Intisari-Online.com - Menurut penelitian, 115-80 juta tahun lalu, kadar karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi.
Tentu fakta tersebut bertentangan dengan model iklim saat ini.
Perbedaan antara kondisi saat ini dengan yang terjadi jutaan tahun yang lalu tersebut diyakinkan oleh temuan para peneliti.
Melansir The Hindu, Kamis (2/4/2020), para peneliti telah menemukan bukti adanya hutan hujan di dekat Kutub Selatan 90 juta tahun yang lalu, sebuah temuan yang menunjukkan bahwa iklim saat itu sangat hangat dengan tingkat karbon dioksida yang lebih tinggi di atmosfer daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Baca Juga: Jika Es di Kutub Mencair, 6 Wilayah Ini Diprediksi Ikut Terancam, Indonesia Masuk?
Para ilmuwan, termasuk yang dari Imperial College London di Inggris, menemukan tanah hutan pada waktu antara 145 dan 66 juta tahun yang lalu dalam 900 kilometer dari Kutub Selatan.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, mereka menganalisis akar, serbuk sari, dan spora yang diawetkan dari tanah ini, dan menunjukkan bahwa dunia pada waktu itu - periode Cretaceous - jauh lebih hangat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Pelestarian hutan berusia 90 juta tahun ini luar biasa, tetapi yang lebih mengejutkan adalah dunia yang diungkapkannya,” kata rekan penulis studi Tina van de Flierdt dari Imperial College London.
"Bahkan selama berbulan-bulan kegelapan, hutan hujan berawa-rawa mampu tumbuh dekat dengan Kutub Selatan, mengungkapkan iklim yang bahkan lebih hangat dari yang kita pikirkan," kata van de Flierdt.
Baca Juga: 200 Rusa Ditemukan Mati di Kutub Merupakan Dampak Perubahan Iklim yang Meluas
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR