Advertorial

Kisah Jihad Jane, Wanita Pemuja al-Qaeda, Awal Mulanya Hanya Karena Pria Ini, Kini Terancam Hukuman Penjara 1 Dekade: 'Ingin Jadi Martir Atas Nama Tuhan'

May N

Editor

Intisari-online.com -Paham ekstrimis seperti ISIS dan al-Qaeda telah lama merepotkan Timur Tengah untuk tangani aksi teroris mereka.

Namun rupanya paham militan mereka telah menyebar jauh melebihi batas geografis antar negara.

Bahkan, kelompok al-Qaeda berhasil mempengaruhi seorang wanita Amerika untuk menjadi bagian dari gerakan teroris tersebut.

Mengutip The Sun, Colleen La Rose adalah wanita yang saat ini dikenal dengan nama Jihad Jane dengan kisah mengejutkan sampai dibuat sebuah film dokumenter, yang rilis di bioskop pada 14/2/2020.

Baca Juga: 'Orang Arab Walau Bookingan Harus Ijab Kabul, ' Wisata Seks Halal di Bogor Telah Mendunia hingga Turis Arab Masuk Indonesia, Polisi Beberkan Tarifnya

Film tersebut menceritakan La Rose (56) pergi ke Waterford di Irlandia pada Agustus 2009 untuk bergabung dengan jaringan teroris jihad Ali Charaf Damache.

Tujuannya adalah untuk merencanakan serangan mematikan ke Eropa, dan membunuh Lars Vilks, seroang artis Swedia yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.

Namun bagaimana cara seorang wanita Amerika, tanpa hubungan kuat dengan agama Islam, menjadi wanita Amerika pertama yang ditahan atas aksi teroris?

Rupanya, kisah itu dimulai sejak ia kecil.

Baca Juga: Tak Ingat Umur Sudah Uzur, Wanita 60 Tahun Ini Mampu Pikat dan Nikahi 14 Berondong Tampan demi Puaskan Kebutuhan 'Intimnya' 28 Kali Sehari, Kisahnya Bikin Geleng-geleng Kepala

La Rose lahir pada Juni 1963 di Michigan dan mengalami kekerasan dan kekejaman dari ayahnya sejak usia belia.

Kedua orang tuanya adalah pemabuk dan cerai saat umurnya 3 tahun, menurut jurnalis Reuters John Shiffman, yang mempelajari kisahnya selama 6 bulan.

Dia dirundung di sekolah, karena pernah datang ke sekolah dengan gigitan tikus di jari-jarinya karena rumahnya kotor, dan hanya sampai pendidikan setara kelas 1 SMP.

Saat dia berumur 8 tahun, ayahnya memperkosanya dan saudarinya, Pam yang berumur 11 tahun.

Baca Juga: Ningsih Tinampi Kaget Saat Ditanya Darimana Mendapatkan Ilmu Pengobatan Alternatif, Inilah Pekerjaannya Dulu dan Semua Bermula Saat Suaminya Berubah

Trauma yang ia emban selama 5 tahun diperkosa terus menerus tersebut masih diperparah setelah ia minggat dari rumahnya.

Ia lalu tinggal di jalan sebagai pelacur dan tidak pernah kembali untuk sekolah, mengalami ketergantungan alkohol dan narkoba.

Akhir tahun 1980 saat umurnya baru 16 tahun, dia menikah dengan pria berumur 32 tahun bernama Sheldon Barnum, yang menggambarkan dia memiliki pribadi yang asyik dan menyenangkan.

La Rose segera hamil dan alami keguguran yang kemudian menyebabkan dia tidak dapat memiliki anak, dan menyebabkan mereka bercerai.

Baca Juga: Indonesia Bikin Dunia Keheranan Karena Negatif Virus Corona, Peneliti Ini Akhirnya Bocorkan Rahasia Orang Indonesia Bisa Kebal Virus Corona

Setahun kemudian La Rose sampai di Runaway House, penampungan para remaja di Memphis, Tennessee.

Kondisinya, diceritakan oleh pembimbing di sana menyedihkan, rambut pirangnya perlu dicuci, mata terlihat seperti kecanduan kokain dan heroin dan juga mengidap penyakit kelamin.

Ia lalu pindah ke Texas di umur 24 (tahun 1988) ia menikah kedua kalinya, dengan pria bernama Rodolfo Cavazos.

Pernikahan itu gagal lagi, selanjutnya ia bertemu pacarnya Kurt Gurman, yang setuju membayari operasi pembesaran payudaranya.

Baca Juga: Jadi Negara dengan Korban Virus Corona Tertinggi Setelah China, Singapura Dihantam Krisis Hebat, Tisu Toilet Berubah Jadi Mata Uang

Hidupnya masih selalu bermasalah dan di tahun 2005 ia berusaha bunuh diri, kemudian ditemukan oleh Michael Devlin yang menyebutnya depresi atas kematian ayah dirinya dan kakak laki-lakinya.

Selanjutnya bersama Gorman yang telah bersamanya selama 5 tahun, ia mengikuti liburan ke Amsterdam tahun 2007.

Namun pada suatu malam saat perjalanan tersebut, mereka bertengkar hebat dan Gorman pergi, meninggalkan La Rose di bar tempat mereka minum-minum.

Setelah itu wanita itu didekati oleh pria Muslim Timur Tengah tampan yang menggodanya.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Jangan Sembarang Memilih Asupan, Gunakan Label Fakta Gizi untuk Mengurangi Asupan Natrium

Dia pulang dengan pria itu untuk membuat marah Gorman, tetapi efeknya lebih mengerikan lagi.

