Intisari-Online.com - Ketika berlangsung konflik antara Indonesia dan Belanda untuk memperebutkan Irian Barat (Papua), Angkatan Laut RI (ALRI/TNI AL) pernah memiliki kapal perang kebanggaan Presiden Soekarno (Bung Karno) bernama KRI Irian.
Sebagai kapal perang terbesar tipe penjelajah ringan (light cruiser) yang pernah dimiliki oleh Indonesia, KRI Irian memang sangat istimewa.
Ketika Indonesia membeli KRI Irian tujuannya bukan untuk proyek mercusuar.
Pasalnya saat itu, Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Soekarno sedang berjuang membebaskan Irian dari tangan Belanda.
Jika konflik Indonesia-Belanda berkembang menjadi perang terbuka, maka tugas dari KRI Irian adalah sebagai penyeimbang bagi armada laut Belanda yang telah digelar di perairan Irian.
Sebelum diserahkan kepada ALRI, KRI Irian bernama Ordzonnikidze yang tergabung dalam armada laut Baltik dan mulai dinas aktif pada 30 Juni 1952.
Dunia internasional mengenal kapal buatan Uni Soviet (Rusia) ini sebagai kelas Sverdlov dan dibuat sebanyak 14 buah.
Sebagai kapal perang yang diproduksi ketika Perang Dingin sedang berlangsung, Ordzonnikidze merupakan pengembangan dari penjelajah ringan kelas Champayev yang ukurannya kemudian diperbesar dan lebih disempurnakan.
Sementara sistem persenjataannya masih sama tapi kapasitas tanki bahan bakarnya diperbesar sehingga jarak tempuhnya semakin jauh.
Sebagai tenaga penggeraknya adalah mesin turbin uap tipe TB-72 sebanyak dua buah dan mampu menghasilkan tenaga sebesar 122.000 tenaga kuda serta dapat menggerakkan kapal dengan kecepatan maksimum 32,5 Knot.
Sebagai penjelajah konvensional KRI Irian bernomor lambung 201 memang tidak dilengkapi rudal.
Source | : | dari berbagai sumber,wikipedia |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR