Advertorial
Intisari-Online.com - Beberapa waktu yang lalu, pemerintah Korea Utara (Korut) dikabarkan mengambil tindakan tegas untuk mencegah penularan wabah virus corona.
Seperti dikabarkan New York Times, negara pimpinan Kim Jong Un tersebut dilaporkan menembak mati seorang pejabat Korut yang baru saja kembali dari Tiongkok karena pergi ke pemandian umum dan melanggar karantina.
Sebelumnya, pejabat tersebut ditempatkan di ruang isolasi setelah bepergian ke China.
Kantor berita Dong-a Ilbo di Korea Selatan memberitakan, dia lantas ditangkap dan langsung ditembak karena mengambil risiko penyebaran penyakit mematikan tersebut.
Baca Juga: Kasus Seorang Anak Punk Dikeroyok dan Dibakar: Ini Hukum Pidana Bagi Pelaku Main Hakim Sendiri
Beberapa media Korea Selatan juga melaporkan beberapa kasus virus corona dan kemungkinan adanya korban tewas akibat penyakit tersebut.
Akan tetapi, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berpusat di Pyongyang mengatakan kepada Voice of America bahwa mereka belum diberitahu tentang kasus tersebut.
Korut tetap bersikeras bahwa tidak ada kasus corona di dalam perbatasannya, meskipun para ahli di luar Korut - yang berbagi perbatasan sepanjang 880 mil dengan China - menyangsikannya.
Bahkan, kini dikabarkan bahwa ratusan tentara Korut meninggal dunia akibat serangan virus corona.
Tak hanya itu, dilaporkan juga ada ribuan tentara lainnya yang dikarantina.
Namun, lagi-lagi, para pemimpin negara tertutup tersebut tetap berpegang pada narasi resmi bahwa epidemi global belum mencapai mereka.
Dilansir Kontan.id menurut Daily NK, sebuah organisasi berita Korea Selatan, virus Covid-19 sudah menewaskan 180 tentara Korut pada Januari dan Februari.
Terkait hal itu, Korut juga telah mengirim 3.700 tentara lainnya ke karantina.
Melansir Yonhap News Agency yang didukung pemerintah Korea Selatan, hampir 10.000 orang telah dikarantina karena ketakutan akan virus corona, tetapi hampir 4.000 telah dipulangkan karena mereka tidak menunjukkan gejala.
Namun, sikap pemerintah Korut tidak berubah.
Negara itu tetap keras kepala dan menolak memberikan informasi yang transparan tentang wabah yang dilaporkan negara itu.
"Penyakit menular belum mengalir ke negara kami," kata Rodong Sinmun yang dikendalikan pemerintah Korut pada hari Selasa, menurut Newsweek.
Daily NK mengaitkan informasinya dengan laporan korp medis dari dalam militer Korut.
Rumah sakit yang melayani tentara dari berbagai wilayah diminta untuk memberikan data tentang jumlah tentara dalam perawatan dan yang telah meninggal karena demam tinggi yang dipicu oleh pneumonia, tuberkulosis, asma, dan pilek serta mereka yang berada di karantina.
Menurut sumber Daily NK, laporan itu sendiri menyebabkan kehebohan dalam kepemimpinan militer.
Disebut-sebut bahwa para pejabat telah memerintahkan agar rumah sakit militer segara membersihkan sleuruh area di mana tentara yang dikarantina ditempatkan.
Tentara dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau mereka yang memiliki riwayat kesehatan yang buruk juga diawasi dengan ketat, kata sumber itu.
Para pemimpin unit militer juga akan dihukum jika protokol yang tepat yang bertujuan mengendalikan penyebaran virus corona tidak diikuti, Daily NK mencatat.
Baca Juga: Bertambah, Kini 19 Pasien Positif Virus Corona: Kondisinya Tampak Sakit Ringan Sedang dan Stabil