Advertorial
Intisari-Online.com - Kasus pembunuhan kembali terjadi di Indonesia.
Kali korban merupakan seorang pelajardi Pattaneteang Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan berinisial RO (18).
Kasus pembunuhan sadis tersebut terjadi pada Sabtu (9/5/2020).
ROS dibunuh secara sadis dengan ditebas parang pada bagian punggungnya.
Muncul dugaan bahwa RO tewas di tangan DA (50), ayah kandungnya.
Alasannya karena keluarganya melakukan ritualilmu hitam.
Benarkah hal ini?
Dilansir dari kompas.tv pada Selasa (12/5/2020), itu tidak benar.
Saat dikonfirmasi oleh wartawan,Kapolres Bantaeng, AKBP Wawan Sumantri mengungkap motif kasus pembunuhan sadis tersebut bukanlahritualilmu hitam.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sembilan orang terduga pelaku, Wawan mengatakan pembunuhan dilatarbelakangi oleh harga diri keluarga.
Sebab, korban dianggap telah membuat malu keluarga.
"Korban adalah RO, usia 18 tahun, dan kelas dua SMA."
"Dia adalah anak kelima."
"Motif pembunuhannyakasus siri. Kasus harga diri, malu."
"Disebutkan bahwa korban ada hubungan intim dengan Usman alias Sumang, yang merupakan sepupunya sediri."
"Keluarga ini malu karena korban erhubungan dengan Usman, yang masih keluarga."
"Sehingga ayah korban melakukan pembunuhan," kata Wawan pada Minggu (10/5/2020).
Tak hanya soal kasus pembunuhan.
DA dan keluarga juga melakukan penyanderaan.
Di manaUsman yang dituduh menjalin hubungan dengan korban merupakan salah satu warga yang ikut disandera oleh keluarga pelaku.
Wawan mengatakan eksekusi pembunuhan terhadap RO dilakukan oleh Rahman, anak pertama, dan Anto, anak keempat.
Keduanya merupakan kakak dari korban.
Menurut Wawan, Rahman-lah yang menjadi penguasa dalam keluarga ini termasuk dalam memutuskan eksekusi terhadap korban.
"Penguasanya adalah Rahman, anak pertama."
"Keluarga lain takut sama dia, termasuk ayahnya sendiri."
"Jadi, Rahman yang membuat keputusan untuk mengeksekusi korban," ujar dia.
Untuk sementara, itulah hasil pemeriksaan danpihaknya belum menemukan motif tersebut.
Namun, Wawan menyatakan pemeriksaan masih terus dilakukan dan tidak menutup kemungkinan mengarah ke motif-motif baru termasuk soal kesurupan atau ilmu hitam.
"Terkait motifnya kita tidak berhenti."
"Isu yang berkembang di lapangan mengenai ilmu hitam tidak tertutup kemungkinan kita lakukan pemeriksaan untuk mengurai motif-motif lain," kata dia.
Lebih jauh, Wawan menerangkan soal kondisi korban saat ditemukan tak bernyawa.
Menurut Wawan, korban dalam kondisi tewas dengan luka disekujur tubuhnya.
"Korbantewas setelahmengalami luka bacok di sekujur tubuh. Ada pukulan benda tumpul di paha," katanya.
Terkait hukuman yang diterima pelaku, Wawan menyatakan jika nantinya terbukti pembunuhan berencana, pelaku bisa dikenai ancaman hukuman mati.
"Kalau terbukti pembunuhan berencana bisa ancaman hukuman mati."
"Atau bisa seumur hidup dan sampai 20 tahun," kata dia.
Total ada 9 pelaku dalam kasus ini.
Mereka adalah Darwin (50/ayah), Anis (50/ibu), Rahman (30/anak pertama), Hastuti (28/anak kedua), Nurlinda (21/anak ketiga), Anto (20/anak keempat), Suci (14/anak keenam), Ardi (40/menantu), dan Rusni (24/menantu).
(Daryono)
(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Polisi Ungkap Fakta Berbeda Soal Motif Satu Keluarga Bunuh Remaja Perempuan 16 Tahun di Bantaeng")