Advertorial

Sudah Mendekati Musim Panas, Benarkah Virus Corona Akan Segera Lenyap Pada Cuaca yang Panas, Ilmuwan Bocorkan Fakta Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Dalam surat itu mereka menjelaskan tentang apakah virus corona akan berhenti menyebar di iklim yang lebih hangat.
Dalam surat itu mereka menjelaskan tentang apakah virus corona akan berhenti menyebar di iklim yang lebih hangat.

Intisari-online.com - Virus corona telah menjadi ancaman yang meakutkan bagi manusia, sejak kemunculannya Desember silam.

Penyakit ini muncul dan dengan cepat menyebar, hingga ke seluruh dunia, pada musim dingin atau musim hujan.

Namun benarkah bahwa virus ini kemungkinan akan hilang ketika musim panas tiba.

Menurut beberapa sumber ada yang mengatakan, penyabaran virus ini diperkirakan melambat ketika memasuki musim panas, karena diketahui virus ini senang hidup pada tempat lembab.

Baca Juga: Ilmuwan Jerman Sebut Replikasi Virus Corona di Tenggorokan Membuatnya Mudah Ditularkan, Julur-julurnya Lebih Mudah Menyatu dengan Sel Manusia

Kenyataan lain, kebiasaan masyarakat Indonesia yang kerap berjemur karena meyakini bisa mencegah virus corona meskipun secara ilmiah belum terbukti kebenarannya.

Kali ini seperti dikutip dari Daily Mirror, ilmuwan memberikan penjelasannya tentang keyakinan bahwa virus ini akan hilang pada musim panas.

Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional di Inggris telah menulis surat ke Gedung Putih terkait dengan kepercayaan masyarakat ini.

Dalam surat itu mereka menjelaskan tentang apakah virus corona akan berhenti menyebar di iklim yang lebih hangat.

Baca Juga: Kini Wajib Kita Pakai, Nyatanya Masker Kain Berbahaya Jika Dipakai Lebih dari 4 Jam

Surat itu mengatakan, "Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa virus corona mungkin menular dengan kurang efisien di lingkungan dengan suhu dan kelembapan sekitar yang lebih tinggii."

"Namun mengingat kurangnya imunitas inang, secara global, pengurangan efisiensi penularan ini mungkin tidak mengarah, pada pengurangan penyebaran penyakit," katanya.

Dalam surat itu mereka juga menjelaskan tentang studi wabah di China.

Menunjukkan bahwa bahkan dalam kondisi yang hangat dan lembab virus itu masih menyebar secara eksponensial.

Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti mendesak masyarakat untuk tidak bergantung pada cuaca hangat untuk mengakhiri pandemi.

Dengan kata lain tidak ada jaminan bahwa virus ini akan berhenti menyebar pada musim panas.

Baca Juga: Selama Ini Disembunyikan China, Ilmuwan Penemu Virus Corona Ini Dibungkam Setelah Berhasil Menguak Misteri Virus Corona Ini

Dr William Schaffner seorang ahli dari Vanderbilt University Medical Center mengatakan, "Meskipun kita bisa berharap cuaca akan memberikan kontribusi pada pengurangan penularan, kita tidak bisa bergantung pada itu saja."

"Kita tetap harus mengutamakan jarak sosial dan langkah untuk mengurangi penularan," katanya.

Sementara surat yang dikirim ke Gedung Putih di atas sudah sampai, setelah Donald Trump meyakinkan bahwa virus ini akan sedikit melambat pada musim hangat.

Trump sebelumnya mengatakan, "Sepertinya pada bulan April, Anda tahu secara teori ketika iklim menjadi lebih hangat itu secara ajaib akan menghilang."

Sementara Presiden AS juga mengklaim, "panasnya secara umum akan membunuh virus semacam ini."

Namun ucapan Trump tidak berdasarkan fakta ilmiah akhirnya diluruskan oleh ilmuwan melalui sebuah surat yang dikirim ke Gedung Putih.

Baca Juga: Warga Indonesia Boleh Bernapas Lega, Jumlah Pasien Virus Corona yang Sembuh Melonjak Tajam, 'Ini Sebuah Optimisme Bagi Kita'

Menurut keterangan temperatur di Eropa akan naik ke 25 derajat celcius, menjelang akhir April.

Kemudian di wilayah Indonesia dan Asia yang beriklim tropis akan segera memasuki musim panas pada awal Mei.

Namun, fakta ini tidak bisa dijadikan acuan bahwa virus corona akan lenyap pada saat pergantian cuaca, yang perlu diperhatikan adalah kita tetap waspada dan utamakan keselamatan.

Artikel Terkait