Advertorial

Hanya Ditutupi Plastik Mayat-mayat Ini Dibiarkan Terbaring di Pinggir Jalan, Karena Petugas Kewalahan Urus Makam Jenazah Pasien Virus Corona

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Dampak virus corona memang begitu dasyat sampai bisa mengubah situasi di dunia saat ini.

Banyak negara kewalahan mengatasi dampak penyebaran yang terus meluas, termasuk negara satu ini yang mengaku angkat tangan karena jumlah korban meninggal terlalu banyak.

Mengutip dari Daily Mirror pada Minggu (5/4/20), sebuah pemandangan mengerikan terlihat di mana mayat-mayat dibiarkan terbaring di pnggiran jalan.

Mayat-mayat itu hanya tertutup dengan plastik, dengan nasib yang tidak jelas.

Baca Juga: Ada Pasien Virus Corona yang Isolasi Mandiri di Rumah, Ini yang Harus Lakukan Jika Kita Tinggal dengan Mereka

Menurut laporan fenomena mengerikan itu terjadi di kota Guayaquil, kota terbesar di Ekuador.

Fenomena mayat-mayat dibiarkan tergeletak itu disebabkan petugas medis yang mengaku kewalahan untuk mengurus jenazah yang semakin banyak.

Sementara kamar mayat di rumah sakit dan pemakaman sudah terlalu penuh.

Akibatnya, keluarganya di minta membawanya pulang, namun karena takut virusnya masih bisa menyebar mereka meninggalkannya di jalanan.

Baca Juga: Buktikan Ancaman 'Tembak Mati' Warganya yang Ngeyel Diatur, Satu Orang di Filipina Ditembak Mati Setelah Menolak Pakai Masker

Orang-orang mengeluh, bahwa mereka tidak memiliki cara lain untuk membuang tubuh jenazah kerabat mereka yang meninggal itu.

Keluarga di Ekuador hanya memiliki pilihan meninggalkan mayat itu di pinggiran jalan, dan pasrah menunggu mereka akan diurus oleh petugas.

Tetapi prosesnya bisa memakan waktu untuk satu mayat bisa sampai tiga hari.

Secara resmi, sekitar 120 kematian dilaporkan tetapi presiden Lenin Moreno menyebut jumlahnya bisa lebih, karena pihak berwenang kewalahan untuk mengurusnya.

Sehingga data yang mereka kumpulkan juga keteteran.

Satu unit petugas pemakaman terdiri dari tentara dan polisi, yang bertugas menguburkan orang mati dan mereka mengumpulkan 150 mayat setiap harinya.

Baca Juga: 'Insya Allah Semua Gaji Saya Sebagai Wabup Selama Setahun, Kurang Lebih Rp 325 Juta, Itu Akan Disumbangkan'

Rumah sakit sudah tidak memiliki tempat tersisa untuk menampung mayat, sementara kamar mayat dan pemakaman juga tidak lagi memiliki kapasitas.

Warga yang meninggalkan mayat di jalanan mengaku sudah tidak memiliki solusi lain lagi.

Namun mayat-mayat itu sebagian sudah dikumpulkan oleh petugas karena kekawatiran jenazah itu masih bisa menyebarkan virus.

Selain itu orang-orang juga mengeluh karena sebagian mayat itu sudah mulai berbau dan membusuk.

Seorang penduduk Guayaquil, Rosa Romero mengatakan, suaminya Bolivar Reyes meninggal setelah menderita gejala yang mirip virus corona tetapi tidak pernah diuji.

Tubuhnya tidak dimakamkan selama lebih dari satu hari, karena petugas pemakaman mengaku kewalahan menghadapi lonjakan.

Baca Juga: 'Insya Allah Semua Gaji Saya Sebagai Wabup Selama Setahun, Kurang Lebih Rp 325 Juta, Itu Akan Disumbangkan'

Jumlah korban yang meninggal terus bertambah, kini pemerintah berencana membuat kamp khusus untuk menampung mayat.

Pada hari Jumat (4/4), Layanan Nasional Departemen Risiko dan Manajemen Darurat Ekuador melaporkan 3.368 kasus Covid-19.

Namun warga prihatin karena jumlahnya mungkin lebih banyak karena banyak yang tidak terkonfirmasi, namun meninggal dengan gejala Covid-19.

Presiden Lenin Moreno, mengatakan Guayaquil yang merupakan kota berpenduduk 3,8 juta akan memiliki kematian mencapai 2.500 dan 3.500.

Kontainer telah disiapkan di kota untuk diubah menjadi kamar mayat sementara untuk menampung jenazah yang belum terurus.

"Kami sedang membangun kamp khusus untuk mereka yang meninggal," katanya.

Sementara itu laporan global menyebutkan sudah ada 1 juta orang di dunia terinfeksi virus corona, di 181 negara dan lebih dari 58.000 orang meninggal dunia.

Artikel Terkait