Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak beberapa pekan terakhir, peternak layer mengeluhkan harga telur ayam negeri yang anjlok.
Di Blitar, Jawa Timur misalnya, sebagai sentra ayam layer, harga telur sempat berada di Rp 11.000/kg di tingkat peternak.
Tetapi, saat ini harga telur ayam sudah mulai membaik.
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jatim, Rofiyasifun mengatakan, merosotnya harga telur ayam negeri disebabkan merembesnya peredaran telur infertil atau yang dikenal dengan telur HE (hatched egg) di pasar.
"Lagi banjir telur HE dari perusahaan-perusahaan breeding. Banyak telur dari breeding tidak ditetaskan, lalu merembes ke pasar. ni yang buat harga telur ayam jatuh," tutur Rofiyasifun seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (5/5/2020).
Telur HE sendiri berasal dari perusahaan-perusahaan pembibitan (breeding) ayam broiler atau ayam pedaging.
Telur tersebut bisa berasal dari telur fertil namun tak ditetaskan perusahaan breeding, tetapi seharusnya tak dijual sebagai telur konsumsi di pasar.
Alasannya, antara lain suplai anakan ayam DOC (day old chick) yang sudah terlalu banyak, sehingga biaya menetaskan telur lebih mahal dari harga jual DOC.
Perbedaan telur ayam infertil dan telur ayam ras
Rofiyasifun menjelaskan, telur ayam HE memiliki ukuran yang sama dengan telur ayam negeri.
Ciri paling mencolok yakni warna telur yang lebih pucat atau putih.
"Paling gampang bedakan itu kalau telur ayam peternak itu coklat atau putih agak kecoklatan. Sementara ciri telur HE itu putih atau pucat," kata dia.
Telur HE memang layak dikonsumsi, hanya kekurangannya lebih cepat membusuk.
"Kalau telur ayam peternak di suhu normal bisa 30 hari, telur HE bisa seminggu saja bisa bertahan. Kalau dari ukuran telurnya itu sama," terang dia
Telur ayam negeri atau ras (final stock/FS) yang dihasilkan peternak juga terkadang memiliki warna pucat. Namun, jumlahnya sangat sedikit.
"Kenapa bisa putih? Karena ayamnya ada trouble seperti sedang sakit. Tapi dari total telur yang diproduksi di farm, telur yang warnanya putih hanya sekitar 2-3 persen," ujar dia.
Rofiyasifun mencontohkan, di peternakan miliknya setiap hari bisa produksi 1 ton telur ayam, tetapi yang warnanya pucat 5 kilogram saja.
Lantaran berasal dari telur yang tak terpakai atau produk buangan breeding, harga telur infertil ini sangat murah.
Harganya hanya berkisar Rp 7.000/kg. Sementara harga telur ayam ras pada umumnya mencapai Rp 20.000/kg.
Larangan menjual telur ayam infertil
Pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) melarang peredaran telur ayam infertil.
Meski demikian, kenyataannya telur infertil ini banyak dijual di pasar.
Larangan menjual telur HE diatur dalam Permentan Nomor 32/Permentan/PK.230/2017 diatur tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Dalam Bab III pasal 13 disebutkan, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.
Muhammad Idris
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Perbedaan Telur Ayam Infertil dengan Ayam Ras"