Advertorial
Intisari-Online.com - Kasus pertama terinfeksi virus corona, diduga kuat gara-gara tersebar lewat uang.
Hal itu dibenarkan oleh seorang spesialis ahli penyakit menular Jepang.
"Jika Anda menyentuh dengan tangan dengan virus, saya pikir ada risiko infeksi jika orang lain menyentuh tagihan," ungkap Spesialis dalam Penyakit Menular, Hideomi Nakahara PhD kepada Fuji TV, Kamis (27/2/2020).
Penelitian di luar negeri telah menunjukkan bahwa virus influenza pada tagihan uang kertas menurutnya sempat bertahan selama lebih dari dua minggu.
"Koin, seperti halnya uang kertas, meningkatkan risiko kita terinfeksi apabila menyentuh benda lain dengan tangan," ujar dia.
Di Jepang sejak minggu lalu sudah ada kekhawatiran tentang menyentuh uang tunai saat berbelanja termasuk menyentuh barang belanjaan juga bisa menularkan infeksi virus corona.
Melihat supermarket, setelah pembeli membayar, kebanyakan orang menggunakan tangan mereka menyentuh uang dan belanjaan untuk mengemas makanan.
"Saya pikir mencuci tangan selalu dan mendisinfeksi tangan sendiri adalah cara paling penting untuk melindungi diri dari infeksi virus," tambah Dokter Nakahara.
Pada 26 Februari, baru diketahui bahwa seorang karyawan Bank of Mitsubishi UFJ di Kota Konan Perfektur Aichi telah terinfeksi virus corona baru.
Tanggal 25 Februari staf bank tersebut sudah mengalami panas tubuh lebih dari 37,5 derajat namun tetap bekerja di bank tersebut.
Petugas bank hari ini menjelaskan kepada para nasabahnya:
"Karena ada yang terinfeksi jadi banyak tempat harus di disinfektan, apakah berkenan?"
Begitu tanya petugas bank kepada nasabah yang masuk yang menyarankan juga menggunakan semprotan disinfektan pada tangan semua nasabah yang masuk bank tersebut.
Info lengkap dan diskusi Jepang bisa bergabung ke WAG Pecinta Jepang kirimkan email nama lengkap dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com
Kini Virus Corona Lebih Banyak Menyebar di Luar China, WHO: China Mengubah Arah Penyebaran
Intisari-Online.com- Kasus baru virus corona yang dilaporkan setiap hari di luar China angkanya lebih banyak daripada di China dalam beberapa hari terakhir.
Banyak negara juga melaporkan kasus virus corona pertama seperti Brasil, Yunani, Swiss, Austria dan Kroasia pada Rabu (26/2/2020).
Meskipun diduga pola penyebaran kasus virus corona tersebut banyak berasal dari Italia.
Namun kondisi tersebut tetap menjadi sorotan organisasi kesehatan dunia WHO.
"Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan di luar China melebihi jumlah kasus baru di China untuk pertama kalinya," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada para diplomat di Jenewa, Rabu (26/2/2020) seperti dikutip dariAFP.
Badan kesehatan PBB menyebutkan jumlah kasus baru di China sebanyak 411 pada hari Selasa dan kasus yang terdaftar di luar negeri berjumlah 427.
Pemerintah di seluruh dunia berjuang untuk mencegah penyebaran virus setelah lonjakan infeksi di Italia, Iran dan Korea Selatan.
Tedros mengatakan peningkatan mendadak kasus di negara-negara itu sangat memprihatinkan.
Ia menambahkan bahwa tim WHO akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi.
Sementara jumlah kasus baru dan kematian berkurang di pusat penyakit di China, namun China tetap menjadi negara dengan kasus infeksi dan korban meninggal terbanyak sampai saat ini.
Tedros mengatakan bahwa pada hari Rabu pagi, 78.190 kasus COVID-19 telah dilaporkan di China, termasuk 2.718 kematian.
Angka itu bisa dibandingkan dengan 2.790 kasus dan 44 kematian dilaporkan di 37 negara lain.
Namun WHO mengatakan epidemi di China memuncak dan mulai menurun sejak pada 2 Februari.
Negara lain tidak siap
Bruce Aylward, yang mengepalai misi ahli yang didukung WHO ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan drastis yang dilakukan Beijing.
"China mengubah arah penyebaran virus," katanya.
Namun dia juga mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa negara-negara lain sama sekali tidak siap menghadapi wabah virus corona.
Dalam pidato hari Rabu, Tedros mengakui bahwa kenaikan kasus di luar China telah mendorong desakan agar pandemi diumumkan.
Namun menurutnya dengan deklarasi semacam itu dapat memberi sinyal bahwa WHO tidak dapat lagi mengatasi penyebaran virus corona.
"Kita seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menyatakan pandemi.
Kami berada dalam pertarungan yang bisa dimenangkan jika kami melakukan hal yang benar," kata Tedros.
Tetapi dia bersikeras bahwa WHO tidak akan ragu untuk menyatakan pandemi jika memang kondisi memburuk dan menjadi deskripsi akurat dari situasi tersebut.
"Saya tidak meremehkan kondisi saat ini, atau potensi ini menjadi pandemi, karena memiliki potensi itu," katanya.
"Semua negara, apakah mereka mempunyai kasus atau tidak, harus bersiap menghadapi potensi pandemi," ungkap Tedros.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Virus Corona Menyebar Cepat di Luar China, Ini Kata Dokter WHO"