Advertorial
Intisari-online.com - Shi Zhengli, seorang ahli virologi berbasis di Wuhan ini adalah salah satu wanita yang berhasil memetakan gen virus corona sebelum menyebar.
Namun, dalam beberapa hari dia justru diberangus oleh pihak berwenang, menurut sebuah laporan.
Menurut Daily Mirror pada Senin (13/4/20), China dituduh menyembunyikan semua ahli virus corona yang dikenal sebagai wanita kelelawar.
Sebelumnya dia dengan cepat mengidentifikasi susunan genetik dari jenis baru yang telah menginfeksi jutaan orang.
Ahli virologi Shi Zhengli adalah salah satu ilmuwan terbaik di dunia tentang virus corona dan telah menemukan puluhan virus terkait SARS yang mematikan dari kelelawar.
Dia mempelajari sampel yang diambil dari beberapa orang pertama yang terinfeksi penyakit misterius ini pada bulan Desember.
Virus itu diidentifikasi dengan virus corona baru dalam tiga hari dan ia berhasil menyelesaikan urutan gen nya.
Menemukan 96 persen identik dengan virus yang ditemukan pada kelelawar, di Yunnan.
Tetapi dia diberangus oleh China, dan timnya dilarang mengungkapkan informasi apapun tentang penyakit baru ini.
Namun, kini sudah menyebar dengan cepat dan membuat dunia dalam ketakutan.
Klaim tersebut muncul dan ditutup-tutupi oleh China, yang gagal menemukan informasi peringatan sejak awal.
Alhasil wabah ini dengan cepat menyebar dan memicu kegemparan di seluruh dunia.
Menyebabkan puluhan ribu kematian, dan lebih dari 1 juta orang terinfeksi penyakit ini.
Wartawan China Gao Yu mengatakan, dia berbicara dengan Shi selama masa penahanan di Wuhan, yang dikunci selama dua bulan.
Dia mengungkapkan bahwa semuanya ditutup-tutupi oleh otoritas China.
Wartawan itu menambahkan, "kami kemudian mengetahui bahwa lembaganya menyelesaikan uji sekuesing dan tes 2 Januri tetapi diberangus."
Hari ketika informasi genentik dipetakan, Yanyi Wang direktur Institute Virologi Wuhan, memerintahkan staf untuk tidak mengungkap informasi apapun tentang penyakit itu.
Setelah idokter setempat juga ditahan karena memberikan peringatan pada penduduk setempat tentang virus.
Direktur itu beralasan, "informasi yang tidak tepat dan tidak akurat menyebabkan kepanikan masyarakat."
Dia memerintahkan staf untuk tidak memposting informasi apapun di media sosial atau berbicara ke media.
Lebih seminggu kemudian, sebuah tim di Shanghai menerbitkan urutan pada platform akses terbuka setelah mempelajari sampel dari pasien.
Dua hari kemudian, laboratorium mereka ditutup dengan alasan sedang dilakukan perbaikan.
Satu kasus Covid-19 muncul pada pertengahan Desember, ketika seorang pasien bekerja di pasar Wuhan mengeluh sakit, dan berujung pada infeksi paru-paru.
Tiga hari kemudian dokter Li Wenliang dan Ai Fen membuat informasi tentang virus itu di WeChat namun mereka lagi-lagi ditangkap polisi karena dianggap menyebarkan berita palsu.
Li Wenliang meninggal pada Februari setelah terinfeksi virus corona, dia merupakan salah satu yang mengungkap wabah itu sebelum meluas.