Advertorial

Ketahui Lebih Jauh Tiga Jenis Gangguan Tidur pada Anak Kecil

May N

Editor

Intisari-online.com -Gangguan tidur yang umumnya membuat kita terjaga di malam hari dan membuat tubuh lemas di siang hari, rupanya juga bisa terjadi pada anak-anak dan remaja.

Pakar tidur anak Sally Ibrahim, MD, mengatakan gangguan tidur ini dapat memengaruhi kesehatan anak-anak - dan orangtua, karena orangtua yang merawat mereka.

Dia menjelaskan tiga gangguan tidur yang bisa terjadi pada anak-anak dan bagaimana mengatasinya.

1. Insomnia

Baca Juga: Rahasia Besar Terungkap, Jaringan Misterius Terkait Intelijen Korea Selatan Mengisi Media Sosial dengan Gambar-gambar Anti-Korea Utara

Insomnia memengaruhi anak dengan cara yang sama seperti insomnia memengaruhi orang dewasa.

Seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa kesulitan tidur atau tetap tertidur.

Kasus akut dapat disebabkan oleh stres atau penyakit, tetapi jika insomnia berlangsung lebih lama dari beberapa bulan, mungkin ini insomnia kronis. Untuk kasus yang lebih ringan, bantu anak-anak mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik.

Berikut tipsnya:

Baca Juga: Memilukan, Menunggu 'Keajaiban,' Seorang Ibu di Kenya Ini Terpaksa Harus Memasak Batu untuk Menenangkan 8 Anaknya yang Kelaparan: 'Saya Tidak Punya Apa Pun'

- Tetapkan batas dan bersikap tegas tentang waktu tidur.

- Miliki rutinitas tidur teratur, dan pertahankan sebaik mungkin. Efeknya bukan hanya pada anak-tetapi juga akan menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik untuk semua orang di rumah.

- Hindari konsumsi kafein dan kurangi asupan gula.

- Jauhkan elektronik dari kamar tidur, terutama untuk remaja dan anak-anak yang tidak dapat mengatur penggunaannya.

Baca Juga: Ngeri, Jika Kim Jong-Un Benar-benar Lengser dan Korea Utara Jadi Kacau, China, Amerika dan Korea Selatan Tidak Segan-segan Lakukan Hal-hal Ini

- Biarkan kamar tidur tenang, dingin, dan gelap.

- Orangtua juga bisa memberi hadiah untuk anak-anak yang berusia lebih kecil, ketika mereka berhasil tidur tepat waktu.

- Untuk kasus yang sulit, bicarakan dengan dokter anak. Untuk beberapa anak, konsultasi dengan dokter tidur dapat membantu.

Terkadang, psikolog tidur akan membantu membimbing anak insomnia dengan terapi perilaku kognitif.

Baca Juga: Harga Minyak Makin Tak Bernilai, Negara Paling Berbahaya di Dunia Ini Terpaksa Bongkar Brankas Emas, Harta Terakhir?

2. Sindrom fase tidur tertunda

Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda bisa menjadi masalah mengkhawatirkan pada remaja.

Pasalnya, ketika mereka mengalami sindrom fase tidur tertunda, maka ritme sirkadian otomatis terganggu, jam biologis mereka membuat mereka cenderung seperti “burung hantu” - terlambat tidur dan terlambat bangun.

Seringkali gangguan tidur ini keliru dianggap sebagai insomnia pada awalnya, tetapi memang dapat menyebabkan insomnia jika menjadi kronis - atau kebiasaan.

Baca Juga: Tak Ada Kendaraan untuk Mudik, Perempuan Ini Nekat Pulang Kampung Berjalan Kaki Jombang - Pati, Akhirnya Pingsan Ditengah Jalan

Berikut tips untuk orangtua:

- Ajarkan kepada anak remaja kebiasaan tidur yang baik.

- Pastikan mereka menghindari kafein.

- Batasi waktu tidur di siang hari.

Baca Juga: Token Listrik Gratis Bulan Mei, Begini Cara Klaim via WhatsApp dan Website PLN, Yuk Simak Selengkapnya Berikut Ini

- Batasi penggunaan elektronik di malam hari, terutama penggunaan cahaya.

- Paparan cahaya di malam hari harus dihindari, karena dapat menunda jam biologis. Sebaliknya, cahaya di pagi hari sangat penting untuk membantu mengatur jam bangun dan membantu menjaga ritme biologis tetap terjaga.

- Jika gangguan tidur tetap tak bisa diatasi, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapat rekomendasi perawatan yang tepat.

3. Sleep apnea

Baca Juga: Ini 5 Alasan Pengguna Beralih Gunakan Smart TV Daripada TV Biasa

Mendengkur, tidur tidak nyenyak, berhenti bernapas saat tidur - gejala-gejala sleep apnea tersebut juga menyerang anak-anak.

Perhatikan apakah hidung anak tersumbat dan napasnya berat saat anak tidur.

Pada orang dewsa, sleep apnea umumnya terjadi karena beberapa faktor, seperti perubahan suasana hati, kelelahan di siang hari, dan tekanan darah tinggi.

Sedangkan pada anak, Dr. Ibrahim mengatakan anak-anak dengan sleep apnea dapat mengompol.

Baca Juga: Perebutan Kepemimpinan, Kontrol Senjata dan Keuangan: Jika Kim Jong-Un Lengser, Adiknya Kim Yo-Jong Justru Tidak Punya Kesempatan untuk Memimpin Korea Utara, ini Alasannya

Dan mereka mungkin memiliki masalah yang sama di siang hari dengan anak-anak attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), seperti masalah konsentrasi, nilai buruk, dan masalah perilaku.

Jika orangtua mencurigai si kecil mengalami sleep apnea, dokter anak akan merujuk untuk melakukan sleep study – untuk mendapatkan diagnosa gangguan tidur dan mengetahui tingkat keparahannya.

Jika anak menderita sleep apnea, biasanya terapi lini pertama adalah menghilangkan amandel dan kelenjar gondok, tetapi bukan tidak mungkin ada pertimbangan lain.

CPAP, mesin yang membantu pernapasan di malam hari, biasanya dicadangkan untuk mereka yang sudah menjalani operasi amandel dan kelenjar gondok atau mereka yang tidak memiliki opsi bedah lain.

Baca Juga: Penting, Cukup dengan Dua Faktor Ini, Masa Pandemi Covid-19 Bisa Cepat Berakhir, Apa Saja?

Terpenting, kata Dr. Ibrahim, adalah mengatasi masalah tidur sedini mungkin pada anak-anak.

Ini akan membantu memastikan, bahwa mereka tetap sehat dan mengembangkan kebiasaan tidur yang positif seumur hidupnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Si Kecil Susah Tidur? Kenali 3 Jenis Gangguan Tidur pada Anak"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait