Suhu yang dikehendaki hanya antara - 1,1° C dan - 2,2° C saja, di pusat daging ikan.
Bagi peti berisi 35 kg ikan yang diberi es batu basah 70 kg, hanya diperlukan 3,4 kg es kering saja, selama masa angkut 30 jam.
Dalam percobaan Lembaga Tehnologi Perikanan diatas, ternyata pula, bahwa es kering yang dibubuhkan sebagian-sebagian secara bertahap, tiap 8 jam sekali, bisa mengurangi kemungkinan beku ikan, sedang pada akhir perjalanan ternyata masih lebih banyak es keririg yang menyisa, daripada seandainya jumlah totalnya dibubuhkan sekaligus pada saat sebelum berangkat.
Yang harus extra kita perhatikan pada penggunaan es kering ini ialah konstruksi pengangkutnya. Ini. mesti mutlak berupa peti yang dindingnya bersekat paling sedikit senilai 1 inci polystyrena. Kalau tidak, penggunaan es kering itu percuma saja.
Soalnya, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Yaitu harus bisa menaruh es kering dalam kotak plastik (yang berlubang-lubang) di langit-langit wadah, supaya bisa berada diatas tumpukan es, namun tidak berhubungan langsung dengan ikan, (dan ini baru bisa, kalau digantungkan pada tutup peti sebelah dalam, sehingga kalau kita pakai keranjang bambu atau wadah lain yang langit-langitnya tidak seperti peti, ya rada runyam), dan kedua, tidak boleh ngowos meloloskan gas karbondioksida menguap keluar dari wadah pengangkut.
Sayang masih mahal
Kekecewaan lain, dalam penggunaan es kering ini bagi ikan segar, ialah tambahan beaya yang mesti kitakeluarkan.
Harga es kering yang dihasilkan pabrik-pabrik gas karbondioksida Indonesia masih begitu mahal, (kira-kira 10 kalinya es basah), sampai harga jual ikan segar yang di es keringkan jadi mahal. Salah-salah bisa tidak ada yang mau beli lagi, nanti.
BACA JUGA:Ekstrem! Restoran Ini Sajikan Sushi di Atas Tubuh Manusia, Ternyata Sudah Tradisi, Lo!
Kalaupun ada investor yang mau terjun ke bidang pengangkutan ikan segar secara besar-besaran (umpamanya), maka dipikir-pikir masih lebih ekonomis pakai truk pendingin yang dijalankan dengan mesin saja, daripada pakai es kering, meskipun tempo-tempo truknya mogok ditengah sawah (sampai macet juga, segalaga-lanya!)
Sebaliknya, masyarakat pengecer ikan segar bermodal kecil, seperti para penjaja es krim juga, lebih mengangan-angankan semoga es kering ini saja yang bisa lekas murah, daripada mendoakan murahnya truk-truk mini bergerbong dingin.
Yang lain, barangkali?
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR