Hal tersebut ditandai dengan garis merah putus-putus pada grafik di bawah ini.
Tanpa intervensi, jumlah total pasien Covid-19 yang harus mendapat perawatan intensif di hari ke 70 atau sekitar pertengahan Mei adalah hampir 2,5 juta pasien. Ini merupakan skenario terburuk.
"Mendekati 2,5 juta pasien pada hari ke-70, itu adalah prediksi kumulatif. Pada saat itu (hari ke-70), kita duga 50 persen penduduk sudah terinfeksi. Jadi pada (model) ini adalah kasus yang butuh perawatan di rumah sakit, 2,5 juta yang terinfeksi dan butuh perawatan," jelas Pandu.
Diberitakan Kompas.id dengan intervensi seperti saat ini, yaitu masih berupa imbauan untuk menjaga jarak sosial dan membatasi kerumunan massal dengan cakupan rendah, masih bisa terjadi 1,8 juta orang yang harus dirawat.
Sementara intervensi moderat melalui tes massal dengan cakupan rendah dan mengharuskan jaga jarak sosial dengan penutupan seluruh kegiatan sekolah dan bisnis, maka orang yang butuh dirawat karena Covid-19 mencapai 1,2 juta orang.
Dengan intervensi tertinggi, yaitu karantina wilayah untuk membatasi pergerakan dan dengan tes massal skala luas, maka orang yang butuh perawatan intensif mencapai 600.000 orang.
"Kalau kita mau kurvanya yang warna biru, intervensinya harus high. Jadi harus benar-benar ada regulasi, social distancing. Nah social distancing bukan hanya himbauan saja, tapi harus wajib dilakukan," tegas Pandu kepada Kompas.com.
Pandu mengingatkan, perhitungan simulasi itu bukanlah menunjukkan prediksi infeksi Covid-19 di Indonesia.
Perlu digarisbawahi, angka-angka pada grafik di atas menunjukkan jumlah pasien yang harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR