Advertorial

Perempuan Dulu Menggunakan Lemak Kaki Sapi Jantan untuk Terlihat Cantik sehingga Pria Lebih Tertarik Padanya

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Persoalan itu telah dibahas oleh pemikir-pemikir besar seperti Charles Darwin, Voltaire dan Schopenhauer. Sejak zaman kuno persoalan kecantikan memang sesuatu yang serius.

Binatang yang lebih menarik dan yang secara seksual lebih agresif, merupakan binatang yang paling sukses dalam memperoleh pasangan dan kemungkinan besar juga lebih banyak mempunyai anak.

Demikianlah menurut Charles Darwin menjelang akhir abad yang lalu dalam Descent of Man, yang teorinya menguraikan mengenai seleksi seksual.

Jadi kalau perkawinan dibimbing oleh suatu standar kecantikan, maka seleksi seksual pada manusia juga lebih menyukai bentuk-bentuk yang dianggap cantik.

Baca juga: Kisah Seorang Wanita Tua dengan Hati yang Sempurna Meski Tersobek

Darwin menyatakan, bahwa standar kecantikan tidak universal. Seperti kata Voltaire: Yang disebut pantas di Jepang bisa dianggap tidak pantas di Roma, dan yang sedang mode di Paris dianggap tidak mode di Beijing.

Tetapi di mana-mana kecantikan dianggap sebagai janji dari kenikmatan.

Sedangkan filsuf Jerman yang hidup pada abad ke-19, Schopenhauer, menyamakan luapan kebahagiaan dari pria yang tertarik melihat kecantikan seorang wanita dengan keinginan untuk mengabadikan species manusia.

Keinginan itu, katanya, merupakan dorongan naluriah. Manusia dibimbing oleh nalurinya untuk memperbanyak speciesnya.

la terdorong memilih orang yang menurut pendapatnya paling nyata mengekspresikan ciri-ciri speciesnya, walaupun ia hanya merasa, bahwa ia mencari orang yang menurut pendapatnya akan memberikan paling banyak kebahagiaan kepadanya.

Baca juga: Kisah Tragis Para Pekerja Wanita yang Terpapar Radium, Satu Abad Jenazah Mereka Masih Bercahaya!

Wajah paling sexy

Jadi tanpa dibangkitkan oleh keindahan, daya tarik antar jenis tidak bisa terjadi. Mata dan telinga mesti terpesona pada Si Dia.

Bentuk tubuh, keluwesan gerak dan cara berjalan, wajah, bibir, warna dan kelembutan kulit, rambut dan sebagainya menimbulkan rangsangan permulaan ke arah nafsu seksual dan membimbing seleksi seksual.

Menurut pengamatan Freud, anehnya, kecantikan tidak diidentifikasikan dengan alat kelamin, melainkan dengan payudara wanita, dengan wajah.

Walaupun payudara merupakan obyek seksual yang memukau, tetapi tidak ada bagian tubuh lain yang lebih menarik daripada wajah. Wajah manusia menarik atau menolak orang untuk tertarik kepadanya. Prolog seleksi dimulai dari wajah yang mengekspresikan dengan jelas perasaan dan keinginan seksual seseorang.

Baca juga: Dikira Pacar Anaknya, Padahal Usia Wanita ini Sudah Setengah Abad

Menurut ahli anatomi Charles Bell yang hidup pada abad ke-19, bagian paling menarik dari wajah ialah bibir. Di antara primata, hanya manusia yang bibirnya memainkan peranan seksual yang penting. Bibir menjadi lebih merah dan agak gembung, kalau pemiliknya sedang bergairah.

Lemak kaki lembu

Tidak heran kalau Manusia Neanderthal pun sudah berusaha untuk mempercantik dirinya dengan perhiasan dan kosmetik. Kini juga orang beranggapan, bahwa pakaian pada mulanya diciptakan terutama untuk keindahan, bukan untuk melindungi tubuh dari rasa dingin.

Walaupun manusia-manusia kuno ini masih kurang bisa berkomunikasi antar mereka, tetapi tampaknya semua mempunyai satu ciri yang sama: mereka cenderung mengagumi dan menghargai kecantikan fisik dan mereka mencoba menambah kecantikan yang diberikan oleh alam.

Tiga helai papirus dari Mesir ditemukan memuat ramuan resep yang sama untuk "mengubah orang tua menjadi orang-orang berumur dua puluh tahun". Obat itu katanya menghilangkan tanda-tanda ketuaan dan sudah dicoba kemanjurannya jutaan kali.

Baca juga: Hebat! Wanita Ini Hidup dengan 'Separuh' Otak tapi Berhasil Selesaikan Kuliah S2

Orang Mesir kuno membuat salep dan krem kecantikan dari lemak lembu dan biri-biri serta dari minyak almon, wijen, jarak dan zaitun.

Sehelai papirus yang sudah berabad-abad tuanya menganjurkan pemakaian salep semacam itu untuk "membuat sendi-sendi lebih luwes". Tampaknya keluwesan sendi dianggap penting oleh orang Mesir.

Dalam pemerintahan Ramses III (1198-1167 S.M.), para buruh yang mendirikan kota Theben mengadakan pemogokan, karena tidak sempat mendapat pembagian salep. Sebelum masa itu, ketika Seti I berperang di Syria (1314 S.M.) ia mendapat tekanan politik untuk menambah jatah salep bagi tentaranya.

Kosmetik untuk obat

Beberapa di antara kosmetik yang mereka gunakan memang dipakai untuk alasan kesehatan. Umpamanya saja penghitam kelopak mata dari kohl (Timbelsulfida), yang dipakai oleh wanita maupun pria, gunanya untuk mengusir serangga.

Baca juga: Dari Tumbuhan, Lemak Hewan, Bijih Mineral, hingga yang Mengandung Racun, Begini Orang-orang Dulu Menggunakan Kosmetik untuk Terlihat Cantik

Warna hijau yang dipakai di kelopak mata bagian bawah didapat dari malachite (Tembagakarbonat), yang merupakan obat ringan untuk trachoma.

Selania lima ribu tahun, zat ini tetap dipakai untuk mengobati penyakit mata yang menular tersebut.

Dari Mcsir, kosmetik diimpor ke Yunani dan kemudian ke Roma. Di Yunanilah ia mendapat nama kosmetikos, yang artinya mengatur dengan rapi.

Dalam Historia Naturalis, Pliny the Elder (23-79 M) menganjurkan pemakaian pomade dari minyak biji rami dan lemak kaki sapi jantan untuk mengusir kisut-kisut.

Baca juga: Ini Sering Terjadi! Hai Para Wanita, Hati-hati Gunakan Produk Kosmetik Tester Jika Tidak Ingin Terjadi Sesuatu pada Diri Anda

Di toko-toko parfum di Roma didapati parfum untuk pria dan wanita. Bagian tubuh yang berbeda diberi parfum yang berbeda pula. Keharuman mint untuk lengan, minyak palma untuk pipi dan payudara, marjoram untuk rambut.

Roma mengimpor banyak krem, salep, cat rambut dan sebagainya dari Mesir dan Timur Tengah. Untuk membeli barang-barang itu serta sutera dari Cina, setiap tahun Roma membelanjakan uang yang nilainya sekarang bisa disamakan dengan 8 juta dolar.

Seorang dokter wanita di Salerno, yang suami dan anak-anaknya dokter semua, yaitu Trottola di Ruggiero (1085 M), terkenal sebagai ahli kandungan dan kebidanan.

Ahli ketidaksuburan dan kanker rahim ini tidak ragu-ragu untuk memberi resep yang berkenaan dengan bidang kecantikan, umpamanya obat untuk menghilangkan bulu-bulu pada wajah, obat penghilang bau badan, napas bau, jerawat dan bahkan la juga memberi lotion untuk tangan, obat penyubur rambut dan obat pengecat rambut.

Urat darah buatan

Walaupun dilarang oleh gereja, tetapi manusia Eropa pada abad pertengahan maupun zaman Renaissance tidak ragu-ragu mengeluarkan uang banyak untuk memutihkan wajah, memerahkan pipi dan bibir, mengecat rambut, melembutkan tangan dengan lotion dan memakai parfum dari Timur. Mengingat sanitasi pada zaman itu, parfum memang perlu.

Baca juga:Kasus yang Menimpa 3 Wanita Ini Buktikan Betapa Bahayanya Alat Kosmetik Jika Tak Digunakan Secara Hati-hati

Kosmetik untuk memerangi ketuaan selalu laku. Tetapi Elizabeth I dari Inggris (putri Henry VIII, yang dijuluki Si Janggut Biru dengan Anne Boleyn) mempunyai cara yang khas dalam usaha agar kelihatan muda.

Pada wajahnya yang diberi bedak tebal sepe rti kedok itu, ia menyuruh pelayan-pelayannya menggambarkan urat darah buatan. Bukankah urat darah lembut yang tampak mengintip dari balik kulit di dahi dan pelipis merupakan ciri dari kulit orang muda? (Luigi Giacometti)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1982)

Baca juga: Kosmetik Ternyata Ada Masa Kadaluwarsanya, Loh!

Artikel Terkait