Advertorial

Corona Sudah Renggut 3.117 Jiwa, Mungkinkah Corona dapat Menjadi Virus Musiman? Ini Penjelasan Ilmuwan

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Hingga Selasa (3/3/2020) pagi, total kasus infeksi telah tercatat di seluruh dunia adalah sebanyak 90.872 kasus.

Dari ribuan kasus tersebut, 48.002 orang dinyatakan sembuh dari virus corona. Sementara itu jumlah korban jiwa akibat virus corona mencapai 3.117.

Para ilmuwan mengatakan ada kemungkinan virus corona berpotensi menjadi virus musiman, ketika musim panas datang, infeksi virus ini mungkin juga akan mereda.

Covid-19 memiliki karakteristik yang cukup mirip dengan penyakit gangguan pernapasan lainnya, seperti selesma (common cold) dan influenza.

Baca Juga: Virus Corona Masuk Indonesia, Masyarakat Indonesia Serbu Supermarket, Beras dan Mi Instan Langsung Habis Langka

Proses penyebarannya dapat terjadi melalui kontak fisik dan tetesan pernapasan seperti batuk dan bersin. Virus yang menyerang pernapasan efektif bekerja ketika musim dingin.

Menurut Center for Disease Control and Prevention, seperti melansir Time, Senin (2/3/2020), selesma sering terjadi saat musim dingin dan musim semi.

Penyakit influenza paling rawan yang menyerang manusia pada musim gugur dan musim dingin di Amerika, dan kasus flu akan memuncak pada Desember dan Februari.

Faktor yang membuat virus pernapasan jarang bekerja saat musim panas yaitu karena kondisi hangat dan lembab dapat menahan proses penyebaran virus.

Baca Juga: Seorang Wanita Meninggal Dunia Usai Umroh dan Alami Gejala Sesak Nafas, Batuk, dan Pilek, Dokter: Belum Tentu Virus Corona

"Tetesan pernapasan yang membawa virus tidak dapat bertahan lama di kondisi lembab, dan suhu hangat dapat menurunkan jumlah virus," kata Elizabeth McGraw, direktur The Center for Infectious Disease Dynamics di Pennsylvania State University.

Profeson John Oxford, seorang ahli virologi dari Queen Mary University of London, dilansir dari Telegraph, mengatakan apabila melihat keluarga virus corona lainnya, kemungkinan COVID-19 juga merupakan virus musiman.

Jika benar virus musiman, maka kemungkinan virus akan mereda pada musim semi dan kembali lagi saat musim dingin.

Baca Juga: Bangkai Paus Sepanjang 15 Meter Ditemukan Terdampar, Gigi dan Sirip Hilang, Juga Ada Beberapa Luka Tusukan

"Harapan saya, musim semi dan musim panas dapat membantu kita untuk melawan virus dan memberikan dampak yang signifikan," ujar Oxford.

Namun, para ahli kesehatan tidak yakin musim panas dapat menghentikan COVID-19.

Infeksi corona belum tentu dipengaruhi musim

Dikutip dari Time, Dr. Nanny Messionnier dari Centers for Disease Control and Prevention mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan kasus virus corona akan mereda karena musim panas.

"Kita bahkan belum melalui satu tahun dengan patogen ini," kata dia.

McGraw dari Penn State University menjelaskan ada banyak faktor yang dapat menentukan bagaimana dan kapan virus tersebut akan berhenti.

"Tingkat penyebaran virus, efektivitas dari pengendalian infeksi virus, cuaca, dan kekebalan tubuh manusia sepertinya akan memainkan peran penting untuk menentukan nasib ke depannya," ucapnya.

Para peneliti membandingkan dengan dua virus corona mematikan lainnya, yaitu SARS dan MERS, untuk dapat lebih memahami bagaimana Covid-19 akan bekerja pada musim panas nanti.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kesehatan Hari Ini 3 Maret 2020, Leo Mungkin Bermasalah dengan Infeksi Saluran Kemih dan Capricorn Cobalah dengan Produk Organik untuk Masakan Sendiri

"SARS dan MERS tidak dipengaruhi oleh musim. Wabah SARS memang berakhir pada Juli, namun tidak jelas apakah itu karena cuaca atau tidak. MERS sama sekali tidak menunjukkan tanda bahwa dia dipengaruhi oleh musim," kata Thomas Bollyky, Direktur Global Health Program di Washington D.C.

Apalagi tidak semua negara di dunia mengalami musim panas pada waktu yang sama, sedangkan virus ini telah menyebar secara global.

Para ahli memperingkatkan, meskipun nanti penyebaran virus menunjukkan penurunannya di dunia bagian utara saat musim panas berlangsung, bisa jadi bagian selatan justru semakin rentan terhadap penyebaran virusnya.

Selain itu, meskipun virus corona dapat mereda saat musim panas, ada kemungkinan virusnya akan kembali pada musim dingin.

Baca Juga: 5 Bagian Paling Sensitif pada Wanita untuk Menyenangkan Secara Seksual, Salah Satunya Paha Bagian Dalam

Oleh karena itu, para ahli memeringatkan para pejabat kesehatan publik untuk tidak bergantung dengan suhu panas dan tetap mengontrol perkembangan virus corona agar virus ini tidak menjadi penyakit musiman.

"Hal yang harus dilakukan adalah kesiapsiagaan kesehatan masyarakat dan kebijakan untuk mengurangi jumlah orang yang terinfeksi (virus corona), melindungi para pekerja kesehatan, dan meningkatkan kemampuan diagnosa dan pelayanan terhadap orang-orang sakit," jelas Bollyky.

Imamatul Silfia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mungkinkah Corona dapat Menjadi Virus Musiman, Ilmuwan Jelaskan"

Artikel Terkait