Nampaknya keterampilan Lanny tidak hanya dalam olahraga. Rumah makan di Malaga memakai nama "Mandarin" dan berjalan baik, apalagi suami Lanny, Charlie, memang berpendidikan ekonomi.
Tetapi setelah tiga tahun usaha di Malaga itu mereka tinggalkan juga. Lanny dan Charlie kembali ke Tanahair, membawa dua anak yang lahir di sana. Keduanya puteri.
Di Indonesia mereka menetap di Jakarta dan membuka sebuah percetakan di sebidang tanah di daerah Palmerah milik orangtua Charlie.
Baik Lanny maupun Charlie tidak mempunyai dasar pendidikan percetakan sama sekali, hanya Lanny mungkin sudah biasa dengan suasana percetakan karena di Sala keluarga ibunya memang pengusaha bidang ini. Merekapun mengerjakan percetakan offset dan letterpress.
Charlie terutama bekerja di luar mencari order dan Lanny, yang menjadi ibu empat orang puteri, yang sulung berumur 10 dan yang bungsu 2 tahun, mengendalikan perusahan di rumah. Percetakannya terletak di belakang rumah.
Mungkin Lanny bukan orang satu-satunya yang berhasil dalam olahraga maupun dalam usaha atau dalam kehidupan, sebab dari banyak contoh telah ternyata bahwa olahragawan yang berhasil di arena sering pula terampil dalam apapun yang dikerjakan sebagai anggota masyarakat.
Namun jelaslah, bahwa selain pandai mengarahkan bakatnya Lanny pun cerdas menarik keuntungan dari keterampilannya.
(Ditulis Oleh Tan Liang Tie. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1978)
Baca juga:Ketika Indonesia Disegani Sebagai 'Macan Asia' di Kancah Asian Games
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR