Setelah jenazah Bapak selesai dimandikan dan peti jenazah sementara tiba, sekitar pukul 13.00 Bapak dibawa ke Wisma Yaso untuk disemayamkan semalam dari di situ peti jenazahnya ditukar dengan yang lebih bagus lagi.
Sesaat kemudian halaman wisma dipenuhi pelayat yang seakan tak bisa dibendung lagi.
Bahkan salah satu pintu masuknya jebol oleh desakan pelayat yang ingin mendekat ke peti jenazah Bapak.
Sewaktu aku pulang ke Sriwijaya, Ibu sempat menanyakan keadaan Bapak. Namun tetap saja tidak mau melayat Bapak.
Ibu hanya mengirimkan karangan bunga berwarna merah-putih untuk Bapak.
Di malam itu, di Sriwijaya sedang dibicarakan penentuan tempat pemakaman Bapak.
Hal ini disebabkan adanya amanat dari Bapak, bahwa beliau ingin dimakamkan di bawah pohon yang rindang, dan di dekat pemakaman itu melintas sungai.
Bapak juga minta agar tidak dipasang batu nisan di atas pemakamannya.
Sebagai gantinya Bapak menghendaki sebuah batu ditaruh di atas pemakamannya, dengan tulisan Bung Karno penyambung lidah rakyat.
Namun akhirnya disepakati Bapak dimakamkan di Blitar.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR