilakukan oleh orang-orang tersebut," imbuhnya.

Baca Juga: Benar-benar Lakukan Ancamannya, Donald Trump Resmi Memutus Ikatan dengan WHO, Tidak Main-main Besarnya Dana yang Hilang, Tapi Mengapa WHO Tenang-tenang Saja?

"Persimpangan penangkapan" tersebut merupakan salah satu sudut yang diatur oleh perjanjian rasial.

Penelitian Delegard menunjukkan perjanjian-perjanjian ini sering diberlakukan di perbatasan lingkungan kulit hitam--dalam upaya untuk menahan populasi.

“Meskipun 38th Street dan Chicago saat ini tidak dipandang sebagai ruang kulit putih secara terang-terangan, apa yang ditunjukkan perjanjian-perjanjian ini adalah bahwa persimpangan ini selalu menjadi titik pertikaian. ‘Ruang ini milik siapa? Siapa yang ada di sini? Siapa yang tidak bisa berada di sini? Dan siapa yang akan menegakkan itu? Rasisme struktural benar-benar dimasukkan ke dalam geografi kota ini dan sebagai hasilnya ia benar-benar menembus setiap institusi di kota ini," pungkas Delegard.

Baca Juga: Seorang Nenek Tewas Terbakar di Dapur, Diduga Api Sambar Jarik Korban: 'Kuat Dugaan Saat Masak'

Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.grid.id dengan judul Kematian George Floyd dan Sejarah Panjang Rasisme di Minneapolis

Artikel Terkait