Advertorial
Intisari-Online.com - Hingga hari ini, Kamis (27/2/2020), jumlah orang yang terkonfirmasi positif virus coronaCovid-19 mencapai 81.260 orang.
Dari total sebanyak itu, 78.064 kasus terjadi di China.
Dilaporkan 2.770 orang meninggal dunia. Namun 30.006 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Hanya saja selain di China, sejumlah negara lainnya juga melaporkan penemuan kasus virus corona.
Dan kasusbaru virus corona yang dilaporkan setiap hari di luar China angkanya lebih banyak daripada di China dalam beberapa hari terakhir.
Negaradi luar China atau negara kedua dengan jumlah kasus virus corona tertinggi adalah Korea Selatan.
Saat ini, pemerintah Korea Selatan sudah menaikkan status 'siaga' untuk kesehatan warganya.
Dilaporkan AFP, per hari ini, Kamis (27/2/2020), jumlah kasus di Korea Selatan mencapai 1.595 kasus dengan 13 orang meninggal dunia.
Dari jumlah tersebut, 1.017 kasusdikonfirmasi berasal di Daegu.
Menyusul China dan Korea Selatan, secara mengejutkan Italia berada di urutan ketiga.
Dilaporkan ada 400 kasus. Padahal sebelumnya hanya 80 kasus.
Daerah yang paling parah terkena dampak adalah Lombardy, wilayah di sekitar Milan, dan Veneto dekat Venesia.
Di mana12 orang di Italia yang tewas.
Selain ketiga negara di atas, beberapa negara juga melaporkankasus virus corona pertama seperti Brasil, Yunani, Swiss, Austria dan Kroasia pada Rabu (26/2/2020).
Diduga, beberapa negara tersebut terkena dampak penyebaran dari Italia.
Pertanyaannya, mengapa jumlah pasien yang terinfeksi virus corona terus bertambah di luar China sementara jumlah kasus baru di China sudah mulai turun?
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada para diplomat di Jenewa, Rabu (26/2/2020) seperti dikutip dari AFP mengatakan peningkatan mendadak kasus di negara-negara itu sangat memprihatinkan.
Ia menambahkan bahwa tim WHO akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi.
Sementara jumlah kasus baru dan kematian berkurang di pusat penyakit di China.
WHO mengatakan epidemi di China memuncak dan mulai menurun sejak pada 2 Februari.
Negara lain tidak siap Bruce Aylward, yang mengepalai misi ahli yang didukung WHO ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan drastis yang dilakukan Beijing.
"China mengubah arah penyebaran virus," katanya.
Namun dia juga mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa negara-negara lain sama sekali tidak siap menghadapi wabah virus corona.
Dalam pidato hari Rabu, Tedros mengakui bahwa kenaikan kasus di luar China telah mendorong desakan agar pandemi diumumkan.
Namun menurutnya dengan deklarasi semacam itu dapat memberi sinyal bahwa WHO tidak dapat lagi mengatasi penyebaran virus corona.
"Kita seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menyatakan pandemi."
"Kami berada dalam pertarungan yang bisa dimenangkan jika kami melakukan hal yang benar," kata Tedros.
Tetapi dia bersikeras bahwa WHO tidak akan ragu untuk menyatakan pandemi jika memang kondisi memburuk dan menjadi deskripsi akurat dari situasi tersebut.
"Saya tidak meremehkan kondisi saat ini, atau potensi ini menjadi pandemi, karena memiliki potensi itu," katanya.
"Semua negara, apakah mereka mempunyai kasus atau tidak, harus bersiap menghadapi potensi pandemi," ungkap Tedros.
(Rizal Setyo Nugroho)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Virus Corona Menyebar Cepat di Luar China, Ini Kata Dokter WHO")