Advertorial
Intisari-online.com -Siang itu udara Meksiko panas menyengat, tetapi Leticia Hidalgo tidak menghentikan langkahnya melewati suatu ladang ilalang yang terabaikan.
Ia telah gunakan sunscreen untuk lindungi wajahnya dari sengatan sinar matahari, dan di tangannya ia membawa sebuah drone berwarna putih.
Hidalgo adalah pensiunan guru yang mencari anaknya setelah anaknya hilang sejak tahun 2011.
Ia telah meminta bantuan polisi tetapi tidak mendapatkan hasil yang ia inginkan.
Oleh sebab itu ia mulai lakukan pencarian sendiri.
Ladang ilalang yang ia lewati dikenal sebagai lapangan pembantaian Meksiko.
Meksiko telah kewalahan atas meningkatnya kasus perang narkoba, yang telah buat lebih dari 60 ribu orang menghilang sejak tahun 2006.
Anak Hidalgo, Roy, adalah salah satu dari mereka.
Dan Hidalgo yakin jika Roy ada di salah satu sudut ilalang pembantaian massal tersebut.
Roy Rivera diculik pada pagi hari tanggal 11 Januari 2011.
Pria bersenjata datang ke rumahnya di wilayah timur laut Nuevo Leon.
Beberapa pria tersebut gunakan seragam polisi.
Ia dan adiknya mencoba menangkis mereka dengan pisau saat Hidalgo berteriak meminta bantuan dari balkon rumah mereka.
Kini, dibantu oleh pengacara khusus untuk kasus orang hilang, Eduardo Saucedo, ia menerbangkan drone untuk temukan titik kritis.
Petugas polisi berdiri di belakang, mengawasi pencarian jasad Roy Rivera di ladang empat hektar yang ada di wilayah Salinas Victoria.
Di umurnya yang hampir menginjak 60 tahun, Hidalgo telah menjadi ahli menerbangkan drone karena keharusan.
Ia berencana untuk ciptakan "orthomosaic map", sebuah foto yang gambarkan wilayah dengan informasi mendetail.
Foto itu juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi variasi di permukaan seperti perubahan warna, depresi atau bukit kecil, yang dapat menunjukkan keberadaan benda.
Dibantu Angelica Orozco, relawan dari United Forces for Our Dissapeared di Nuevo Leon, akan membandingkan informasi dari drone dengan gambar Google untuk gali aktivitas terbaru di tempat tersebut.
Hidalgo sempat hendak membayar uang tebusan untuk bebaskan anaknya, dan sebelum membayarnya, Hidalgo bisa berbicara dengan anaknya di ponselnya.
Selanjutnya ia gunakan sinyal GPS untuk lacak ponsel anaknya lewat komputernya.
Namun suatu hari, sinyal Roy menghilang.
Sejak itu, Hidalgo kembangkan cara investigasi detektif untuk pelajari tanda makam dangkal.
Dia belajar cara mendorong batang logam ke tanah, menariknya dan mencium lubang di bumi untuk mencoba mendeteksi mayat yang membusuk yang terkubur di bawah.
Baca Juga: Sedang Dikarantina di Batam, Dua Ojek Online Suspect Corona Malah Kabur
Dia bahkan menghubungi seorang pemburu harta karun untuk mengajarinya cara mendeteksi logam. "Kadang-kadang kami juga menemukan peluru" peluru, katanya.
Pada akhirnya dia bekerja sama dengan kerabat korban lainnya untuk membeli drone.
Dalam ulasan awal lebih dari 200 gambar yang diambil oleh drone, mereka menemukan beberapa petunjuk baru.
"Di sini Anda melihat jalan yang mengarah ke tempat terbuka," kata Hidalgo, menunjuk ke salah satu gambar di layar laptopnya.
"Area putih ini di sini mungkin bebatuan, tetapi jarang melihatnya dalam kelompok," kata Hidalgo, yang mendesah dari waktu ke waktu ketika dia melihat foto-foto itu.
Ribuan bagian tubuh yang diklasifikasi telah ditemukan di situs tersebut dalam pencarian sebelumnya, tetapi ini adalah pertama kalinya mereka menggunakan drone untuk mencari petunjuk tentang apa yang mungkin ada di bawah permukaan.
Hidalgo mengatakan ini "mungkin adalah tempat pemusnahan."
"Ratusan ribu bagian tubuh yang mereka temukan di sini, telah muncul di permukaan," katanya.
Berkat drone itu, para antropolog sekarang akan "memiliki visi yang lebih luas, lebih tajam di udara ... tidak perlu menghabiskan berjam-jam, mendapatkan sengatan matahari dengan berjalan-jalan."
Saucedo mengatakan ada bukti bahwa geng penculik telah membunuh korban mereka dan membuang mayat mereka di sini.
Mereka membakar mayat mereka dan menyebarkan jenazah mereka atau menguburnya di kuburan yang dangkal, apa saja untuk mempersulit upaya menemukan dan mengidentifikasi mereka.
Fernando Gonzalez, seorang antropolog forensik independen, mencurigai bahwa sebuah rumah di properti itu bisa menjadi tempat di mana mayat-mayat dibakar.
Di Nuevo Leon, "tidak ada yang pernah mencari jenazah manusia seperti yang kita lakukan sekarang," kata Hidalgo.
"Tapi itu juga memberiku perasaan tidak berdaya untuk mengetahui bahwa bahkan dengan semua ini, kita masih tidak dapat menemukan Roy."