Advertorial
Intisari-Online.com - Gambar-gambar dramatis menunjukkan ratusan tahanan yang terdiri dari para pembunuh berdesak-desakan selama lockdown akibat coronavirus.
Dilansir dari Daily Star, Selasa (28/4/2020), gambar-gambar dari penjara Izalco di El Salvador, Amerika Latin, menunjukkan keterlambatan yang dikemas sebagai hukuman, dengan puluhan penjaga di sekitarnya.
Mereka dipaksa dikumpulkan setelah Presiden Nayib Bukele memerintahkan lockdown 24 jam bagi semua penjara yang menahan anggota geng.
Dia mengatakan kuncian “darurat maksimum” akan diberlakukan setelah ada 22 pembunuhan pada hari Jumat saja.
Bukelethen memberi perintah untuk menempatkan anggota geng di sel tertutup seperti kotak baja dan izin untuk bersikap kasar untuk menindak anggota geng di jalanan.
Dia mengatakan kepada kabinet keamanannya:
"Kami akan memastikan anggota geng yang melakukan pembunuhan ini menyesal telah membuat keputusan ini selama sisa hidup mereka."
Dalam tur di penjara keamanan maksimum Izalco dengan pejabat pemerintah, saksi mata Reuters melihat pekerja menyolder lembaran logam ke pintu sel tahanan.
Presiden juga memerintahkan anggota geng lain agar ditempatkan dalam sel bersama dalam upaya untuk memecah jalur komunikasi antara anggota geng yang sama.
"Mulai sekarang, semua sel geng di negara kita akan tetap tersegel."
"Mereka tidak akan lagi dapat melihat dunia luar," kata Bukele.
"Ini akan mencegah mereka menggunakan bahasa-bahasa isyarat untuk berkomunikasi."
"Mereka akan berada di dalam, dalam gelap, dengan teman-teman mereka dari geng lain."
Sekitar 12.862 anggota geng dipenjara di El Salvador, menurut otoritas penjara.
Direktur Amnesty International untuk Amerika, Erika Guevara, mengatakan situasinya "mengkhawatirkan."
"Kami melihat foto-foto ini diambil dari orang-orang yang dirampas kebebasannya di penjara dengan keprihatinan besar."
"Mereka adalah gambaran di mana orang-orang dikumpulkan di halaman penjara dengan cara yang memalukan dan merendahkan martabat," kata Guevara.
Sebelumnya, telah muncul kekhawatiran akibat penyebaran virus corona di penjara-penjara Amerika Latin yang penuh sesak.
Penjara Puente Alto di pusat kota Santiago, Chili, memiliki wabah virus terbesar di Amerika Latin sejauh ini, dengan lebih dari 300 kasus dilaporkan.
Penjara Amerika Latin menampung 1,5 juta narapidana, dan penjara itu sendiri sering diperintah oleh napi, lapor Al Jazeera.
Narapidana mengklaim bahwa harga di toko-toko penjara telah meroket sejak pandemi.
Seorang tahanan di Meksiko mengatakan:
"Saat ini, sekantong bubuk sabun berharga 29 peso, padahal sebelumnya 20 peso."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari