Advertorial
Intisari-Online.com - Setiap hari, hampir selalu kita dengar penambahan jumlah kasus positif corona, baik di Indonesia, maupun dunia.
Meski di sisi lain datang juga kabar baik tentang kesembuhan pasien virus corona, namun jumlah pasien yang baru terinfeksi tetap lebih mampu menguji mental setiap orang.
Bahkan, diperkirakan jumlah kasus positif masih akan terus meningkat.
Hampir 1 miliar orang atau sekitar sepertujuh penduduk di seluruh dunia bakal dikarantina di rumah, menyusul wabah virus corona yang menjangkiti lebih dari 304.000 orang.
Kabar itu muncul setelah sejumlah negara bagian AS menerapkan aturan agar warganya tidak bepergian.
Termasuk di kota padat penduduk seperti New York, Los Angeles, dan Chicago.
New Jersey menjadi negara bagian AS terbaru yang menerbitkan pembatasan pergerakan, di tengah virus corona yang sampai menutup binis hingga meliburkan sekolah.
"Saat ini, mungkin kalian harus berkorban. Namun di sisi lain, Anda bisa berbagi waktu dengan orang tersayang. Kita akan menang," kata Presiden Donald Trump.
Dari total 13.000 korban meninggal, Italia menjadi negara terbanyak dengan melaporkan 4.825 kematian, dan 53.578 kasus infeksi.
Di Perancis, polisi menyatakan mereka menerjunkan helikopter dan drone untuk memaksa orang pulang ke rumah dan menjalani karantina.
"Helikopter akan memberikan pandangan lebih luas dan panoramik mengenai situasi di lapangan sebenarnya," ujar sumber kepolisian.
Dilansir AFP Sabtu (21/3/2020), Negeri Anggur mencatatkan angka kematian hingga 562 orang, dengan total kasus infeksi mencapai 14.459.
Berdasarkan data AFP, hampir 1 miliar orang, tepatnya sekitar 900 juta jiwa, dari seluruh dunia yang dikarantina di rumah masing-masing.
Jumlah tersebut terjadi di 35 negara. Termasuk 600 juta orang yang dipaksa untuk tidak bepergian melalui aturan lockdown ketat.
"Berbulan-bulan, tidak beberapa pekan"
Dengan wabah virus corona yang mulai menggerogoti ekonomi nomor satu dunia, New Jersey menjadi negara bagian AS terbaru yang meminta warganya tidak keluar.
Gubernur Phil Murphy memerintahkan segala lini usaha yang tidak berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak ditutup pukul 21.00 waktu setempat.
Di New York, Gubernur Andrew Cuomo memperingatkan pada Sabtu bahwa wabah penyakit bernama Covid-19 ini bisa berlangsung berbulan-bulan, bukan beberapa pekan saja.
Yona Corn, penyanyi 35 tahun yang tinggal di Big Apple, sebutan untuk New York, ragu warganya bakal bertahan di rumah lebih dari tiga pekan.
"Saya kira bakal terjadi krisis dalam skala besar. Saya khawatir dengan apa yang bakal menimpa orang-orang ke depannya," kata dia.
China, negara tempat wabah terjadi pada akhir Desember 2019, dalam tiga hari berturut-turut tidak melaporkan adanya infeksi lokal pada Sabtu.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, Wuhan, kota di mana virus itu pertama kali terdeteksi memberikan "secercah harapan" dengan tidak adanya penularan lokal.
Meski begitu, terhadap kekhawatiran akan adanya gelombang baru kasus impor, di mana Hong Kong melaporkan adanya 48 dugaan pada Jumat (20/3/2020).
Di Eropa, Italia, Perancis, dan Spanyol ramai-ramai menerapkan lockdown, dengan ancaman denda jika ada warganya yang sampai melanggar.
Inggris meminta agar pub, restoran, dan bioskop untuk ditutup sementara, dengan masyarakat diperintahkan tak melakukan panic buying.
Pantai Bondi yang terkenal di Australia, dan pantai-pantai lain di Rio de Janeiro, Brasil, ditutup demi mencegah massa dalam jumlah besar.
Baca Juga: Paolo Maldini, Paulo Dybala, dan Sejumlah Pemain Sepak Bola Dunia Positif Virus Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Virus Corona, Hampir 1 Miliar Orang di Seluruh Dunia Dikarantina di Rumah