Advertorial

Bak Pahlawan Saat Menjabat Sebagai Perdana Menteri, Mahathir datang Saat Malaysia Nyaris 'Bangkrut' Akibat 'Skandal Korupsi' Terbesar di Dunia, Ternyata Mengundurkan Diri Karena Perjanjian Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Kemelut politik tengah terjadi di Malaysia di mana secara mengejutkan Mahathir mengundurkan diri dari kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri.

Pengunduran dirinya ini diwarnai rumor bahwa ia dapat membentuk koalisi baru tanpa penggantinya yang ditunjuk, Anwar Ibrahim.

Sebelumnya Mahathir memperoleh kembali kekuasaannya pada 2018.

Pada waktu itu Malaysia dalam situasi genting, saat negeri Jiran nyaris bangkrut akibat skandal korupsi terbesar dalam sejarah melibatkan mantan PM-nya, Najib Razak.

Baca Juga: Wabah Corona di IranSemakin Menghkhawatirkan, Wakil Menkes Iran Mengaku Terinfeksi Virus Corona, 'Kami Akan Menang Melawan Virus Ini'

Pada saat itu Mahathir beraliansi dengan Anwar dan menang, dia mengatakan ingin menggulingkan pemerintahan Najib dalam skandal korupsi terbesar yang disebut 1MDB.

Aliansi Mahathir dan Anwar membuat kesepakatan untuk akhirnya menyerahkan kekuasaanya pada Anwar.

Namun, Mahathir berulang kali menolak mengatakan kapan ia akan menyerahkan kekuasaan itu, sehingga memicua ketegangan dalam aliansi oposisi.

Sementara itu bagaimana kabar kasus 1MBD yang sempat bikin negeri Jiran itu bangkut dan bagaimana kemelut yang kini terjadi di Malaysia?

Baca Juga: Ditemukan dalam Kondisi Teronggok Mengerikan di Tepi Hutan Pedalaman Mojokerto, Misteri Jasad Bocah SD yang Tewas Pelan tapi Pasti Terungkap

1MDB atau 1Malaysian Development Berhad adalah dana investasi negara yang diluncurkan Perdana Menteri Najib Razak pada tahun 2009.

Portofolionya meliputi pembangkit listrik dan aset energi lainnya di Malaysia dan Timur Tengah, serta real estat di Kuala Lumpur.

Dana tersebut diawasi dengan ketat oleh Najib sendiri.

Namun, kekhawatiran meningkat pada tahun 2014, ketika 1MDB merosot ke dalam lubang utang sebesar 11 miliar dollar AS (Rp153 triliun), dan pengawasan publik makin intensif.

Masalah makin meledak tahun 2015 ketika Wall Street Journal menerbitkan bahwa Najib menerima setidaknya 681 juta dollar AS (Rp9.5 triliun) ke rekening pribadinya.

Departemen Kehakiman AS menghadapi tekanan dengan mengajukan tuntutan hukum untuk menyita sekitar 1,7 milliar dollar AS (Rp23 triliun) aset yang dituduh berasal dari 1MDB.

Baca Juga: Kemampuan Indonesia Deteksi Virus Corona Kini Mulai Diragukan Setelah Pria Jepang Positif Terinfeksi Corona Sepulang Liburan di Bali, Kemenkes Malah Menyangkalnya

Otoritas AS menuduh bahwa lebih dari 4,5 miliar dollar AS (Rp63 triliun) dicuri dari 1MDB oleh pejabat tingkat tinggi di dana dan rekan mereka antara 2009 dan 2015.

Mereka mengatakan angka tersebut secara sadar diterima oleh pejabat 1 Malaysia oleh sejumlah besar uang 1MBD.

Sejak saat itu seorang menteri kabinet Malaysia mengkonfirmasi bahwa pejabat itu adalah Najib Razak, sang Perdana Menteri itu sendiri.

Beberapa bangkir swasta dipenjara dan dilarang bekerja di industri keuangan setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan terkait skandal itu.

Namun, Najib mangkir dan sampai saat ini belum diadili, dia membantas semua kandal itu dan mengatakan itu hanya dibuat-buat oleh musuh politiknya.

Baca Juga: Berusia Lebih dari 350 Tahun, Pintu Rahasia dan Jalan Tersembunyi Ini Akhirnya Ditemukan Setelah Lama Dilupakan: Digunakan oleh Banyak Orang Penting Berabad-abad

Pada saat itulah Mahathir datang dan berjanji menyelidiki dan memulihkan dana curian dari 1MBD yang telah dikirim ke luar negeri.

Najib dan Istrinya Rosmah Mansor adalah sosok yang gemar melakukan belanja mewah dan memiliki sikap angkuh, dia dilarang meninggalkan Malaysia karena ada kecurigaan akan melarikan diri.

Artikel Terkait