Advertorial

Kisah Ching Shih, PSK yang Menjadi Bajak Laut Wanita Tangguh yang Disegani Sekaligus Ditakuti

Tatik Ariyani

Penulis

Dari menjadi pelacur, Ching Shih menjadi pimpinan tangguh bajak laut dengan ribuan armada. Siapa dia sebenarnya?
Dari menjadi pelacur, Ching Shih menjadi pimpinan tangguh bajak laut dengan ribuan armada. Siapa dia sebenarnya?

Intisari-Online.com- Ching Shih, atau juga dikenal sebagai Zheng Shi, merupakan seorang pelacur China yang menjadi bajak laut wanita yang kuat.

Dia mengendalikan Armada Bendera Merah yang terkenal.

Armada tumbuh di bawah komandonya dengan cadangan jarahan yang meluas dan sistem bisnis yang terorganisir.

Akhirnya, Ching Shih mencari amnesti ketika ditawarkan oleh pemerintah China tetapi dengan negosiasi pertama untuk mempertahankan kekayaan dan kekuasaan yang dia peroleh sebagai seorang raja bajak laut.

Baca Juga: Sudah Tewaskan 1.666 Orang, Ahli Sebut Plasma Darah Milik Pasien yang Sembuh Mampu Lawan Virus Corona

Dilansir dariancient-origins.net, Ching Shih dilahirkan di provinsi Guangdong, China pada tahun 1775 dengan nama lahir Shil Xiang Gu.

Dia menjadi pelacur yang bekerja di rumah bordil apung di Kanton.

Pada tahun 1801, Bajak laut Zheng Yi, pemimpin armada kapal yang disebut 'Armada Bendera Merah', memperhatikan kecantikannya dan ingin hidup bersamanya.

Ada berbagai macam kisah tentang bagaimana mereka benar-benar bersama.

Baca Juga: Getol Ingin Jual Jet Tempur pada Indonesia, Swedia Tawarkan Jet Tempur yang Bisa Lepas Landas dari Jalan Raya Tanpa Perlu Bandara

Menurut beberapa orang, Zheng Yi mengirim serangan dan memerintahkan mereka untuk menjarah rumah bordil.

Dia meminta agar mereka membawa Ching Shih, pelacur favoritnya.

Orang-itu melakukan apa yang diperintahkannya yang kemudian membuat Zheng Yi dan Ching Shih menikah.

Namun, ada pula yang mengatakan bahwa Zheng Yi hanya meminta Ching Shih untuk menikah dengannya.

Baca Juga: Brutal, Wanita 71 Tahun dan Seorang Anak sampai Ditusuk Orang di Tengah Perebutan Cairan Pencegah Virus Corona yang Hanya Tersisa Satu Botol

Ching Shih menerima lamarannya selama dia diberi kekuasaan dalam organisasi yang dipimpin Zheng Yi dan akan menerima bagian yang sama dari harta rampasannya.

Setelah mereka hidup bersama, Armada Bendera Merah tumbuh dengan pesat dari 200 kapal menjadi lebih dari 600 kapal dan akhirnya menjadi 1700-1800 kapal.

Armada mereka memiliki kode warna dengan armada utama warna merah, sedang armada lainnya adalah hitam, putih, biru, kuning dan hijau.

Mereka membentuk koalisi Bajak Laut Kanton dengan bajak laut Wu Shi'er.

Setelah kematian Zheng Yi, dengan Armada Bendera Merah yang memiliki 50.000 hingga 70.000 bajak laut memberi kesempatan Ching Shih untuk bangkit menjadi seorang raja bajak laut yang kuat.

Sebenarnya, Ching SHih bisa saja mundur dan kekusaan akan diambil alih oleh Chang Pao yang merupakan komandan kedua Zheng Yi sekaligus anak adopsi mereka.

Namun, Ching SHih yang masih mendambakan kekuatan dan kemuliaan menjadi pemimpin Armada Bendera Merah akhirnya mengambil alih kekuasaan dengan dukungan Chang Pao.

Ching Shih adalah bajak aut yang ketat dan teratur yang banyak berfokus pada bisnis dan strategi militer.

Baca Juga: Kini Jadi Rakyat Biasa, Pangeran Harry Terpaksa Tutup Kantornya dan Berhentikan 15 Staf Kerajaan Inggris Karena Punya Anggaran Buat Bayar Karyawan

Dia bahkan berusaha keras untuk membentuk sebuah pemerintahan 'ad hoc' agar para bajak lautnya dilindungi oleh hukum dan pajak.

Setiap hasil rampasan harus ditunjukkan ke armada dan didaftarkan terlebih dahulu sebelum didistribusikan.

Kapal apa pun yang mengambil hasil curian berhak mempertahankan 20% dari nilainya, sementara 80% sisanya dimasukkan ke dalam dana kolektif armada.

Ching Shih juga menetapkan aturan yang sangat ketat untuk para tahanan yang ditangkap, terutama tahanan wanita.

Tahanan wanita yang dianggap 'jelek' akan dibebaskan tanpa teluka.

Seorang bajak laut yang ingin menjadikan tahanan wanita cantik sebagai istri, mereka bebeas melakukannya, tetapi mereka terikat untuk setia dan merawatnya.

Hukuman mati diberlakukan bagi bajak laut dari Armada Bendera Merah yang tidak mematuhi aturan, termasuk ketidaksetiaan dan pemerkosaan.

Pemberontak yang kabur akan diburu dan telinga mereka akan dipotong ketika ditangkap.

Baca Juga: Dipecat dari PNS Dokter, MM Tak Kapok Buka Praktik Aborsi Ilegal hingga Didatangi Ribuan Pasien dan Meraup Keuntungan Rp1,6 Miliar

Hukuman lainnya adalah cambuk, quartering (tubuh dibelah jadi empat) dan penepuk tangan pada setrika.

Armada Ching Shih mengambil alih di banyak desa pesisir yang membentang dari Macau ke Kanton, kadang-kadang memaksakan pungutan dan pajak di desa-desa.

Ching Shih dijuluki 'Teror China Selatan' dan dia akan menghukum orang-orang yang menentangnya dengan memakukan kaki mereka ke dek kapal dan menghukum mereka.

Kapal-kapal angkatan laut China, Portugis dan Inggris semuanya kalah dari armada Ching Shih karena tampaknya dia tak terkalahkan.

Orang China menawarkan amnesti kepada semua perompak, berharap untuk melenyapkan pemerintahan Ching Shih di atas laut.

Baca Juga: Memilukan, Belum Pasti Terinfeksi Virus Corona, Seorang Pejabat di Korea Utara Ini Ditembak Mati: Kami Curiga Terhadap Klaim Tersebut

Negosiasi antara Chang Pao dan Pemerintah China (melalui Zhang Bai Ling) yang resmi menemui jalan buntu.

Ching Shih kemudian pergi ke kantor Zhang Bai Ling tanpa senjata, ditemani oleh 17 wanita dan anak-anak buta huruf.

Ching Shih dan Zhang Bai Ling mengakhiri negosiasi dengan Ching Shih diizinkan menyimpan semua hasil jarahannya.

Kemudian, Zhang Bai Ling setuju untuk menjadi saksi pernikahan Ching Shih dan Chang Pao.

Pada titik ini, Ching Shih mengakhiri karirnya sebagai bajak laut dan memiliki seorang putra dengan Chang Pao.

Ketika Chang Pao meninggal, Ching Shih kembali ke Canton dan membuka rumah judi sendiri.

Artikel Terkait