Sama seperti PBB saat ini, LBB juga sering kali tidak dapat berbuat banyak ketika negara adidaya berbuat semaunya.
Sama seperti PD I, perlombaan memperkuat militer kembali menjadi benih-benih PD II.
Lagi-lagi kondisi ini memicu rasa saling curiga antar negara, khususnya Eropa.
Aliansi-aliansi, seperti yang terjadi sebelum PD I, juga kembali bermunculan.
Jerman tergabung dengan Italia dan Jepang dalam Blok Fasis.
Sebagian lagi tergabung dalam Blok Sekutu yang secara ideologi terbagi dua, yaitu Blok demokrasi (Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda) dan Blok komunis (Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Rumania, dan Cekoslovakia).
Imperialisme yang sudah dijalani Inggris, Prancis, dan AS, selaku pemenang PD I, mulai mendapat ancaman dengan klaim-klaim ekspansi yang digembar-gemborkan oleh Jerman melalui Jerman Raya, Italia melalui Italia Irredenta, serta Jepang melalui Asia Timur Raya.
‘Genderang-gendarang’ perang yang sudah mulai muncul di atas pada akhirnya ditabuh dan menjadi awal PD II.
Di Eropa Barat pemicunya adalah serangan Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler terhadap Polandia.
Sementara di Eropa Timur, lagi-lagi pemicunya adalah Jerman, yang pada bulan Juni 1941 menyerang Uni Soviet (Rusia).
Jika pada PD I, hampir dikatakan hanya terjadi di wilayah Eropa, pada PD II, perang juga turut terjadi di wilayah Asia Pasifik.
Pemicunya adalah Jepang menyerang Pearl Harbour dan negara-negara Asia yang berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat dan Britania Raya.
AS pun kemudian ikut terbawa perang Eropa karena Jerman merasa harus membantu Jepang yang masih berada dalam satu aliansi dengannya.
Meski sangat kompleks, PD II pun pada akhirnya resmi meletus.
Baca juga:
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR