Advertorial
Intisari-Online.com - Menjalani kehidupan di penjara umumnya menjadi hal yang mengerikan di benak orang-orang.
Banyak narapidana yang kemudian berusaha untuk keluar dari penjara dengan berbagai cara.
Hal itu pun dilakukan oleh Tom Fairfax, seorang pria di Inggris yang dipenjara seumur hidup karena melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita muda, yang juga teman istrinya sendiri.
Namun, akhirnya pria ini justru tidak mau kehilangan kehidupannya dipenjara.
Melansir Mirror.co.uk (3/5/2020), Seorang pembunuh yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya berjuang untuk dibebaskan sekarang mengatakan dia ingin tinggal di penjara.
Tom Fairfax yang dijatuhi hukuman seumur hidup pada tahun 1968 karena membunuh teman istrinya, mengatakan dia ingin 'dilupakan'.
Kasus Fairfax akan dipertimbangkan oleh Dewan Pembebasan bersyarat pada 17 Juni. Namun setelah 49 tahun dipenjara, pria berusia 78 tahun ini mengatakan bahwa ia telah melupakan dunia luar.
"Saya telah membalikkan punggung saya pada dunia luar," ungkap Fairfax.
Ia mengaku kehidupan luar tidak menarik lagi baginya.
"Itu tidak menarik bagiku sekarang. Saya telah membuat hidup untuk diri saya sendiri di dalam," katanya.
"Sayap yang saya tuju adalah hal terdekat dengan 'kamp liburan' yang bisa Anda dapatkan di penjara, saya tidak membayangkan bisa mendapatkannya di luar," lanjutnya.
Hidup di penjara, Faifax meyakini dia tidak akan kesepian karena ada begitu banyak orang.
Bahkan ia mengaku tidak mau kehilangan kehidupan yang telah berpuluh-puluh tahun dijalaninya itu.
"Aku tidak akan pernah kesepian di sini. Ada begitu banyak orang.
"Aku punya kehidupan di sini dan aku tidak mau kehilangan itu." kata Fairfax, yang bernama asli Roger Payne - menderita osteoarthritis dan menderita kanker dan serangkaian stroke ringan, demikian dilaporkan.
Sejak tahun 1968, Fairfax dipenjara seumur hidup usai memotong leher wanita berusia 20 tahun bernama Claire Josephs di flatnya di Blomley, London Tenggara.
Fairfax tidak mengaku bersalah di persidangan, tidak ada saksi, juga tidak ada motif.
Penuntutan terhadapnya sangat tergantung pada bukti dari Margaret Pereira, seorang ahli forensik darah di Scotland Yard.
Lebih dari 60 serat yang cocok dengan gaun Claire ditemukan di pakaiannya dan bercak darah yang cocok dengan jenisnya yang langka ditemukan di mobilnya.
Pria ini menjadi salah satu pembunuh pertama yang dihukum berdasarkan bukti forensik.
Beberapa kali Fairfax hampir keluar dari penjara, baik melalui cara legal maupun ilegal.
Misalnya pada tahun 1991, ia direkomendasikan untuk dibebaskan. Namun sayangnya Home Office membatalkan keputusan tersebut.
Kemudian pria ini melarikan diri saat cuti di rumah dan menetap di Lydney, Gloss. Ujungnya, ia ditemukan dan kembali dipenjara pada tahun 1994.
Layanan Percobaan Nasional Inggris mengatakan keputusan pembebasan bersyarat 'semata-mata difokuskan pada apakah seorang tahanan akan merepresentasikan risiko kepada publik'.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari