Advertorial
Intisari-Online.com - Saat rumah-rumah pada umumnya memiliki atap yang terbuat dari genteng atau asbes biasa, rumah di pulau Laesoe ini terbuat dari rumput laut kering.
Semua ini terjadi karena ketamakan penduduk Laesoe yang tidak pernah sekalipun punya keinginan untuk melestarikan alam tempat tinggal mereka.
Pulau Laesoe merupakan sebuah pulau kecil di wilayah Denmark yang dianugerahi banyak kekayaan alam.
Dulu sekali, di tahun 1150 hingga 1652, Pulau Laesoe terkenal sebagai produsen garam laut yang sangat besar di Eropa.
Baca Juga:Kisah Kota Terkutuk Bernama Kuldhara, yang Lenyapkan 1.500 Penduduknya dalam Satu Malam
Tak perlu bersusah payah, seluruh daratan di pulau itu terendam oleh air garam bahkan air tanahnya juga.
Air tanah Laesoe mengandung garam hingga 15% dan itu merupakan aset bagi pulau ini.
Selama musim panas, air garam akan berubah menjadi kristal garam secara alami.
Namun tetap saja garam ini perlu diproses agar lebih murni lagi.
Baca Juga:5 Superhero Ini Diprediksi Akan Tewas dalam Film Avengers: Infinity War. Adakah Jagoanmu?
Dalam prosesnya, ratusan tungku akan dipanaskan menggunakan api dari kayu bakar.
Pasokan kayu bakar ini didapat dari hutan yang terdapat di sekitar Laesoe yang awalnya tumbuh subur.
Sayangnya, hutan tidak bisa melakukan regenerasi dengan cepat, ini yang menyebabkan hutan Laesoe lama-kelamaan gundul.
Penduduk pulau sepertinya terlambat menyadari pentingnya jajaran pohon dalam kehidupan mereka.
Baca Juga:6 Zodiak yang Punya Bakat jadi Orang Kaya, Anda Termasuk? Cek Selengkapnya di Sini!
Tanpa adanya pasokan kayu, penduduk tidak bisa mengolah garam laut dan industri itu runtuh seketika.
Bahkan rumah-rumah mulai hancur karena angin besar tidak mampu dihadang oleh pohon lagi dan badai pasir merusak rumah-rumah penduduk.
Udara serta tanah dipenuhi kristal garam dan tanah tidak lagi subur.
Untuk memperbaiki rumah mereka, mereka menggunakan kayu dari reruntuhan bangunan dan kayu apung yang tersisa.
Atapnya dibuat dari eelgrass (rumput laut) yang mampu mengeras kalau menyerap kandungan garam.
Eelgrass bisa dibilang merupakan penyelamat penduduk Laesoe karena atap ini sangat kokoh dan kuat bahkan tahan api.
Atap eelgrass dibuat secara alami dan bisa tahan hingga ratusan tahun.
Untuk setiap satu meter eelgrass, berat atapya bisa mencapai 300kg.
Di awal tahun 1920-an, penduduk Laesoe berkurang drastis dan kini hanya tingga 20 rumah yang tersisa.
Saat ini Laesoe kembali bangkit dengan menanam banyak pohon dan justru jadi tempat kunjungan wisata.
Berbagai situs juga telah menawarkan paket wisawa Laesoe lengkap dengan surga kuliner ikan laut yang lezat.
Kalau saja dulu penduduk Laesoe tidak terlalu tamak, mungkin industri garam masih bisa jadi andalan mereka.