Advertorial
Intisari-Online.com - Pada tanggal 18 Agustus 1945, di Gedung Tyuuoo Sangi-In (sekarang Gedung Pancasila), Soekarnodipilih secara aklamasidalam sidang PPKI.
Melansirinteraktif.kompas.id(15/10/2019), saat pemilihan itu tak ada riuh pemilihan umum macam debat dan penyampaian visi-misi calon presiden.
Usulan Oto Iskandardinata yang menyampaikan pemilihan dilakukan secara aklamasi disambut tepuk tangan anggota sidang.
Hal ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia yang menggambarkan sejuknya suasana pemilihan presiden.
"Tuan-tuan, banyak terima kasih atas kepercayaan Tuan-tuan dan dengan ini saya dipilih oleh Tuan-tuan sekalian dengan suara bulat menjadi Presiden Republik Indonesia," demikian kata Soekarno yang disambut tepuk tangan dan nyanyian lagi Indonesia Raya.
Tak ada perayaan apapun, Bung Karno yang saat itu memimpin sidang kembali membawa sidang ke agenda selanjutnya, membahas aturan peralihan seperti pembentukan pemerintahan.
Sate ayam 50 tusuk
Cindy Adams, seorang wartawan AS menuliskan momen pemilihan presiden dalamBung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.
Dalam buku itu tertuang Soekarno mengenang saat baru saja dilantik, ia berjalan pulang.
"Setelah dipilih untuk menduduki jabatan paling tinggi di Republik Indonesia, presiden baru itu berjalan pulang."
Dalam perjalanan pulang inilah Soekarno bertemu pedagang sate yang berjualan dengan bertelanjang kaki, lantas memanggil pedagang sate itu.
Saat itulah Soekarno mengeluarkan perintah pertamanya sebagai seorang presiden, "sate ayamlima puluh tusuk".
Bagi Soekarno, inilah cara merayakan amanah yang baru saja diterima beberapa jam sebelumnya.
"Aku jongkok di sana dekat got dan tempat sampah dan menyantap sate dengan lahap. Itulah seluruh pesta perayaan terhadap kehormatan yang kuterima," kenang Soekarno.
Soekarno masih punya 'pekerjaan lain', yakni memberi tahu sang istri, Fatmawati, mengenai amanah besar yang baru saja diterimanya.
Soekarno memutuskan untuk memberi kabar itu pada Fatmawati di dapur, menurutnya, dapur dianggap sebagai tempat yang menyenangkan untuk menyampaikan informasi tersebut.
"Mereka mengangkatku sebagai presiden. Rakyat memilihku sebagai presiden," demikian kutipan Soekarno pada Fatmawati.
Menjadi Ibu Negara, reaksi Fatmawati tak berlebihan, ia mengatakan, "Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya," ujar Fatmawati.
Respon tak berlebihan dari sang istri lantaran ayahnya, Hassan Din, menceritakan firasatnya sebelum meninggal dunia, bahwa Fatmawati akan tinggal di istana yang besar dan putih.
Usai sudah tugas Soekarno menyampaikan kabar pengangkatannya sebagai presiden pada istrinya di dapur rumah. (Nieko Octaviani)