Advertorial
Intisari-online.com - Terobosan untuk memerangi virus corona adalah dengan menciptakan vaksin yang bisa membunuh virus tersebut.
Hingga kini, China sudah berupaya membuat vaksin tersebut, dan beberapa waktu lalu sudah dilakukan uji coba kepada beberapa sukarelawan.
Mengutip South China Morning Post, Kamis (19/3/2020), vaksin tersebut dikembangkan oleh CanSino Biologics, perusahaan farmasi yang bekerja sama dengan militer China.
Uji coba sudah dilakukan, tentu akan ada dampak yang terjadi, mengingat vaksin ini belum sempurna dan masih dalam tahap uji coba.
Namun beberapa relawasn justru antusias untuk berpartisipasi, sebanyak 108 relawan menawarkan diri untuk diuji dengan vaksin tersebut di Wuhan, setelah menerima izin dari Pemerintah Pusat.
Salah satu peserta dalam uji coba tersebut adalah Xiao Mi, dia masuk dalam daftar diosis rendah untuk menerima vaksin.
Xiao menjelaskan, dia dihubungi peneliti, awalnya dia takut namun kemudian dia mau mendaftar.
Dia takut setelahdiberi tahu akan ada kemungkinan efek samping yang diterimanya usai diberikan vaksin tersebut.
Namun, dia diberi tahu lagi bahwa efek samping itu hanya kemungkinan paling buruk, selebihnya mungkin akan aman.
"Dua orang dari kelompok kami langsung mengalami kenaikan suhu mencapai 38 derajat celcius," katanya.
"Kemudian, ada yang langsung mengalami diare," imbuhnya.
Meski demikian, yang lebih penting baginya adalah dia bisa memberikan kontribusi penting bagi msyarakat.
Xiao menjelaskan, dia ingin berperan dalam masyarakat dan merasa itu bukanlah hal yang menakutkan.
"Saya merasa bisa menanggung beban ini," katanya.
Sebelumnya orang pertama yang disuntikan vaksin virus corona adalah Mayor Jenderal Chen Wei, ilmuwan militer China yang memimpin percobaan ini.
Sukarelawan lain bernama Li Min, dan istrinya Wang Feng, seorang pasien yang baru sembuh dari virus corona.
Menurut keterangan, para relawan yang berusia 18-60 tahun dalam uji coba ini dibagi menjadi tiga kelompok besar.
Dengan setiap kelompok yang masing-masing beranggotakan 36 orang mereka mendapatkan dosis rendah, sedang, tinggi.
Setiap kelompok berisi 36 orang, mereka mulai mendapatkan dosis sesuai dengan kelas masing-masing.
Selama 14 hari mereka akan menerima injeksi dan terus diawasi, saat ini baik China maupun AS keduanya sama-sama sedang mengembangkan vaksin virus corona.
Beijing telah memerintahkan militer untuk turun tangan dalam pembuatan vaksin tersebut, pengembangan masih terus berjalan dan akan terus disempurnakan hingga akhir Maret ini.
Namun belum diketahui pasti kapan vaksin ini akan dirampungkan dan siap diedarkan.
Seorang peneliti bernama Wang Junzhi, berujar akan segera menyelesaikannya hingga akhir maret ini.
Namun, pakar virologi dari Queensland di Australia, Rob Hall menyebut butuh waktu lama sebelum vaksin itu diproduksi massal.
Dia menyebutnya setidaknya butuh waktu 6-9 bulan untuk uji klinis dan siap diedarkan dalam waktu satu tahun.