Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak masa-masa awal pengobatan, orang-orang yang ingin tahu telah mencoba berbagai cara untuk meringankan rasa sakit satu sama lain.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, banyak kesalahan, keputusan bodoh, dan pilihan brutal dibuat.
Kadang-kadang tindakan itu justru lebih menimbulkan kerusakan daripada kebaikan.
Dari duduk di dalam bangkai paus hingga sengaja digigit malaria, berikut 5 kengerian praktik medis zaman dulu:
1. Heroin
Awalnya, heroin ditemukan selama upaya untuk menghasilkan obat yang mirip dengan morfin tetapi kurang manjur dan kurang membuat ketagihan.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Heroin ternyata sekitar dua kali lebih kuat daripada morfin itu sendiri.
Heroin kemudian diresepkan untuk mengobati batuk dan penyakit lainnya, seperti sakit punggung dan insomnia.
Dari tahun 1898 hingga 1910, sirup obat batuk ini dipasarkan sebagai pengganti morfin yang tidak membuat kecanduan dan dengan cepat menjadi penyebab salah satu tingkat kecanduan tertinggi di antara para penggunanya.
2. Lobotomi
Pada awal abad ke-20, ketika metode mengobati penyakit mental langka, prosedur invasif yang disebut lobotomi ditemukan.
Meski kurang akan bukti seberapa efektif cara ini, selama jalur saraf di lobus otak terputus, memiliki efek positif dalam mengobati penyakit.
Lobotomi menjadi marak dipraktikkan dan iklan yang beredar membuat orang percaya bahwa lobotomi merupakan oat ajaib.
Hanya beberapa tahun kemudian prosedur ini diakui sebagai salah satu peristiwa paling memalukan dan tragis dalam sejarah medis.
3. Duduk di Dalam Bangkai Paus Membusuk
Pada abad ke-19, "pengobatan" baru mutakhir untuk rematik diperkenalkan di pantai selatan Australia: duduk di dalam bangkai paus yang membusuk.
Diyakini bahwa jika seseorang tinggal di dalam paus mati selama 30 jam, mereka akan terbebas dari sakit sendi hingga 12 bulan.
Jelas, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori ini.
4. Diet Cacing Pita
Selama zaman Victoria, orang-orang yang ingin menurunkan berat badan punya obat khusus yakni cacing pita.
Idenya sederhana, seseorang harus menelan cacing pita hingga menetas di dalam ususnya.
Cacing itu kemudian akan menelan apa saja yang dimakan orang tersebut.
Cara ini seharusnya dapat membuat orang menurunkan berat badannya tanpa mengurangi porsi makan.
Namun sekarang diketahui bahwa cacing pita bisa berbahaya dan mematikan.
5. Malarioterapi
Pada awal abad ke-20, pasien yang menderita sifilis diobati dengan malarioterapi.
Pasien yang sakit akan sengaja diberi gigitan nyamuk malaria agar demam.
Rupanya, demam tinggi sudah cukup untuk membunuh bakteri sifilis yang peka terhadap suhu.
Diperkirakan sekitar 15% dari mereka yang diobati dengan malarioterapi meninggal karena malaria.
Namun, yang lain menunjukkan peningkatan besar.