Bentuk tubuh, keluwesan gerak dan cara berjalan, wajah, bibir, warna dan kelembutan kulit, rambut dan sebagainya menimbulkan rangsangan permulaan ke arah nafsu seksual dan membimbing seleksi seksual.
Menurut pengamatan Freud, anehnya, kecantikan tidak diidentifikasikan dengan alat kelamin, melainkan dengan payudara wanita, dengan wajah.
Walaupun payudara merupakan obyek seksual yang memukau, tetapi tidak ada bagian tubuh lain yang lebih menarik daripada wajah. Wajah manusia menarik atau menolak orang untuk tertarik kepadanya. Prolog seleksi dimulai dari wajah yang mengekspresikan dengan jelas perasaan dan keinginan seksual seseorang.
Baca juga: Dikira Pacar Anaknya, Padahal Usia Wanita ini Sudah Setengah Abad
Menurut ahli anatomi Charles Bell yang hidup pada abad ke-19, bagian paling menarik dari wajah ialah bibir. Di antara primata, hanya manusia yang bibirnya memainkan peranan seksual yang penting. Bibir menjadi lebih merah dan agak gembung, kalau pemiliknya sedang bergairah.
Lemak kaki lembu
Tidak heran kalau Manusia Neanderthal pun sudah berusaha untuk mempercantik dirinya dengan perhiasan dan kosmetik. Kini juga orang beranggapan, bahwa pakaian pada mulanya diciptakan terutama untuk keindahan, bukan untuk melindungi tubuh dari rasa dingin.
Walaupun manusia-manusia kuno ini masih kurang bisa berkomunikasi antar mereka, tetapi tampaknya semua mempunyai satu ciri yang sama: mereka cenderung mengagumi dan menghargai kecantikan fisik dan mereka mencoba menambah kecantikan yang diberikan oleh alam.
Tiga helai papirus dari Mesir ditemukan memuat ramuan resep yang sama untuk "mengubah orang tua menjadi orang-orang berumur dua puluh tahun". Obat itu katanya menghilangkan tanda-tanda ketuaan dan sudah dicoba kemanjurannya jutaan kali.
Baca juga: Hebat! Wanita Ini Hidup dengan 'Separuh' Otak tapi Berhasil Selesaikan Kuliah S2
Orang Mesir kuno membuat salep dan krem kecantikan dari lemak lembu dan biri-biri serta dari minyak almon, wijen, jarak dan zaitun.
Sehelai papirus yang sudah berabad-abad tuanya menganjurkan pemakaian salep semacam itu untuk "membuat sendi-sendi lebih luwes". Tampaknya keluwesan sendi dianggap penting oleh orang Mesir.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR