Advertorial
Intisari-Online.com - Cuci tangan menjadi salah satu cara paling penting dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona yang kini tengah menjadi pandemi.
Kita dianjurkan untuk rajin mencuci tangan dengan air dan sabun.
Menjadi cara mudah dan murah menangkal penyebaran virus corona, tahukah kamu siapa penemucuci tangan dan bagaimana sejarahnya?
Ignaz Semmelweis
Melansir Global Handwashing Partnership, kaitan antara mencuci tangan dan kesehatan diketahui pertama kali sekitar dua abad yang lalu.
Meski praktik cuci tangan telah lama menjadi komponen utama dari kebersihan pribadi serta tradisi agama dan budaya.
Ignaz Philipp Semmelweis (1 Juli 1818-13 Agustus 1856), seorang dokter Hongaria yang bekerja di Rumah Sakit Umum Wina, dikenal sebagai Bapak Kebersihan Tangan (The Father of Hygiene).
Pada 1846, ia memperhatikan wanita yang melahirkan di bangsal bersalin yang dijalankan mahasiswa kedokteran atau dokter di rumah sakitnya, sering mengalami demam dan meninggal.
Kondisi tersebut berbeda dibandingkan wanita yang melahirkan di bangsal bersalin yang dikelola bidan terdekat.
Ia memutuskan menyelidiki dan mencari perbedaan antara dua lingkungan tersebut.
Ternyata dokter dan mahasiswa kedokteran sering mengunjungi bangsal bersalin langsung setelah melakukan otopsi.
Berdasarkan pengamatan ini, ia mengembangkan teori, mereka yang melakukan otopsi membawa partikel mayat di tangan dari ruang otopsi ke bangsal bersalin.
Sedangkan bidan tidak melakukan operasi atau otopsi sehingga tidak terkena partikel-partikel ini.
Maka Semmelweis memberlakukan aturan baru yang mewajibkan dokter cuci tangan dengan klorin.
Tingkat kematian di bangsal bersalinnya turun secara dramatis.
Ini adalah bukti pertama bahwa membersihkan tangan dapat mencegah infeksi.
Tetapi tidak semua orang senang dengan inovasi tersebut.
Sejumlah dokter tidak senang karena penemuan Semmelweis menyiratkan, para dokter bersalah atas kematian dan berhenti cuci tangan.
Serta bersikukuh bahwa air adalah penyebab potensial dari penyakit.
Semmelweis mencoba membujuk dokter-dokter lain di rumah sakit Eropa tentang manfaat cuci tangan tetapi tidak berhasil.
Florence Nightingale
Beberapa tahun kemudian, tokoh cuci tangan bernama Florence Nightingale muncul di Scutari, Italia ketika terjadi Perang Krimea.
Saat itu kebanyakan orang percaya bahwa penyebab infeksi adalah bau busuk yang disebut miasmias.
Florence Nightingale menerapkan cuci tangan dan praktik kebersihan lainnya di rumah sakit perang tempat dia bekerja. Praktik cuci tangan Nightingale menghasilkan pengurangan infeksi.
Sejak kapan cuci tangan dianggap penting?
Sayangnya praktik kebersihan tangan yang dipromosikan Semmelweis dan Nightingale tidak diadopsi secara luas.
Secara umum, promosi mencuci tangan berhenti selama seabad.
Hingga pada 1980-an terjadi serangkaian wabah bawaan makanan dan infeksi terkait perawatan kesehatan yang membuat masyarakat khawatir.
Penyakit Amerika Serikat (United States Centers for Disease Control and Prevention) mengidentifikasi, kebersihan tangan sebagai cara penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Setelah itu, mereka mengumumkan pedoman kebersihan tangan pertama yang disahkan secara nasional yang kemudian banyak diikuti pihak-pihak lain.
Hingga saat ini, mencuci tangan dengan sabun adalah bentuk kebersihan tangan yang mendapat pengakuan sebagai upaya kesehatan hemat biaya.
Tidak ada lagi orang yang mempertanyakan efektivitas cuci tangan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Penemu Cuci Tangan