Advertorial
Intisari-Online.com - Virus corona selama ini diyakini menyebar melalui cairan dari saluran pernapasan, seperti yang keluar dari bersin atau batuk.
Untuk penularan melalui hubungan seks memang belum ada bukti yang kuat.
Namun di sisi lain, para ahli dari hari ke hari juga kerap kali menemukan fakta baru tentang virus yang menyebabkan pandemi ini.
Oleh karena itu, tidak ada yang tidak mungkin mengingat kemungkinan virus ini masih menyimpan berbagai 'misteri'.
Terkait virus corona dan hubungan intim, seorang ahli medis medis dari Thailand menyarankan bahwa pasien Covid-19 yang telah berhasil sembuh harus menghindari hubungan intim selama 30 hari.
Bahkan, ia pun memperingatkan agar pasien sembuh dan pasangan agar tidak berciuman lebih dulu.
Melansir Mirror.co.uk (15/5/2020), sang ahli yaitu Veerawat Manosutthi, yang merupakan seorang ahli media senior di Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, mengungkapkan hal tersebut.
Untuk orang-orang yang percaya diri bahwa mereka bebas dari virus corona, Manosutthi juga memberikan sarannya.
Menurutnya, mereka tetap harus menggunakan kondom, juga menghindari berciuman.
“Mereka yang percaya diri mereka bebas dari virus harus menggunakan kondom ketika berhubungan seks.
"Berciuman juga harus dihindari karena diketahui juga dapat menyebar melalui mulut," kata Manosutthi kepada Khaosod English.
Manosutthi menyarankan hal tersebut berdasarkan pada penelitian terbaru, yaitu yang menemukan bahwa beberapa pria memiliki jejak virus dalam air mani mereka.
Dalam studi tersebut, para peneliti dari Rumah Sakit Kota Shangqiu mengambil sampel semen dari 38 pasien coronavirus pria di provinsi Henan, China.
Tim menganalisis sampel pada 26 Januari dan lagi pada 16 Februari, dan menemukan bahwa 16% pria memiliki jejak virus dalam air mani mereka.
Dalam studi yang dipublikasikan di JAMA, para peneliti menulis: "Kehadiran virus dalam semen mungkin lebih umum daripada yang dipahami saat ini, dan virus tradisional yang ditularkan secara non-seksual seharusnya tidak dianggap sama sekali tidak ada dalam sekresi genital."
Selain air mani, virus corona juga dapat ditemukan dalam partikel pernapasan, sehingga artinya kewaspadaan juga berlaku untuk aktivitas ciuman.
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan China itu juga mengatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut.
“Diperlukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan informasi terperinci tentang pelepasan virus, waktu bertahan hidup, dan konsentrasi dalam air mani,” tulis tim itu dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open seperti yang dikutip Reuters.
Sementara itu, Pakar independen mengatakan, temuan itu menarik tetapi harus dilihat dengan hati-hati dan dalam konteks penelitian kecil lainnya yang belum menemukan virus corona dalam sperma.
Sebuah penelitian kecil sebelumnya terhadap 12 pasien COVID-19 di China pada bulan Februari dan Maret menemukan bahwa semuanya diuji negatif untuk SARS-CoV-2 dalam sampel semen.
Allan Pacey, seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield di Inggris, mengatakan studi tersebut tidak boleh dilihat sebagai konklusif, karena ada beberapa kesulitan teknis dalam pengujian semen untuk virus.
Dia mengatakan kehadiran SARS-CoV-2 dalam sperma tidak menunjukkan apakah itu aktif dan mampu menyebabkan infeksi.
"Namun, kita tidak perlu heran jika virus yang menyebabkan Covid-19 ditemukan dalam semen beberapa pria, karena ini telah ditunjukkan dengan banyak virus lain seperti Ebola dan Zika," katanya.
Namun, yang disarankanManosutthi penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan.
Berbicara kepada Mirror Online, Dr Simran Deo, seorang dokter yang berbasis di Inggris di Zava UK, mendesak orang-orang untuk menghindari ciuman dan berbagi makanan dan minuman.
“Kondisi seperti coronavirus tersebar melalui tetesan air atau lendir dari hidung dan mulut yang mengandung virus," jelasnya.
Ia mengatakan bahwa hal-hal tersebut berisiko bagi penularan virus.
"Jadi hal-hal seperti mencium, berjabatan tangan, dan berbagi makanan dan minuman dengan seseorang membuat orang semakin berisiko tertular infeksi," katanya.