Pertemuan dengan pria muslim itu membuatnya tertarik dengan Islam bahkan setelah ia kembali ke Amerika bersama Gorman.

Dia mulai kunjungi situs Muslim dari komputernya dan mendaftar situs kencan bernama Muslima.com untuk bertemu pria muslim.

Ia gunakan kartu kredit Gorman untuk membayar biaya pendaftaran.

Baca Juga: 4 Cara Menurunkan Panas pada Anak Secara Alami, dari Gunakan Kaos Kaki Basah hingga Mandi Air Hangat, Yuk Simak!

Ia selanjutnya bertemu pria Turki dari situs itu, yang menjelaskannya Rukun Islam, dan dia lalu membeli Al Quran.

Hanya sebulan dari pertemuannya dengan pria tampan Muslim tadi, ia menjadi mualaf dan pindah ke Islam sembari mengirim pesan dengan pria Arab Saudi.

Ia mengambil nama Fatimah, seperti nama anak Nabi Muhammad, sebagai nama barunya.

Namun Gorman sama sekali tidak tahu mengenai ketertarikan La Rose dengan Islam, dan tetangganya tetap katakan ia masih seperti ibu rumah tangga biasa.

Baca Juga: Sekarang Mantan Anggotanya Ngemis-ngemis Minta Kembali ke Indonesia, Dulu ISIS Bergelimang Harta, Kekayaannya Saja Bertambah Rp41 Miliar Setiap Hari

Berbulan-bulan, ia semakin terikat dengan pria Muslim yang menjadi pengelola aktivitas jihadnya.

"Aku bicara dengan mereka lewat online dan sangat sering sampai aku rasakan mereka adalah saudaraku dan mereka sangatlah taat dengan Islam," jelasnya.

"Aku merasakan cinta kepada mereka. Aku menyayangi saudara-saudaraku, dan saat mereka katakan sesuatu aku akan dengarkan mereka."

La Rose menjadi sangat marah saat menonton peperangan di Timur Tengah melalui al-Jazeera.

Baca Juga: Tangani Virus Corona dengan Hukum Militer, Kim Jong-Un Asingkan Penderita ke Peternakan, Bahkan Ada yang Dieksekusi Mati

Ia marah melihat anak kecil sekarat dan tidak ada orang di dekatnya tahu atau peduli.

Saat ia memutuskan ikut aksi teroris melawan Barat dan menjadi vocal terhadap keyakinannya di online, ia merasa menemukan tujuan hidupnya.

Tentu saja, FBI mengawasinya.

Maret 2009, operator al-Qaeda yang diklaim bersembunyi di Pakistan, menyuruhnya terbang ke Eropa untuk berlatih sebagai pembunuh bayaran dan kemudian pergi ke Swedia untuk membunuh Vilks.

Baca Juga: Di Tengah Karantina Virus Corona, Begini Kisah WNI di Kapal Pesiar Jepang yang Bekerja di Lingkungan Penderita: 'Minta Tolak Angin hingga Mie Instan'

Dia dimanfaatkan karena dia diyakini lebih mudah membaur dengan kulit putih, rambut pirang, aksen Texas dan paspor Amerika.

Setelah datang, ia bertemu Ali Charaf Damache, pria yang mengatakan ia akan ikut kamp pelatihan untuk misinya selanjutnya, lalu disusul oleh wanita Amerika yang telah teradikalisasi lain, Jamie Paulin-Ramirez.

Jamie dan Damache segera menikah dan ketiganya berbagi apartemen satu kamar beserta anak Jamie.

Pengusutan FBI membawa bahwa Damache tidak pernah berniat menyusun serangan dan menggunakan penyamaran teroris untuk menggaet wanita.

Baca Juga: Divonis Penjara Sampai 3 Dekade, Pegawai Pajak Ini Masih Tetap Jadi Miliarder Meski Hartanya Senilai Rp74 Miliar Disita Negara, Tapi Tetap Digugat Cerai oleh Istrinya

La Rose segera frustasi karena tidak ada aksi yang terjadi, sehingga ia segera melakukan menghubungi FBI dari perpustakaan umum.

Sepertinya ia tidak sadar jika ia telah mengakui kejahatannya sendiri.

Berharap FBI dapat memberinya tiket pulang, ia mengirim email kepada FBI dengan tulisan: "jika kamu membolehkanku pulang, aku akan beritahu kenyataan yang ingin kamu ketahui."

Mereka dengan segera memulangkannya, tetapi segera menangkapnya setelah ia turun di Amerika pada Oktober 2009.

Baca Juga: Kisah Suster Lucy Agnes, Putri Keluarga Bos Djarum yang Menolak Hidup Mewah dan Memilih Jadi Biarawati, Berawal dari Hal yang Membuatnya Hampir Muntah Ini

Selanjutnya dia didakwa dengan konspirasi menyediakan bahan dukungan untuk teroris, konspirasi membunuh di luar negeri dan memberi pernyataan palsu ke FBI serta percobaan pencurian identitas.

La Rose, yang dibebaskan dari penjara pada 2018, salahkan latar belakangnya untuk radikalisasinya.

"Aku memberontak karena apa yang dilakukan ayahku dan ibuku tidak mencoba menghentikannya."

Namun, Shiffman menyebut La Rose, atau Jihad Jane, tidak pernah tahu bahaya teroris yang ia wakili.

Baca Juga: Inilah Ninja Terakhir di Jepang yang Sanggup Mendengar Suara Jarum yang Jatuh, Latihannya Termasuk Memanjat Dinding dan Berhari-hari Terpapar Cuaca Ekstrem Tanpa Makan dan Minum

Artikel Terkait